Siang yang indah ini rusak begitu saja. Vellice sedang menatap kerumunan siswa yang berlalu lalang melalui koridor kelas lantai dua.
Tiba tiba saja ada pot bunga meluncur dari lantai atas dihadapannya. Ia langsung menoleh ke bawah. Pada saat itu pula ia melihat Anna yang berada dalam pelukan Arlan.
Arlan langsung menoleh ke atas. Saat itu pula Arlan menatap tajam ke arah Vellice.
Vellice sedikit terkejut dengan tatapan Arlan. Namun, ia langsung menatap tajam ke arah laki laki itu.
Vellice yang muak akan semua drama ini langsung memasuki kelas sambil menggerutu.
"Vel!" Bruk!
"Astaga..." ucap Vellice malas. Ketiga temannya datang berteriak mengejutkannya dilanjutkan tubrukan mereka.
"Lo habis ngerjain adek lo kok ga ngajak ngajak si!" seru Lara tak terima.
"Iya nih! Nyebelin! Kalo mau seru seruan harus bareng dong!" seru Angel.
"Ck! Dapet berita darimana coba" sahut Vellice.
"Lo tahu sendiri dinding sama lantai di sekolah kan bisa nge gosip " sahut Lara.
Vellice memutar bola matanya malas. Ia segera berdiri, begitu tersadar mereka masih lesehan di lantai.
Begitu berdiri ia kembali berjengit terkejut ketika ada yang mencengkram tangannya erat dan langsung menyentaknya hingga membuat ia balik badan.
Baru saja ia mencoba menyeimbangkan badannya. Sebuah tangan mengenai pipinya sangat keras. Cukup membuatnya tersungkur di lantai.
"Lo gila! Lo mau ngebunuh adek lo! Psycho tahu nggak lo! Itu pot anjing! Cukup buat adek lo mati di tempat! Bego!" teriak Arlan menggebu gebu. Bahkan tidak ada yang berani bernafas di ruangan itu.
"Bagus!" sahut Vellice memecah keheningan.
"A-pa" sahut Arlan tanpa mengeluarkan suara. Ia bahkan terkejut dengan jawaban Vellice.
"Bagus kalo dia mati" sahut Vellice tajam sambil bangkit dari lantai.
"Lo -" Arlan bahkan tidak dapat berkata kata lagi. Ia cukup tercengang. Tangannya reflek mencengkram dagu Vellice. Mengapit kedua pipi Vellice dengan satu tangannya. Cengkraman itu menguat seiring dengan amarahnya yang meluap.
"Kak! Lepasin!" seru Anna yang tiba tiba datang memeluk Arlan dari belakang. Vellice muak dengan hal ini.
Arlan melemparkan tatapan membunuh ke arah Vellice. Bukan Vellice jika tidak membalas tatapan itu. Vellice menatapnya tajam.
"Lemah" ucap Vellice tanpa suara, ia hanya menggerakkan mulutnya saja.
Arlan melepaskan cengkramannnya. "Ke ruang BK sekarang!" seru Arlan.
***
"Saya bakal ngajuin ke muka hukum" ucap Arlan.
"Terserah" sahut Vellice sebal.
"Arlan, kamu jangan seperti itu ya? Kita beri hukuman saja untuk Vellice" ucap Bu Yulia.
"Hukuman!? Apa? Skors? Bukan hukuman itu! Dia malah seneng! Hormat di lapangan? Dia udah kebal! Bersihin kamar mandi? Yang ada dia nyuruh orang lain!" seru Arlan.
"Perpustakaan kita bukannya selalu berantakan? Ruang osis bukannya kayak kandang sapi? Gudang olahraga sudah lama belom di bersihin" ucap Bu Yulia sambil tersenyum.
Arlan pun kini seketika merasa senang. "Kalau begitu hukumannya menuruti semua yang saya mau" ucap Arlan.
"Baiklah, terserah kamu" sahut Bu Zulia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Girl (TAMAT)
FantasyArlan, laki-laki itu memenuhi ruangan di apartemennya dengan foto-foto seorang perempuan. Ia bukan terobsesi, hanya saja ia takut akan melupakan perempuan itu barang sejenak saja. Vellice, dia manusia dari dunia lain yang menikmati perannya sebaga...