Lagi lagi aku bekerja lembur diruangan yang sama, ruangan dengan luas 36m² yang dipenuhi dengan senjata juga berkas yang menumpuk. Sunyi dan sepi, gedung ini hanya akan ramai pukul 8 pagi sampai 10 malam. Sisanya hanya meninggalkan beberapa karyawan yang melembur, tapi tetap saja aku sendirian diruangan terang yang sepi.Jarum pendek jam menunjuk angka dua belas, aku menghela napas panjang. Menyerah memutuskan menghubungi asistenku, terdengar dua kali nada panggil. "Pindahkan sisa pekerjaanku ke mansion malam ini, aku ingin besok pagi semuanya sudah ada di ruang kerjaku," suara diseberang hanya mengiyakan perintahku, patuh tanpa perlu melawan.
Ku raih mantel hijau tua yang tersampir di kursi, berjalan keluar dari ruangan yang berada di lantai 20. Aku dikejutkan oleh seorang pria yang berdiri tepat disamping pintu, "Astaga apa yang kau lakukan selarut ini di kantorku?" tanyaku kesal, tapi wajah lelaki itu tetap datar lantas mendengus kesal sambil menunjukkan HP nya. Segera ku raih ponsel dari dalam tas. Ada notifikasi darinya dan yang lain, dan aku menatap kesal. "Hey aku ada banyak pekerjaan, kalau mau bertemu setidaknya kabari beberapa hari lalu, dasar kalian ini."
"Ck, kami sudah membicarakannya sejak dua hari lalu Ry. Dua hari lalu. Kau saja yang tidak mengecek ponselmu," balas Darren.
"Lalu kenapa kau disini?"
"Ikut aku, Michell mengajak kita minum di bar miliknya. Dan....kita sudah terlambat dua jam," apa pula yang sedang dibicarakan olehnya, minum? Tengah malam begini?
Seakan mengerti kebingunganku Darren-nama lelaki itu, menarik tanganku menuju parkiran. Aku hanya pasrah sambil meneguk air putih ditangan yang tidak ia genggam, Michell selalu saja melakukan hal yang aneh (menurutku) tapi entah kenapa aku masih saja bersahabat baik dengannya. "Bagaimana kabar Filea? Aku maksudnya kami tidak pernah melihatnya disekitarmu lagi akhir-akhir ini," tanya Darren dan aku hanya mengabaikannya.
Filea, nama lengkapnya Filea Marteen. Dia adalah sahabatku sejak sekolah menengah pertama, cantik dengan rambut pendeknya dan mata biru laut. Kami bersahabat sangat dekat, terlalu dekat sampai membuatnya selalu bersamaku kemanapun aku pergi.
"Jawab aku," sergahnya merasa diabaikan, aku berdecak malas. "Dia sedang mengurus ayahnya yang sakit di Jerman, jadi jangan berani berani kau mengiriminya pesan untuk segera kembali seperti tahun lalu. Aku tidak mau terus merepotkannya." Darren tersenyum licik, membuat wajah tampan itu tampak sangat sangat menyebalkan.
"Aku serius, aku tidak mau dia kembali untuk mengurusi kehidupanku. Meluangkan banyak waktunya untuk ku dan membuatku merasa berhutang, cukup seminggu ini ponselku dipenuhi notifikasi darinya."
"Apa kau yakin hubungan kalian hanya sebatas persahabatan? Sepertinya Filea menganggapnya sebagai bentuk hubungan yang lain, ia tampak sangat perhatian padamu," aku mengernyit heran, memang hubungan seperti apa lagi yang dimaksud oleh Darren, percintaan? Hell, itu tidak masuk akal sekali.
"Kami sama-sama wanita Darren, dan juga aku bukan..ah..lupakan, aku tidak menyukainya dalam bentuk yang kau bayangkan. Yeah meskipun aku selalu bersamanya sejak sepuluh tahun lalu," jelasku sambil melangkah keluar dari lift, tapi mungkin saja ucapan Darren itu benar. Semua yang Filea lakukan untukku sangatlah tak terhitung nilainya.
"Kau memang berkata begitu, tapi kau tetap memikirkannya bukan? Sudahlah perjalanannya lima belas menit, aku tidak mau kalau Michell mengoceh lagi," aku bergegas mengikuti langkah lebarnya yang membuatku kewalahan, ayolah kakiku tidak sepanjang miliknya.
Rambut merah panjangku terbawa angin malam, membuatku menyipitkan mata agar tidak kemasukan helaian rambut ataupun debu. "Naik mobilku saja, rongsokanmu itu terlalu lambat," ingin rasanya aku menimpuk kepalanya itu dengan sepatu, mobilku bukan rongsokan. "Sialan, mobilku bukan rongsokan. Itu versi terbatas!" Darren memutar bola matanya malas, lagi-lagi menyeretku yang berada dua meter dibelakangnya agar berjalan lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Story '1 (TAMAT)
RomanceTidak ada yang menduga jika aku bisa jatuh cinta dengan wanita sepertimu, tidak banyak orang yang berhasil menggerakkan hatiku. Tapi kamu adalah sesuatu yang berbeda, bahkan aku tidak bisa menduga akan berakhir dimana kisah kita. Kita terus bertemu...