Part 25

69.6K 8.4K 86
                                    

Saat ini, Vellice sedang duduk di sofa ruang tamu. Televisi di depannya menayangkan sebuah film kartun. Maripossa. Lalu, jangan lupakan Arlan yang masih setia duduk di sampingnya dengan kedua kaki Vellice di atasnya.

“Maaf” ucap Arlan untuk ke sekian kalinya.

“Udah dibilang ga papa Arlan” ucap Vellice gemas. Ia melihat kakinya yang entah diberi bubuk apalagi oleh Arlan. Saat ini, kakinya menjadi mati rasa. Ntah apapun yang diberikan Arlan sudah tidak terasa saikit lagi.

“Tapi kan, nggak seharusnya aku lupa kalo kaki kamu sakit” sahut Arlan.

Vellice hanya menghela nafas panjang.

“Lo dapet obat obatan aneh ini dari siapa sih?” tanya Vellice mengalihkan perhatian Arlan, sebelum laki laki itu meminta maaf lagi.

“Tadi pagi di anter sama dokter yang ngobatin kamu semalam” sahut Arlan.

Vellice tak bertanya lagi membiarkan Arlan terus menyentuh tangan dan kakinya yang terluka.

“Pegel” ucap Vellice.

“Kamu duduk aja kok pegel sih” sahut Arlan.

“Punggung gue capek Lan” sahut Vellice.

“Ck! Bentar” ucap Arlan. Ia mengangkat kaki Vellice perlaha. Terlalu pelan hingga membuat Vellice gemas sendiri.

“Lice!” seru Arlan kesal. Ia sedikit terkejut ketika Vellice tiba tiba menaekuk kakinya dengan cepat.

“A-ah! Makanya cepetan! Ish! Lelet banget sih” sahut Vellice kesal, sedikit merintih karena kakinya yang kesemutan.

Arlan mengangkat tubuh Vellice, memindahkannya ke sofa yang lebih panjang. Lalu menurunkannya. Memasang sebuah bantal di ujung. Vellice pun segera berbaring.

“Kesemutan” ucap Vellice menunjuk kakinya. Arlan langsung duduk di karpet. Ia memijit kaki Vellice pelan.

Dari tadi Arlan terus memperlakukan Vellice dengan lembut. Bukan, terlalu lembut. Selalu menyentuhnya perlahan. Hal itu membuat Vellice kesal. Ia merasa melihat adegan slowmotion di dunia nyata.

***

Hari senin telah tiba waktunya semua siswa berangkat lebih pagi dari biasanya. Vellice kini berdiri menatap masam seisi kamarnya. Tadi ia sudah turun dan melihat bensin dalam mobilnya habis. Lalu setelah mengobrak abrik kamarnya, ia berharap menemukan uang. Hasilnya adalah nihil. Tidak ada sepeserpun uang yang tersembunyi di sana. Semua uangnya berada di ATM yang ia berikan pada Anna.

Vellice keluar, memilih berjalan kaki. Matahari sudah mulai terik, membuatnya begitu kepanasan. Berkali kali ia mencari jalanan yang tidak terkena matahari. Di bawah pohon, berjalan dibawah atap atap toko yang berjejer. Ahh jangan lupakan kakinya. Memang sudah sedikit membaik setelah seharian kemarin terus diberi obat obatan aneh sama Arlan.

Kini begitu sampai sekolah, sesuai tebakannya. Pagar sekolah sudah di tutup. Ada beberapa siswa yang ikut terkunci di luar gerbang. Ya, tentu saja mereka adalah para manusia gila yang selalu mengikuti kemanapun Vellice pergi.

“Ataganagadragon! Lo jalan kaki Vel!? Gila! Kayak gembel lo” ucap Angel.

“Rambut lepek, keringetan. Mana muka udah kayak mayat lagi!” sahut Lara.

“Tambahin, jalan pincang” sahut Alfa.

“Hahhhh....” ucap Vellice keras. Ia langsung duduk sembarangan di atas aspal.

“Capek banget. Kabur ke UKS ga bisa?” tanya Vellice.

“Ck! Kalo bisa kita dari tadi gitu! Tahu nggak? Tempat yang biasa kita pake buat manjat? Panjatan kayunya di rusak! Udah ga bisa buat naik pager lagi” gerutu Shelly.

“Terus? Kita nunggu upacara selesai gitu?” tanya Vellice.

“Cabut aja yuk!” sahut Lara.
Mereka saling pandang. Perlahan tapi pasti senyuman terbit di bibir mereka.

“Tunggu apa lagi!”sahut Lara. Ia langsung berdiri dari jongkoknya.

Vellice ikut berdiri, mereka pun berjalan menjauhi pagar menuju tempat Lara memakirkan mobilnya.

“Pada bawa mobil?” tanya Vellice.

“Bawa semua sih. Tapi lagi males nyetir nebeng Lara aja lah” sahut Angel.

“Yang paling deket juga mobil Lara” sahut Alfa.

“BERHENTI KALiAN!” seru seseorang dari arah gerbang. Otomatis mereka langsung lari tanpa menoleh ke belakang.

“Tungguin! Aelah!” seru Vellice. Jarak mereka berlari memang tidak terlalu jauh. Tapi tetap saja Vellice yang berada di baris terakhir.

Tiba tiba saja Vellice merasa melayang. Reflek tangannya langsung memeluk leher siapapun itu.

“Mau kemana kamu” ucap Arlan melotot pada Vellice. Vellice hanya mencebikkan bibirnya kesal.

“Balik ga kalian! Setia kawan dong!” seru Arlan.

“Sorry Lan! Berhubung lo sekarang sayang sama Vellice. Kita titip Vellice ya! Daahhh!!!!” teriak Lara. Mereka tetap berlari menuju mobil Lara.

“Turunin...” ucap Vellice.
Arlan langsung membawa Vellice masuk.

“Kok lewat sini?” tanya Vellice. Pasalnya dari gerbang seharusnya mereka lurus untuk menuju lapangan. Lalu, Arlan malah menggendongnya ke arah kiri. Tempat dimana parkiran motor berada.

“Lo mau bawa gue kemana sih?” tanya Vellice lagi. Kini mereka belok ke arah kanan. Jalan sempit selebar 1 meter mereka lalui. Vellice bahkan baru tahu ada gang kecil ini di sekolah. Begitu keluar dari gang itu mereka langsung dihadapkan dengan UKS.

“Kok UKS?” tanya Vellice.
Masih sama seperti tadi, Arlan hanya diam tidak mejawab.

Berbeda dengan Vellice yang dari tadi tidak peduli apapun. Arlan, laki laki itu diam diam masih terus memikirkan ucapan Lara tadi.

Antagonist Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang