Pieces • 29 [FIN]

4.5K 402 192
                                    

Cahaya kedua matanya masih redup.

Itu artinya tidak ada yang berubah sama sekali, sebab cahaya yang selama ini selalu menyinari dirinya telah pergi begitu saja, meninggalkan dirinya sendirian bersama rasa sepi yang selalu hadir dan terus menemani harinya.

Kalian tahu, setelah Tuhan mengambil ibunya, Aeryn kehilangan cahaya hidupnya. Namun setelah itu semua terjadi dan berlalu, Aeryn menemukan cahaya hidupnya yang baru lagi melalui Taehyung. Pria itu adalah cahayanya, dia telah mengubah seluruh hidup Aeryn, memberikan banyak warna hingga ketika Aeryn menikmati semuanya, kenapa Tuhan mengambil cahayanya kembali?

Aeryn baru saja merasakan dan menikmati semuanya.

Apakah Tuhan memang senang melihat dirinya hidup kembali lagi dalam sebuah kegelapan yang panjang?

Terkadang, hidup memang sekejam itu. Ini semua memang tidak adil, tetapi—beginilah cara kerja hidup. Setiap ada pertemuan, di situlah ada yang namanya sebuah perpisahan.

Siang itu Jimin tidak datang karena ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan. Sementara Hansung sendiri sedang kembali ke rumahnya—rumah lama yang pernah ia tinggali bersama kakaknya—dan akan kembali lagi pada saat sore nanti. Ini bukan pertama kalinya, sebab Hansung memang selalu pulang dalam satu minggu sekali hanya untuk membersihkan rumah lamanya.

Ayah mertua Aeryn—Tuan Kim, beliau terkadang sering kali menginap. Sebenarnya ia meminta agar Aeryn bisa tinggal bersamanya dengan membawa si kecil—cucunya, akan tetapi kalian tahu jawaban seperti apa yang Aeryn berikan untuk ayah mertuanya?

“Tidak, Ayah. Aku harus terus berada di rumah ini dan menunggu Taehyung pulang. Dia akan segera pulang dan memberikanku sebuah kejutan karena dia sudah berjanji padaku.”

Tak ada yang bisa Tuan Kim lakukan selain hanya diam bersama rasa luka yang terus-menerus menyakiti dirinya tatkala melihat menantu satu-satunya yang begitu sangat ia sayangi berada dalam kondisi seperti ini.

Pria yang umurnya berada diakhir lima puluh tahun itu menerima dua luka besar yang menyerang hatinya. Kepergian putra semata wayangnya yang bahkan tanpa ia ketahui dimana jasadnya, tentu masih tidak bisa ia ikhlaskan begitu saja. Bagaimanapun juga, ia sangat berharap bahwa putranya itu masih hidup, akan tetapi—ini sudah berbulan-bulan. Jadi masih bisakah berharap?

Sementara satu luka masih belum sembuh, hadir satu luka lagi yang membuatnya ingin sekali menangis ketika melihat menantunya dalam kondisi jauh dari kata baik-baik saja.

Tubuh Aeryn yang sangat kurus terlihat sangat memprihatinkan, dia seperti wanita yang tidak terurus sama sekali.

Dan kalian tahu, siang itu air matanya sama sekali tidak keluar. Tidak ada Aeryn yang menangis. Barangkali mungkin batinnya sudah lelah dan ingin berhenti dari semuanya sehingga air mata itu sudah tidak ada lagi di wajahnya, akan tetapi—Aeryn sama sekali tak bisa menyadari semuanya. Otaknya seperti sudah tidak bisa bekerja lagi sementara jiwanya telah lama mati.

Aeryn hidup, tetapi tidak memiliki jiwa.

Yang hanya ia lakukan adalah menunggu, menunggu dan terus menunggu kepulangan Taehyung. Pria itu hanya bilang selama lima hari, dan Aeryn menyimpan ucapan itu di dalam kotak ingatannya tanpa menyadari bahwa itu semua sudah berlalu. Mungkin jika orang waras, mereka akan berpikir bahwa itu sudah tidak berlaku lagi.

“Sabar ya, Sayang. Ayah pasti akan pulang sebab dia sudah berjanji pada Ibu. Dia sudah berjanji pada kita,” dia menarik sudut bibirnya, senyuman getir itu langsung terlihat jelas di wajahnya.

Siang itu dia berbicara pada bayi kecilnya yang bahkan saat ini sudah berusia empat bulan. Si kecil yang terlentang di atas kasur berukuran besar yang selalu Aeryn dan Taehyung tiduri, sementara dirinya sendiri tepat berada di samping si kecil. Menatapnya dari arah samping bersama senyum yang sama sekali tak memudar dari bibir pucatnya.

PIECES | KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang