12. Aware

88 39 14
                                    

Aku ingin sekali tertawa melihat wajah bingung dari Rylie, ternyata dia mengira aku menciumnya karena ada orang lain. Aku merasa beruntung karena belum sepenuhnya melepas pelukan pada wanita itu, kalau tidak tangan milik Rylie akan melayang kewajahku untuk ketiga kalinya.

Ia melotot dan meronta lebih kuat dari sebelumnya, oh sepertinya dia benar-benar marah. Kutatap mata hijaunya sambil memintanya untuk berhenti memberontak, "Aku harus menemui orang tuamu suka ataupun tidak, hari ini dan saat ini juga. Kau harus ikut denganku, walaupun aku yakin hubunganmu dengan mereka tidak begitu baik..." Ia memotong kalimat itu dengan nada suara yang kesal.

"Sangat buruk. Hubunganku dengan mereka sangat buruk melampaui imajinasimu tentang keluarga tidak bahagia."

Aku terkekeh, baiklah aku memperbaiki kalimatku dari mengatakan 'hubungan yang tidak begitu baik' menjadi 'sangat buruk'. Tapi itu tidak mengubah banyak hal, wajah Rylie tetap terlihat kesal dan jengkel kepadaku. "Lakukan apapun uang kau mau, sebelumnya lepaskan dulu pelukanmu ini," aku menuruti keinginannya dan melepaskan rengkuhan ku perlahan, ia memberikan jarak yang cukup jauh antara kami.

Susana kembali hening dan sedikit canggung, entah hanya aku yang merasakannya atau tidak. Cukup lama berdiri diam Rylie meninggalkan ruangan ku tanpa berkata kata sedikitpun, sekali lagi aku memandang kepergiannya.
.
.
.
.
.
.
Beberapa kali kami terlibat percakapan kecil yang menyebalkan, kalau bukan Rylie yang menjawab dengan kalimat sarkasnya, maka aku yang akan menjawab pertanyaannya dengan candaan. Semakin dekat kami dengan tempat tujuan wajah Rylie terlihat semakin kusut seperti hendak mendatangi tempat paling menjijikkan di dunia. Sesekali aku meliriknya lewat sudut mataku, sepertinya apa yang terjadi hari ini tidak di duganya sama sekali.

Tangan kananku melepas kemudi sejenak dan meletakkan sebotol minuman dipangkuannya, tidak ada lagi tatapan aneh dan menolak karena aku sudah terlalu sering melakukan itu. Rylie membukanya dengan tenang lantas meneguk hingga habis separuh, tinggal 500 meter lagi kami akan sampai di rumah orang tuanya.

Aku membuka sabuk pengaman begitu selesai memarkirkan mobil dihalaman rumah milik orang tua Rylie, tidak sepertiku Rylie masih menyandarkan tubuhnya dengan malas. Aku yang sudah keluar dari mobil pun memintanya untuk segera keluar, "Apa yang kau lakukan? Cepat keluar dan selesaikan pertemuan ini, lantas kau bisa pergi dan melanjutkan pekerjaanmu."Rylie hanya menatapku sekilas, dengan diiringi decakan kesal ia mulai beranjak dari tempatnya.

Aku mengulurkan tanganku begitu ia sampai disampingku, lewat tatapan mata aku memintanya membalas uluran tanganku untuk digenggam. Syukurlah ia tidak berdebat sama sekali, aku merasa akan sangat lelah jika ia mulai melawan lagi.

"Sudah memberi tahu orang tuamu kalau kita akan datang, Ry?"

Rylie menggeleng dan membuatku mengernyit, tapi itu tidak bertahan lama saat ia mulai menjelaskan alasannya. "Ibuku lebih sering berada di rumah begitu juga dengan Ayahku, jika kita beruntung maka kita akan bertemu satu orang lagi," dia tidak menyadari jika semakin dekat dengan pintu utama rumah ini genggamannya semakin erat meremas tanganku, dan aku menyukai reflek itu.

Tangannya yang bebas mendorong pintu bercatkan warna putih itu perlahan, aku bisa melihat lampu gantung yang sangat indah begitu pintu terbuka. Ruangan itu cukup luas untuk ukuran ruang tamu dengan segala perabotannya, di salah satu sofa coklat ruang tamu tersebut sosok wanita paruh baya duduk dengan tegak. Rambut coklat sebahunya tergerai bebas tanpa mengganggu sang empu membaca majalah ditangannya, sosok itu menoleh begitu mendengar Rylie berbicara. "Aku pulang, Ibu."

Tidak ada sambutan hangat seperti seorang ibu yang bertemu anaknya, wajah wanita paruh baya itu datar dan terkesan dingin. "Kau bilang tidak akan membuat masalah apapun selama aku percaya padamu, tapi ada apa dengan berita hari ini?" Sungguh sebuah kalimat pembuka yang buruk, tambahkan itu dilontarkan oleh seorang ibu.

Lost Story '1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang