2. I Won't

342 164 86
                                    

Aku terbangun masih dalam keadaan hangover, setelah pertengkaran tadi malam aku menghabiskan sebotol alkohol sendirian. Entahlah mungkin Darren berbaik hati mengantarkanku kembali ke apartemen, aku menemukan obat perrda mabuk dan note di nakas.

Kutunggu pukul sebelas di lobby

Darren.

Aku memijit kepalaku yang terasa pening, acara amal itu sempat kulupakan. Dengan perlahan aku berjalan menuju pintu sampai aku merasa mual dan memuntahkan seluruh isi perutku di lantai, "Akh sial, aku terlalu banyak minum. Pukul berapa ini? " gumamku sambil merogoh ponsel yang terjatuh, mataku membola melihat waktu yang tertera.

Ini pukul sebelas kurang lima belas menit, Darren bisa membunuhku jika ia menunggu lama. Tanpa memedulikan tubuhku yang limbung aku segera berlari menuju kamar mandi, membersihkan diri secepat mungkin.

Aku hanya menatap linglung pada seseorang setelah aku keluar dari kamar mandi, "Pagi Ry, apa kau sudah lebih baik? Darren bilang kau pulang ke apartemen semalam tapi ternya kau minum banyak ya," Filea mengatakannya sambil membersihkan kekacauan yang kuperbuat didalam kamar, kenapa pula ia bisa tahu alamat apartemenku yang baru.

"Pukul berapa sekarang?" tanyaku cepat cepat mengabaikan kehadirannya, mulai menarik sembarang pakaian dan mengenakannya cepat. "Pukul sebelas kurang tiga menit, sebenarnya kau ada acara apa Ry terburu buru seperti itu?"

Aku merutuk, tetap mengabaikan keberadaan sahabatku itu. Meraih jam tangan, tas, dan mantel disaat yang hampir bersamaan. "Aku ada acara amal," jawabku singkat lantas mengenakan sepatu high heelsku tanpa menatap wajahnya, aku merasakan tangannya menyentuh kepalaku.

"Rapikan rambutmu dulu Ry, kau tidak bisa ke acara amal seperti ini" aku mengangguk singkat meski sempat terpaku sejenak, dasar Darren sial membuatku memikirkan kembali kata katanya. Aku sudah selesai bersiap, Filea juga sudah selesai merapikan rambutku. Dengan tergesa aku menuju lift turun ke lobi, semoga saja Darren tidak menunggu lama.

"Sepuluh menit, selalu terlambat." Itu adalah kalimat pertama yang ia ucapkan padaku, aku yang masih terengah hanya mendengus kesal. Aku sudah berusaha tepat waktu, dan seharusnya dia tahu aku mabuk semalam jadi sulit untuk bangun dan bersiap tepat waktu.

"Selamat pagi, terimakasih sudah membawa Rylie pulang dengan selamat." Ujar Filea yang sekarang sudah berhadapan langsung dengan Darren. Yang diajak bicara cukup menganggukan kepalanya singkat, tidak peduli.

Filea sekarang berdiri tepat dihadapanku, tubuhnya yang tiga centi lebih tinggi membuatku sedikit mendongak. "Aku akan menyusulmu nanti Ry, siang ini aku ingin bertemu dengan ibu sebentar," aku menganggukan kepala pelan, berbisik sedikit padanya. "Titipkan salam untuk ibu, sampaikan kalau Ry merindukannya..." Filea tersenyum hangat lantas menepuk bahuku dan pergi.

"Aku tidak tahu kalau Filea hanya akan berada di Jerman selama seminggu, kau baik Ry?"

Aku mengangguk, aku baik. Tetapi perasaanku yang tidak, mengabaikan dia yang selalu baik padaku membuat suasana hatiku kelam. Bagaimanapun juga Filea adalah sahabat baikku, meskipun kerap kali membuatku merasa tidak enak karena membuat wanita itu kerepotan.

"Eh Leo, kenapa kau yang disini. Bukankah barusan Darren yang menjemputku?" tanyaku terkejut karena Leo lah yang saat ini berada di sebelahku, lelaki itu tertawa pelan mengusak rambutku.

Aku menepis kasar tangannya, aku sudah merapikannya lebih tepatnya Filea. "Darren mengambil mobilnya,cih lagi lagi dia tidak mau membawa mobilku," ucapan Leo membuatku melepaskan tawa, Darren memang selalu menolak menggunakan mobil orang lain, entahlah kenapa.

"Sudah siap semuanya? Ada berkas yang tertinggal?" tanya Leo sekali lagi, aku menggeleng. Semua pekerjaan sudah berada di mansionku, Leo mengangguk sekilas lantas berjalan terlebih dahulu memasuki mobil.

Lost Story '1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang