Suasana dini hari yang hening langsung menyambut Bobby. Seperti biasa, Bobby akan terbangun dengan sendirinya di sepertiga malam. Pria itu segera merenggangkan tubuhnya, menoleh sebentar kearah sampingnya dimana tempat yang biasanya Jisoo tiduri kosong, membuat Bobby langsung menoleh ke arah connecting door kamar kedua anaknya.
Setelah nyawanya terkumpul, Bobby segera turun dari ranjang. Pria itu bermaksud untuk melihat Sang Istri dan Si kembar terlebih dahulu.
Tubuh Bobby seketika diam terpaku, pria itu masih berada di balik pintu yang menghubungkan ke kamar kedua anaknya. Bobby masih tetap memandang ke arah Jisoo yang sedang duduk di sofa yang biasanya menjadi tempat untuk menyusui Si Kembar. Tetapi kali ini kedua anak mereka sedang terlelap tidur, sedangkan Jisoo terlihat sedang menangis tanpa suara, dengan tatapan kosong mengarah pada ranjang kedua bayi kembarnya.
Bobby menghela nafasnya, setelah Jisoo melahirkan Si Kembar, ia selalu berusaha untuk berada di samping Jisoo. Menemani wanitanya jika Si Kembar sedang rewel tengah malam, memperhatikan Jisoo sebaik mungkin.
Itu semua Bobby lakukan agar Sang Istri tetap merasa nyaman, pria itu berusaha Jisoo tidak sama terkena baby blues syndrome.
Sebenarnya Jisoo bisa dibilang memang tidak mengalami gejala-gejala baby blues syndrome. Tetapi akhir-akhir ini Jisoo terlihat sering melamun, emosinya memang masih teratur, hanya saja Bobby beberapa kali melihat Jisoo sedang menangis tanpa suara sembari menatap kedua anak mereka.
Yang ada dibenak Bobby adalah Jisoo merasa stress. Karena semenjak melahirkan wanita itu jarang memiliki waktu me time-nya sendiri. Sekalipun pergi keluar, itu pasti hanya sebentar.
Bobby segera berbalik dan berjalan menuju kamar mandi. Untuk sekarang ia memilih untuk diam dan pura-pura tidak tahu.
Jisoo termasuk tipe yang terbuka kepada suaminya, dan Bobby yakin ketika Sang Istri belum memberitahukan keresahannya kepada ia, itu artinya belum waktunya Bobby tahu. Pria itu tak mau memaksa.
🤵👰🏼
"Mmmm..." gumam Jisoo yang tidurnya terganggu karena pipinya beberapa kali dicium oleh Bobby.
"Aku mau jogging dulu," bisik Bobby, "Dihan ikut sama aku, dia udah bangun."
"Mmmm..."
"Jihan ada di sebelah kamu, awas ketindihan."
"Iya..." jawab Jisoo berusaha untuk membuka matanya yang berat karena kantuk. Dan belum sempat Jisoo membuka matanya, Bobby sudah terlebih dahulu mengecup kelopak mata Sang Istri. Membuat Jisoo kembali memejamkan mata.
"Kamu tidur lagi aja..." kata Bobby, dan setelah memberikan kecupan pada kening Jihan, iapun berbalik dengan pelan meninggalkan kamar.
"Dihaaaan... ayo kita jalan-jalan..." kali ini suara antusias Bobby kembali terdengar. Dihan yang memang sedari tadi sudah berada di stroller, hanya tertawa saja.
Bobby langsung mendorong stroller tersebut, membawanya keluar dari rumah. Dan setelah berada di jalan perumahan yang sepi, Bobby mulai berlari kecil sembari mendorong Dihan yang terus memperhatikannya dengan serius
"Kakak mau lari juga?" tanya Bobby, "ayo dong cepet gede... nanti kita balap lari...."
Dihan hanya membuka mulutnya, tetapi tidak mengeluarkan suara. Bayi laki-laki tersebut telalu antusias karena diajak keluar oleh Sang Ayah.
Dibandingkan Jihan, Dihan memang terbilang lebih diam. Bayi laki-laki itu tidak secerewet kembarannya. Selain itu, pembawaan Dihan terbilang lebih tenang, tidak seperti Jihan yang bar-bar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Man✓
FanfictionBobby si gila nan bobrok Mampu menjadi kepala keluarga yang baik