50. An Offer

18 5 20
                                    

Tidak layaknya seorang tahanan umumnya, aku tidak berada diatas kursi kayu menyebalkan dengan tangan dan kaki yang terikat. Aku justru terbangun di atas ranjang yang empuk dan terselimuti oleh selimut hangat.

Membuatku sempat berpikir jika aku sudah diselamatkan oleh orang-orang ku, sebelum sosok yang sama masuk ke dalam kamar ini dan mulai duduk mengawasi ku. Seperti sekarang.

Rambutnya disisir rapi ke belakang, wajahnya dihiasi kacamata baca yang cukup tebal, kesannya menjadi seperti seorang pemuda culun semasa sekolahnya. Tangannya yang kekar itu menggenggam benda pipih berwarna hitam milikku, sesungguhnya aku sudah ingin menyambar ponsel tersebut, namun tatapan matanya seakan memperingati ku agar tidak macam-macam.

Aku menghela napas lelah sambil menyibak selimut dan berjalan mendekat ke arah jendela, aku mendapati suasana yang berbeda dari sebelumnya. Apa pria ini membawaku pergi dari tempat sebelumnya?

Mengerti kebingungan ku, Ghost pun mendekat dan tertawa sinis. Atau mungkin tidak, entahlah sekarang apapun yang keluar dari mulutnya selalu kunanggap hal yang negatif.

Mataku menggelap saat ia mulai merangkul bahu ku bersahabat, ia sudah meninggalkan masker hitam menyebalkannya di belakang. Sontak saja aku menepis rangkulannya dan memberikan jarak sejauh mungkin dariku.

Sialnya saat aku mendorongnya namun aku yang bergerak menjauh, tubuhku semakin kehilangan banyak energi karena memberontak padanya tapi sia-sia. Jangan lupakan setiap pergelangan tangan dan kaki ku yang terluka akibat kelakuannya yang sadis.

Aku tidak akan melupakan bagaimana rasanya saat pergelangan ku di sayat seiring ia melepaskan ikatan tali pada tubuhku, awas saja nanti, aku akan membalasnya setelah aku berhasil kabur dari tempat sialan ini.

Akibat tidak bisa menjaga keseimbangan dengan benar, aku terduduk di lantai dengan memalukannya. Yang benar saja, untuk pertama kalinya aku bertingkah begitu konyol di depan orang lain, terlebih ini adalah musuh ku, mu.suh.ku.

Melihatku yang tersungkur Ghost tertawa keras dan mengulurkan tangannya sebagai bantuan, aku lagi-lagi menepisnya kasar dan bangkit menggunakan kemampuanku sendiri. Meskipun masih oleng itu tetap lebih baik.

"Kenapa kau belum juga membunuhku? Bukankah itu yang seharusnya kah lakukan, karena percuma mengancam, itu hanya membuat orang-orang ku semakin geram dan memutuskan menyerang." Benar, aneh sekali karena pria ini masih menjagaku tetap hidup. Terlebih sampai aku diberikan ruangan pribadi yang ku akui cukup nyaman.

Aku menepis segala pemikiran itu, Ghost menatapku tajam sambil mengeluarkan pisaunya. Percayalah itu hal yang sangat mengerikan, aku akan mulai memanggilnya psycho gila setelah ini.

Ia mendekat ke arahku dengan sangat cepat, menancapkan pisau tersebut tepat di samping kepalaku, menembus pintu almari yang terbuat dari kayu.

Tubuhku menegang, namun sebisa mungkin aku mencoba untuk rileks. Kepalanya semakin mendekat ke arahku, mengendus perpotongan leherku, lantas mendengus. "Cepat mandi dan bersihkan tubuhmu, aku akan menunggu di ruang makan untuk membicarakan masalah kita." Selepasnya ia pergi begitu saja.

Sial sial sial. Jantungku sudah mau copot rasanya. Sebenarnya pria itu mau apa!?

Aku yang hendak memaki dan berlari menyusulnya dihentikan oleh Indra penciumanku yang menangkap bau tidak sedap menguat dari tubuhku sendiri, ugh...sepertinya aku memang perlu mandi.

Sembarang aku mengambil pakaian yang berada di dalam lemari tadi, melemparkan setelan yang ingin kugunakan ke atas ranjang kemudian berjalan lambat menuju pintu lain di sisi ruangan ini. Aku tercengang begitu melihat interior di dalamnya.

Bukan karena aku tidak terbiasa dengan kemewahan, tapi yang benar saja? Apa dia sungguh menculik ku untuk diletakkan di tempat semewah ini!? Hey, kamar mandi ini bahkan sama besar dan lengkapnya seperti milikku di mansion.

Lost Story '1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang