8. Changed

166 70 20
                                    

Halo semuanya, Lost Story sudah update lagi hari ini. Tolong bantuannya untuk vote dan komen di cerita ini, terimakasih.

~endita
.
.
.
.
.

"Kenapa kau selalu mengganggu setiap kali Aku akan mulai bekerja? Pertama saat kau menodongkan pistol di kantor beberapa hari lalu. Lantas hari ini, kamu menemuiku dua jam sebelum waktu bertemu yang sebenarnya." Ujar ku menatap malas perempuan cantik yang sudah sering merecoki hari-hariku. Rylie tersenyum lebar, tangannya menyodorkan amplop kepadaku. "Aku sudah memikirkan banyak hal yang harus dimuat dalam kontrak kita, semua pemikiran ku sudah kutuliskan di sini. Kau bisa membacanya dan langsung meneken, atau kau menginginkan beberapa perubahan."

Aku meraih amplop tersebut dan meletakkannya kedalam laci meja kerjaku, sekarang aku akan membahas pertemuan Rylie dengan Mama dan Papa. Karena jelas itu agenda yang mendesak untuk segera dibicarakan, "Aku sudah mengatakan agar mengosongkan waktu untuk besok bukan?" Ia mengangguk cepat, baiklah setidaknya ia tidak memperumit keadaan dengan mengatakan jika ia tidak membaca pesanku.

Aku memintanya untuk datang kerumah ketika makan siang, pun aku juga sudah mengatakan hal yang sama pada kedua orang tuaku. "Papa orang yang sulit untuk ditaklukkan, maksudku Papa bukan orang yang ramah seperti yang mungkin kau bayangkan..."

"Aku tidak pernah membayangkan jika orang tuamu akan ramah, terlihat dari sifatmu yang juga tidak bisa bersikap lemah lembut."

"Yah...itu terserah pada penilaianmu. Akan tetapi, semuanya akan baik baik saja selama Mamaku bersama dengan Papa, dan kau tidak perlu berhati-hati dalam menjawab setiap pertanyaan dari Papa. Kau bisa menggunakan kemampuan berbahasamu yang membuatku terdiam kepadanya." Rylie tersenyum semakin lebar, aku yakin dia memang tidak berniat untuk berhati-hati.

"Tunggu sebentar. Kau bilang 'Mama'?" Aku mengangguk menjawab pertanyaan itu, Rylie menatapku aneh. "Kau pernah bilang padaku jika Ibumu meninggalkan panti asuhan untuk kau urus, bukankah artinya ibumu sudah meninggal?" Aku tergelak, lupa pernah mengatakan hal itu kepadanya. Saat itu aku bahkan tidak memberikannya senyum segaris pun, tapi hari ini bisa bisanya aku berulang kali mengulas senyuman yang cukup lebar.

"Ah...soal itu, sepertinya kau tidak cukup dekat denganku untuk mengetahuinya." Hening untuk beberapa waktu, kami hanya saling menatap mencoba menggali isi pikiran masing masing. Rylie menyerah dan mulai bersuara.

"Kau tahu apa yang membuatmu lebih menarik daripada orang lain? Kau jelas tidak bisa kubuat diam dengan mudah bahkan setelah senapan menempel di dahimu, kau tetap berdiri tegap dengan seluruh kebanggan mu. Tapi bukan berarti aku akan menyerah membuatmu merasa kalah, Raihan."

Aku ikut tertawa bersamaan dengannya, meskipun terkesan acuh dan cenderung terganggu aku tetap memperhatikan warna cat rambutnya yang berbeda. Rambut merahnya sudah berganti dengan warna hitam bergelombang, cantik, sangat cantik. "Aku tidak akan mengalah semudah itu, atau bisa saja itu tidak akan pernah terjadi. Sebaiknya kau yang mempersiapkan diri untuk menerima kekalahanmu, meskipun kita tidak punya alasan untuk saling berkompetisi."

Aku berdiri dan membukakan pintu untuknya keluar, Rylie mendengus kecil sambil menatapku tajam. Aku menggerakkan kepalaku kearah pintu yang terbuka mengisyaratkan untuk dirinya agar segera keluar dari ruangan ku, baru beberapa langkah Rylie keluar dari ruangan ini. Aku menghentikan langkahnya untuk sejenak, untuk pertama kalinya aku menyerukan sesuatu yang terkesan menggelikan. "Aku mencintaimu."

Rylie tidak berbalik walau sedikit, tapi aku seperti dapat merasakan wajahnya yang dihiasi seringainya menyebalkan. Tambahkan dengan kalimat yang tidak kalah menyebalkan tapi mampu membuatku berdebar, "Kau harus waspada, jangan sampai kau jatuh hati padaku. Karena aku bukan orang baik. Sampai jumpa."

Lost Story '1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang