"Charlotte, berhenti berlari seperti itu! Kau bisa terjatuh nanti!" Teriak seorang pria dengan bahasa Rusia yang fasih. Wajahnya diliputi kekhawatiran saat mencoba mencegah kekasihnya yang sedang hamil besar itu untuk tetap diam.
Tapi watak Charlotte kadang sangat keras kepala, wanita itu terus saja berlari kecil mengelilingi taman belakang kediaman mereka, aduh...padahal ia sedang hamil delapan bulan.
Pria itu, Alexei Gregory hanya bisa merentangkan tangannya di sekitar tubuh sang kekasih, berjaga-jaga jika dia harus menangkap tubuh Charlotte jika terjatuh. Charlotte menggembungkan pipinya kesal, "Alex..kau tidak perlu melakukan hal ini! Aku akan baik-baik saja, percayalah," bujuknya.
Alexei hanya menghela napas parah, tapi baginya yang telah memimpin organisasi besar selama bertahun-tahun, perintahnya tidak bisa dibantah seharusnya. Tapi ini berbeda, ia menjadi sangat lunak saat berhadapan dengan Charlotte. Orang yang mengenalkannya pada cinta, bukan hanya obsesi semata.
Melihat kekasihnya yang lengah, Charlotte pun segera keluar dari lingkaran lengan Alexei. Sebenarnya bisa saja pria itu menangkapnya, tapi seperti yang pernah terjadi, Charlotte bagaikan Dewi yang apapun ia lakukan tidak dapat dicegah oleh Alexei.
"Charlotte, ayolah...kau tidak lelah sejak satu jam lalu sudah seperti ini?" Keluh Alexei dengan memasang wajah lesunya. Melihat hal tersebut Charlotte melotot, "Kau ini kan pemimpin dari mafia, bagaimana bisa kau lelah semudah itu!?"
Oh benar sekali, Charlotte mengetahui semuanya tentang Alexei. Ia memutuskan mencintai pria itu sepenuhnya, membiarkan benih pria itu tumbuh di rahimnya, bahkan ia tidak meminta ikatan pernikahan, karena Charlotte tahu betapa Alexei membenci kata tersebut.
Tidak ada yang pernah melihat sisi tergelap seorang Alexei Gregory, hanya dia, tapi wanita itu sudah terlanjur sayang. Dalam dua tahun akhirnya apa yang mereka inginkan terjadi, anak pertama mereka, betapa bahagianya sepasang kekasih itu saat mendengar kabar tersebut.
Namun perlu diketahui, jika pada saat itu juga pertahanan Ghost alias Alexei runtuh seutuhnya. Sekarang dia memiliki kelemahan yang sangat fatal, Charlottenya adalah segalanya bagi Alexei.
Tatapan mata Alexei selalu awas, terutama ketika wanitanya sedikit terhuyung dan hampir terjatuh. Sungguh justru ia rasa jantungnya yang akan copot. "Charlotte, sayang...kau tidak apa?" Serunya sembari menangkap tubuh kekasihnya yang limbung.
"Lihat, kau sudah kelelahan. Sekarang kita ke.kamar.dan istirahat!" Paksa Alexei, Charlotte hendak menolak. Namun, apa boleh buat jika sekarang tubuhnya itu sudah di gendong dengan sangat mudahnya.
Charlotte sedikit memberontak dalam gendongan Alexei, meskipun ia akan menunduk malu saat ada pelayan atau anggota organisasi yang lewat. "Alex...cepat turunkan aku. Semua orang akan melihat kita," lirihan itu diabaikan oleh Alexei.
Satu pukulan mendarat di bahu kokohnya, Charlotte kesal bukan main padanya. Memangnya dia tidak boleh bermain? Hanya harus berdiam diri di kamar begitu? Dia akan mati kebosanan nanti..
"Aku tahu apa yang kau pikirkan, Charlotte....hah... aku tidak melarang mu untuk keluar kamar, hanya saja jangan melakukan hal-hal beresiko seperti tadi. Ingatlah kondisi kesehatan mu memburuk karena sedang mengandung."
"Turunkan aku..." Bukannya mendengarkan perkataan Alexei, Charlotte justru mengulang permintaannya.
Tentu saja pria itu tetap abai, membawa bawa tubuh Charlotte yang tengah berbadan dua itu masuk ke kamar. Sesampainya di ranjang Alexei meletakkan tubuh itu perlahan, "Sekarang kau sudah bisa mengoceh lagi." Ujar Alexei tanpa merasa bersalah sudah membuat kekasihnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Story '1 (TAMAT)
RomanceTidak ada yang menduga jika aku bisa jatuh cinta dengan wanita sepertimu, tidak banyak orang yang berhasil menggerakkan hatiku. Tapi kamu adalah sesuatu yang berbeda, bahkan aku tidak bisa menduga akan berakhir dimana kisah kita. Kita terus bertemu...