Part 3

125K 15.8K 1.7K
                                    

Hari yang buruk ini tambah buruk lagi ketika mengetahui di rumahnya sedang banyak manusia.

Baru saja Vellice membuka pintu, semua orang langsung terdiam. Bahkan ada yang menunduk tidak berani melihat Vellice.

Anna segera melangkah maju, berusaha seberani mungkin.
"Ma-maaf.. ki-kita ada tu-tugas kelompok" ucap Anna.

"Ck!" Vellice hanya berdecak sebal setelah itu berjalan menuju tangga.

"Jangan berisik!" bentak Vellice tanpa mengalihkan pandangan dan terus menaiki tangga.

Vellice langsung merebahkan badannya di atas kasur begitu memasuki kamar. Ia benar benar lelah. Badannya terasa remuk semua. Apalagi, ia belum makan seharian ini.

Ia segera mandi karena badannya terasa begitu lengket. Lagi lagi ia menghela nafas ketika melihat luka di tangannya yang sangat lebar dan terlihat menjijikkan. Kulitnya berubah warna menjadi merah tua keunguan. Diikuti lecet lecet yang memunculkan bercak darah.

Sakit? Pasti.

Setelah mandi kelaparan melanda dirinya. Apalah daya, ia yang sangat malas untuk makan. Tetap harus makan, bukannya tujuannya berada di dunia ini untuk bertahan hidup?

Vellice menuruni tangga dengan kaos lengan panjang dan celana pendeknya, suara tawa kembali menyambutnya ketika berada di bawah. Seperti terdapat sensor ditubuh mereka. Otomatis suara tawa itu berhenti ketika melihat Vellice.

Vellice acuh dan segera menuju dapur.

"Sialan ga ada makanan" gumamnya sebal ketika melihat atas meja makan kosong.

Membuka kulkas, ditemukannya roti bolu. Ia mengambil roti itu serta air putih. Duduk di kursi depan bar yang membatasi dapur.

Makan roti sambil memainkan handphonenya. Inilah saatnya untuk membuka semua akun sosial media tokoh Vellice.

"Uhuk! Uhuk!" ia seketika tersedak ketika melihat isi instagram tokoh Vellice.

"Anjrit!" sentak nya pelan.

Isinya semua ketika tokoh Vellice memakai pakaian seksi ataupun bikini.

Melihat isi komentar saja membuatnya mual sendiri. Semua komentar komentar kotor terlontar di sana.

Vellice segera menghapus semua foto fotonya yang berpakaian seksi. Dari 28 foto yang di upload, ia menghapus 20 foto. Jadi, sebanyak itulah foto seksi yang dimiliki tokoh Vellice.

***

Pagi ini, Vellice berangkat dengan menggunakan sweater panjang. Untung sekolahnya hanyalah sekolah swasta yang isinya orang kaya semua. Peraturan disini pun tidak terlalu ketat. Jadi jangan tanya kenapa Vellice bisa mem-bully dan berpakaian seenaknya di sekolah.

Kali ini Vellice naik mobil sendiri. Ia sudah mengingat jalan untuk ke sekolah.

"Tumben lo pake sweater? Lagi sakit?" tanya Angel.

"Lagi pingin" ucap Vellice acuh.

"Sarapan dulu kuy!" ajak Lara. Mereka pun segera menuju kantin.

Niat hati ingin makan dengan tenang, tapi selalu saja ada gangguan baginya.

"Lo di panggil BK" ucap seseorang tiba tiba berdiri di sampingnya. Vellice mendongak, sedikit terkejut ketika mendapati Arlan di sana.

Namun, yang dilakukan Vellice adalah acuh dan kembali memakan sarapannya. Ia sedang lapar.

"Denger ga sih!" sentak Arlan.

Vellice tak menanggapi itu, ia tetap acuh saja.

Arlan yang geram langsung menarik tangan Vellice. Menggeretnya menuju ruang BK.

"Lan! Lepas!" pekik Vellice berulang ulang, tangannya terasa sangat perih.

Sesampainya dekat dengan ruangan itu Arlan baru melepaskan cengkraman tangannya di tangan Vellice. Juga memperlambat langkahnya.

"Sakit tahu ga!" sentak Vellice keras hingga mampu membuat seisi koridor menoleh.

Arlan pun malah menatap Vellice tajam.

"Ga usah drama! Gitu aja ngeluh! Gimana adek lo yang tiap hari lo ganggu!" sentak Arlan.

Vellice menatapnya kesal, ia berjalan memasuki ruang BK sambil menghentakkan kakinya sebal.

Suara pintu ditutup menandakan Arlan ikut memasuki ruangan.

"Berani kamu memakai sweater memasuki ruangan saya! Lepas!" sentak Bu Yulia, dia adalah guru BK.

"Udah deh bu, ada urusan apa sama saya?" sahut Vellice kesal, dan langsung mendapatkan injakan kaki dari Arlan.

"Yang sopan!" sentak Arlan.

"Lepas sweater kamu! Setelah itu duduk!" perintah Bu Yulia.

Vellice yang sebal langsung melepas sweater nya dengan kasar.

"Astagfirullah! Tangan kamu kenapa!?" pekik Bu Yulia, ia pun langsung berdiri dari tempat duduknya.

Seketika pula Vellice menyesal karena melupakan lukanya. Kalau masih ingat, ia tidak akan mau melepas sweater itu.

Arlan jauh lebih terkejut lagi. Matanya hanya terfokus pada luka Vellice. Tangannya mengepal erat. Ini salahnya.

"Arlan! Arlan! Arlan! Arlan! Jangan melamun!" bentak Bu Yulia.

Arlan seketika tersadar ketika mendapat pukulan di tangannya.

"Bawa ke UKS sekarang! Cepat!" sentak Bu Yulia.

"Akh! Hei! Bego! Yang sakit tangan gue bukan kaki gue! Ngapain lo gendong gue! Turuninn!!" teriak Vellice ketika Arlan malah menggendongnya sambil berlarian di koridor membuat semua orang menoleh ke arah dua insan itu.

"Woi! Ambil P3K!" teriak Arlan setelah menendang pintu UKS.

Vellice sebenarnya mengernyit heran. Bukannya seharusnya tokoh Arlan adalah laki laki yang tidak pernah panik?.

Bahkan di novel ketika Anna pingsan di lapangan pun Arlan masih bisa menggendongnya sambil berjalan tenang. Bukannya malah lari-larian kayak yang Arlan lakukan tadi.

Arlan segera menurunkan Vellice di atas kasur.

"Ga! Gamau!" teriak Vellice sambil menjauhkan tangannya ketika anak PMR datang membawa kotak p3k.

"Gamauu!!" teriak Vellice dia bahkan berusaha melompat ke sisi kasur yang lainnya. Namun kakinya ditahan sama Arlan.

"Lice! Nurut!" bentak Arlan. Laki laki itu langsung ikut melompat naik brankar, menarik pinggang Vellice mendekat dan memeluknya erat.

"Arlan! Lepas! Lepasin!" bentak Vellice.

Arlan tak menggubrisnya ia memegang tangan Vellice yang sakit.

"Cepat obatin!" sentak Arlan.

"Akh!!" teriak Vellice ketika mereka menempelkan kain berisi es batu ke tangan Vellice.

Rasa dingin bercampur perih pada bagian lecetnya bersatu.

"Arlan sakit, hiks. Arlaann... udahh.. uudahh.." rengek Vellice sambil menangis. Ia menyandarkan punggunya di dada Arlan. Tangannya mencengkram erat seragam Arlan.

Arlan menghela nafas pelan. Ia menutup mata Vellice. Tanpa sadar bibirnya terus menempel pada ujung kepala Vellice.

"Jangan diliat, biar cepet sembuh. Kamu mau tangan kamu ada bekas luka besar gitu? Nanti ga bisa pamer kulit lagi" ucap Arlan. Entah mengapa hanya kalimat itu yang terpikirkan olehnya.

"Itukan gara gara kamu! Luka juga gapapa! Kan yang bikin lukanya kamu!" sahut Vellice.

"A-pa?" ucap Arlan terkejut dengan jawaban frontal Vellice. Ia kini semakin bingung, apa ia yang terlalu dalam mengartikan kalimat Vellice? Atau memang Vellice berniat mengatakan kalau ia rela luka luka asal dia yang melakukannya?

Astaga pemikiran gila apa ini?

*Panggilan Arlan ke Vellice itu "lice" dibaca "lis" okay?

Arlan Gilaaa!!!

Antagonist Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang