28. She was an Ackerley

37 13 3
                                    

Hujan deras sedang turun mengguyur daerah pinggiran kota, termasuk panti asuhan tempat Patricia tinggal. Suara berisik air yang menghantam atap bangunan membuat gadis kecil usia lima tahun itu terganggu, ia berlari menuju kamarnya yang berisi tujuh orang namun sedang kosong.

Di usianya yang sekarang sewajarnya ia menyukai hujan seperti puluhan anak panti lainnya, namun Patricia justru membenci dan mempertanyakan alasan semua temannya sangat menyukai hujan. Tubuh kecil itu meringkuk di balik selimut dan mencoba untuk tertidur, ia bergerak gelisah diatas kasurnya entah kenapa.

Sampai akhirnya seorang wanita paruh baya yang sudah amat ia kenali masuk dan menghampiri Patricia, senyuman hangat selalu ditunjukkan oleh wanita itu sepanjang hari. Menyadari salah seorang pengurus panti kesayangannya datang, sontak saja Patricia melompat dari kasurnya dan berlari mendekat.

"Mama! Patricia sudah merindukan Mama sejak tadi pagi, kenapa Mama baru datang sekarang?" Nada suaranya terdengar merajuk.

Wanita paruh baya bernama Shilla atau lebih akrab dipanggil Mama olehnya berjongkok sambil mengusap sayang kepala Patricia, dengan sangat menggemaskannya gadis kecil itu justru memeluk erat leher Shilla.

Senyuman keduanya terbit sangat cantik, "Patricia mau ikut dengan Mama sebentar? Ada yang ingin bertemu denganmu." Ujar Shilla belum melepaskan pelukannya.

Ia bisa merasakan jika Patricia semakin mengeratkan pelukannya, Shilla tahu benar apa yang dipikirkan oleh gadis kecil itu sekarang. Sudah ada lebih dari lima pasangan yang datang dan hendak mengadopsinya namun gagal, berkali-kali Patricia berharap lantas pupus begitu saja.

"Apa Patricia khawatir? 'kan ada Mama di sini, yang menemui Patricia nanti adalah orang baik." Patricia menggeleng di lekukan leher wanita paruh baya itu.

"Patricia mau di sini saja selamanya, bersama Mama, bersama yang lainnya." Gumamnya.

Shilla mengurai pelukan itu dan mendapati tatapan mata bergetar milik anak pantinya, ia sejujurnya merasa sangat kasian dengan gadis kecil ini. Orang-orang jahat itu bisa-bisanya membatalkan adopsi yang hendak mereka lakukan pada Patricia, padahal anak itu sudah sangat senang saat mendengar kata keluarga.

"Apa Patricia lupa dengan kata-kata Mama? Patricia adalah anak yang kuat, kamu punya nama Ackerley sebagai nama keluargamu. Papa dari Patricia adalah pria yang hebat," benar.

Shilla adalah pemilik panti sekaligus sahabat mendiang ayah dari Patricia, sejak bayi Patricia harus tinggal di panti asuhan ini karena orang tuanya mengalami kecelakaan. Andrew Ackerley, ayah Patricia secara khusus memintanya untuk menjaga anaknya.

"Tapi Patricia tidak pernah melihat Papa, tidak tahu harus kuat dengan cara apa. Mama bilang Patricia harus seperti Papa, tapi aku tidak tahu..." Tangisan itu pecah bersamaan dengan air hujan yang terus menerus turun.

Shilla menarik napasnya panjang, "Jangan mudah menangis di depan orang lain, selalu percaya dengan diri sendiri, rajin belajar, giat bekerja, tidak takut salah. Seperti itulah sosok Papa dari Patricia. Tidak percaya dengan Mama?"

Patricia menggeleng pelan, ia selalu memercayai apapun yang dikatakan oleh Shilla. "Kalau begitu sekarang Patricia harus menemui orang yang ingin bertemu denganmu, oke?"

Berat hati Patricia pun menuruti hal tersebut. Sepanjang jalan Shilla tidak melepaskan genggaman tangannya dari jemari mungil milik anak asuhnya, ruang tamunya tidak begitu jauh, jadi mereka bisa dengan cepat mencapainya.

Shilla membuka pintu kayu tersebut lantas masuk terlebih dahulu, sementara Patricia masuk belakangan sambil menyembunyikan tubuhnya di balik Shilla. Kedua orang yang berstatus sebagai tamu memaklumi hal tersebut, sang pria beranjak dari duduknya lantas mulai berbicara pada Shilla.

Lost Story '1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang