"Besok jadi pembayarannya?" tanya Jisoo ikut bergabung dengan Bobby yang kini sedang berkutat dengan tablet-nya di ruang keluarga.
"Yang..." panggil Bobby, "ada yang mau aku omongin ke kamu..."
"Kenapa?" tanya Jisoo dengan santai membuka toples cookies yang berada di meja ruang keluarga. Sedangkan Bobby masih memperhatikan layar tablet dengan serius. "Ada masalah?" tanya Jisoo lagi karena tak mendapatkan jawaban dari Sang Suami. Kepalanya bahkan sudah bersandar di pundak Bobby, dengan mata ikut terfokus pada tablet suaminya.
"Tabunganku kurang..." gumam Bobby, "padahal ini udah di tambah sama hasil gabung dari tabungan aku, sama tambahan modal dari Jeonghan."
"Masih banyak banget kurangnya?"
"Buat beli toko yang disebelah sih udah aman, Yang..." jawab Bobby, "buat desain sama furnitur toko juga aman..." lanjutnya, "tapi... buat beli barang-barang untuk dijual lagi, modalnya masih kurang.
"Tabungan counter udah abis..." gumam Bobby, wajahnya benar-benar terlihat pusing, "dan aku gak mau ganggu tabungan rumah."
Bobby memang memiliki dua jenis tabungan. Tabungan Counter, untuk menjalankan counter-nya, membeli barang-barang untuk dijual atau seperti kebutuhan sekarang. Lalu, ada juga tabungan Rumah. Rumah yang dimaksud adalah Rumah Tangga, segala yang berhubungan dengan dana masa depan keluarganya ia simpan di tabungan tersebut.
Jisoo terdiam, ia pun setuju untuk tidak mengutak-atik tabungan masa depan keluarga.
"Kenapa gak cari investor aja?" tanya Jisoo, "coba kamu tawarin dulu ke sodara atau temen kamu yang minat."
Bobby langsung menatap kepada Jisoo, "Iya juga ya...." jawab Bobby antusias, "aku telpon Hanbin deh...."
"Tapi, kamu tanya sistematis nya dulu ke orang yang lebih ngerti!" sela Jisoo cepat sebelum suaminya itu menelpon Hanbin, "tanya ke Mas Jinan atau ke Kak Namjoon, cara bagi hasilnya gimana. Jangan tiba-tiba ngajak orang buat join, sedangkan kamu ga tau nanti bagi hasilnya gimana.
"Orang mau nyelam juga harus dapet arahan dulu. Kalo tiba-tiba nyelam tanpa tahu apa-apa, bisa kebawa arus atau dimakan hiu..." Jisoo mulai melakukan ceramahnya.
"Yaudah... aku telpon Mas Jinan dulu..."
"Ya nggak sekarang juga dong, Yayaah..." kata Jisoo gemas, "liat jam berapa sekarang?"
"Mas Jinan belum tidur kok jam segini," bela Bobby saat matanya melirik jam di dinding yang masih menujukan pukul setengah sembilan malam.
"Besok aja, kamu datangin langsung. Biar lebih jelas."
Bobby hanya mengangguk saja, dan suasana ruang keluarga tiba-tiba menjadi lebih hening. Hanya ada suara mulut Jisoo yang kini kembali mengunyah cookies-nya.
"Bubu..." panggil Bobby pelan, sedangkan Jisoo hanya menjawab dengan dehaman, karena mulutnya asik mengunyah cookies. "Mau kopi susu..." pinta Bobby manja. Sedangkan Jisoo hanya mengangguk saja. Dan segera beranjak menuju dapur, setelah cookies di tangannya habis.
Senyum Bobby tiba-tiba saja terbit, sejak dahulu berdiskusi dengan Jisoo adalah favoritnya. Semenjak mereka pacaran. Cara Jisoo yang awalnya berbicara dengan tenang saat memberi pendapat sangatlah Bobby sukai. Tetapi, saat Jisoo mulai menggebu-gebu dan kesal, Bobby juga menikmati hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Man✓
ФанфикBobby si gila nan bobrok Mampu menjadi kepala keluarga yang baik