"Kamu ngga kerja?" tanya Jisoo kepada Bobby yang kini sedang menyuapkan bubur kepadanya.
"Kamu masih di rumah saki, yakali aku udah kerja..." jawab Bobby, "lagian akukan masih cuti."
"Kamu cuti mulu, bulan ini dapet gaji berapa coba dari lab?"
"Tetep sama lah, kan aku cuma ngabisin jatah cuti aku..." bela Bobby, "lagian kalo misalnya aku gak dapet gaji dari laboratorium. Counter lagi banyak pemasukan kok."
Pengin rasanya Jisoo jitak kepala Bobby, tapi sayang tangannya lagi megangin putri kecilnya yang kini sedang ia beri ASI.
Jisoo memang sedang memberi ASI kepada putri kecilnya, dengan Bobby yang menyuapi Jisoo bubur untuk sarapan. Sedang jagoan kecil mereka masih terlelap tidur, tanpa merasa terganggu sama sekali.
"Kamu udah punya nama buat mereka?" tanya Bobby, "masa iya nanti dipanggil upin-ipin, gara-gara belum dikasih nama."
"Udah ada sih," jawab Jisoo, "tapi ini dua-duanya aku yang ngasih nama? kamu gak mau nyumbang?"
Tawa Bobby langsung pecah, dan disusul oleh tangisan kencang putra mereka yang tidurnya terganggu oleh tawa Bobby.
Bobby dengan cepat menyimpan mangkuk bubur di tangannya, lalu mendekat kepada sang Jagoan yang kini masih menangis dengan kencang.
"Aduh anak ayah... keganggu ya tadi sama ayah... maaf ya sayang..." kata Bobby dengan lembut sembari menggendong putra kecilnya tersebut, "jagoan ayah nangisnya keceng banget... kamu mau saingan sama nenek ya?"
Jisoo langsung menatap tajam kepada Bobby, sedangkan yang ditatap tajam justru tak peduli, dan masih asik bercengkrama dengan jagoannya.
"Yah... gantian, biar Kakak lagi yang sarapan..." pinta Jisoo, membuat Bobby berjalan mendekat dan memberikan putranya kepada Jisoo, lalu mengambil alih putrinya yang terlihat kembali tidur.
"Cantik banget siiih anak ayaah..." kali ini bagian putrinya lah yang ia ajak berbicara, "coba kamu datangnya lebih dulu dari ibu kamu. Kamu yang ayah pacarin...."
Terserah Bobby aja udah.
"Oh iya yang..." panggil Bobby, "nama anak-anak, gimana?" tanya Bobby setelah ia menempatkan putrinya di ranjang khusus bayi yang disediakan rumah sakit.
"Udah ada sih..." jawab Jisoo, "aku bikin 4... 2 nama anak perempuan, 2 buat anak laki-laki..." jelas Jisoo.
Selama Jisoo mengandung, keduanya memang sengaja untuk tidak mencari tahu jenis kelamin anak-anak mereka. Karena bagi keduanya, perempuan ataupun laki-laki. Hal yang paling utama adalah anak-anaknya sehat.
"Karena yang keluar cewek sama cowok... jadi, aku ambil satu-satu...."
Bobby hanya mengangguk saja, mendengarkan penjelasan dari Sang Istri.
"Yang perempuan namanya Jihan... Kim Jihan. Gimana?"
Senyum Bobby langsung terbit, dan tak lama setelah itu mengangguk setuju atas nama yang istrinya buat. "Kalo yang cowok?" tanya Bobby.
"Dihan... Kim Dihan."
"Jihan... Dihan..." gumam Bobby sembari mengangguk-angguk, "bagus kok Yang. Tapi, kenapa belakangnya pake unsur Han semua? Kesenangan si Hanbin."
Jisoo langsung terkekeh saat mendengar protes dari Sang Suami, "Gak apa-apa Yang, menghormati jasa Hanbin waktu aku hamil. Kasian tiap malem dikerjain mulu."
"Iya juga ya..." gumam Bobby, "kasian dia tiap malem aku suru cari makanan yang susah dicari."
"Iya emang, susah banget...."
Bobby langsung menoleh saat mendengar suara Hanbin.
Dan benar saja. Adik laki-lakinya itu sedang berdiri di depan pintu masuk ruangan rawat inap Jisoo yang entah sejak kapan sudah terbuka.
"Cuci tangan dulu..." tahan Jisoo, "ganti baju sekalian. Lo abis dari UGD!"
"Setdah..." gumam Hanbin, "mandi gue sekalian..." jawab Hanbin langsung berbelok menuju kamar mandi yang letaknya dekat dengan pintu masuk. "Bang, gue pinjem baju."
Jisoo dan Bobby dengan kompak menatap heran kepada Hanbin yang sudah masuk kedalam toilet.
"Dikata ruang rawat inap rumah sakit itu apartemen..." gumam Bobby.
🤵👰🏼
"Teh Jisoooo..."
Jisoo yang sedang duduk di sofa ruang rawat inap, langsung menoleh saat mendengar suara Jennie.
Jennie langsung mendekat kepada Jisoo.
"Iiii... imuut bangeeet..." pekik Jennie saat melihat Jihan yang sedang terlelap tidur di pangkuan Sang Ibu.
"Jen, masa anak Sultan cuma bawain roti..." protes Bobby sembari memakan roti yang Jennie bawakan.
"Protes aja lo..." balas Taeyong yang baru saja muncul, dan langsung memukul kepala Bobby.
"Yong anjir, lo lagi miskin atau gagal proyek? Masa cuma bawa roti."
Bobby tuh emang manusia gak tau diri.
Heran, udah jadi ayah dua anak tapi otak masih aja ga dipake.
"Permiziiii..."
Belum selesai perdebatan Bobby dan Taeyong, tiba-tiba saja suara Yunhyeong dan Sungjae muncul dari balik pintu masuk.
"Ponakan gue mana ponakan gue??" tanya Sungjae heboh dan langsung masuk ke dalam rumah sakit. Tetapi, belum dekat Sungjae pada anak-anak Bobby. Kerah belakang Sungjae sudah ditarik lebih dulu oleh Bobby, hingga sahabatnya itu terseret.
"Cuci tangan dulu. Lo bawa virus dari luar anjir!"
Sungjae merengut dengan sebal, "Gue udah install Smadav di tubuh gue!" jawab Sungjae asal sembari berusa melepas tangan Bobby dari kerah belakang bajunya.
"Jis, itu yang tidur di ranjang siapa?" tanya Yunhyeong menujuk segumpal daging yang tidur membelakangi mereka, dengan selimut membalut tubuhnya.
"Lah, gue baru sadar ada manusia di situ..." saut Jennie ikut menoleh ke arah ranjang pasien milik Jisoo.
Sungjae langsung berjalan mendekat kepada ranjang pasien Jisoo. Dan menggebrak kasur tersebut hingga membuat keributan.
"APA? BAIK SIAP DOK!!" teriak Hanbin tidak jelas dan langsung melompat dan segera berdiri dari posisi tidurnya.
Tawa seluruh manusia yang berada di ruangan tersebut seketika langsung pecah. Sedangkan Hanbin hanya mendelik saja, dan kembali berbaring di ranjang rumah sakit.
"Beneran anak Bobby anjir," komentar Yunhyeong, "mau seribut apa juga, kalo emang lagi tidur ya udah merem."
'Teh, lo harus belajar cara bangunin kebo dari Bukde berarti..." saut Jennie.
"Tante Hanna bangunin Bobby nyerah..." saut Taeyong, "Mas Jinan yang juara."
"Ini jagoan Om Yoyo, jangan kaya ayah kamu ya... kalo bobo nggak bangun-bangun," kata Yunhyeong pada putra Bobby yang kini tidur di pangkuan Bobby.
"Namanya siapa nih Bob?" tanya Taeyong dan dijawab gelengan kepala Bobby.
"Masih rahasia..." jawab Bobby dengan wajah menyebalkannya.
"Ada unsur nama guenya..." saut Hanbin yang masih memejamkan matanya.
"Apaan? Handoko?" tanya Sungjae.
"Hanung? Bramantyo?" kali ini Taeyong yang tiba-tiba saja ikut tidak waras.
Bobby langsung mendelik, "Jauh-jauh lo dari anak gue..." kata Bobby, "nanti jadi bobrok lagi jagoan gue."
"Harusnya anak lo jauh-jauh dari lo, Bang!" balas Jennie. "Lo kan bibit utama dari virus kebobrokan."
Tak lama setelah Jennie berbicara seperti itu, Dihan yang berada di pangkuan Bobby langsung menangis.
"Anak gue ga terima ayahnya dibully..." jawab Bobby bangga, "bagus nak."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Man✓
ФанфикBobby si gila nan bobrok Mampu menjadi kepala keluarga yang baik