Vellice menatap tajam perempuan dihadapannya. Ia adiknya, Anna yang sedang menangis terisak dengan tangan memerah akibat lemparan air panas dari Vellice.
"Ampun kakkk! Ampunn! Anna nggak sengaja. Maaf kak... ampunn" Anna terus saja memohon ampunan dengan posisi terduduk di lantai sedangkan Vellice berdiri di depannya.
"Jangan sentuh-sentuh! Sialan!" tanpa perasaan, Vellice menumpahkan air dingin ke tangan Anna yang sudah memerah karena air panas.
"Akhh!!" Anna memekik kesakitan. Vellice tak peduli, ia melangkah pergi meninggalkan adiknya.
Vellice membenci tempat ini. Tempat yang menurutnya sangat memuakkan. Penuh drama. Rumah yang ia tempati selama 17 tahun. Rumah yang telah berubah menjadi serial televisi penuh drama, semenjak Papanya membawa pulang seorang gadis dan mengatakan ia adalah adiknya. Adik dari ibu yang lain.
Vellice segera melajukan mobilnya dari rumah yang semakin ramai itu. Di rumahnya memang sedang ada acara. Kejadian tadi pun di tonton hampir seluruh anggota keluarganya.
Acara apa? Acara pemakaman Papanya. Ya, dia perempuan tidak tahu diri yang bahkan tidak menghadiri dan mempedulikan pemakaman orang tuanya. Baginya, Papa telah mati sejak Mama bunuh diri 10 tahun lalu. Kejadian yang membuatnya begitu menyimpan dendam dengan Anna.
***
Vellice terbangun dari tidurnya. Masih setengah sadar, ia duduk dan merenggangkan otot-ototnya. Ketika kesadarannya mulai kembali, ia langsung meloncat turun dari kasur. Panik menyerbunya.
"Ini dimana!?" kalimat itu terus saja terngiang di kepalanya.
Matanya terfokus pada seragam yang tergantung di lemari pakaiannya.
'Vellice Alea Yudhistira' Nama itu tertera pada name tag di seragamnya.
"Bentar-bentar, itu bukan nama gue. Tapi, kenapa gue nggak asing ya sama nama itu" Vellice mengernyit bingung. Otaknya terus berpikir mencari tahu nama siapa itu.
"Kakak!!" pekik seseorang dari luar sambil menggedor pintu kamarnya.
"Sejak kapan juga gue punya adik?" Vellice bergumam sambil berjalan menuju pintu kamarnya.
Begitu membuka matanya Vellice menatap perempuan di depannya.
"Ma-maaf An-ann-anna nggak tahu kalo kakak masi tidur. Tap-tapi ini udah siang, kakak harus siap siap berangkat sekolah" ucap Anna terbata-bata. Batinnya berkata, apakah kakaknya itu tidak sadar kalau tatapan matanya sangat tajam.
Vellice langsung menutup pintu begitu saja. Sekarang ia sadar ia ada dimana. Mengapa ia bisa masuk di dalam novel!?
Matanya menoleh ke arah jam dinding. Ia melotot dibuatnya. Langsung saja ia berlari ke kamar mandi dan menutup pintu dengan menendangnya. Ia akan terlambat!
Vellice sedikit lega ketika mengetahui kalau dandanan Vellice dalam novel bukan yang aneh aneh. Vellice yang ada dalam novel adalah gadis tomboy yang penuh kenakalan. Juga memiliki 3 teman perempuan yang dandanannya lebih mirip akan ke klub malam bukannya ke sekolah.
"Bentar-bentar, kenapa gue harus ke sekolah?" Gumamnya kemudian. Bukankah seharusnya ia menyelesaikan kepanikannya terlebih dahulu? Kenapa tadi ia refleks bersiap sekolah?
"Bodo!" Serunya kemudian. Sudah terlanjur memakai seragam sekolah, ia memilih melanjutkan kegiatannya. Siapa tahu, di sekolah ada beberapa petunjuk kecil? Tentang mengapa ia sampai disini.
Vellice berlari keluar rumah ketika mendengar suara mobil. Ia langsung saja nyelonong masuk ke dalam mobil adiknya.
"Ka-kak!" ucap Anna terbata ia begitu terkejut.
"Cepetan jalan!" bentak Vellice. Sekarang ia jadi semakin mendalami perannya walaupun masih di hari pertama. Bagaimana tidak? Ia benar benar dibuat jengkel dengan Anna yang terlalu lemot untuk menjadi manusia.
Di sepanjang perjalan terlihat jelas kalau Anna menyetir dengan wajah tegang. Bahkan menurut Vellice tangan Anna terlalu erat mencengkram kemudi. Namun, apa ia peduli? Tentu saja tidak. Ia menatap sekeliling berusaha menghafal jalan yang ia lalui.
Ia memang tahu segala alur dari novel ini. Tapi tentu saja ia tidak akan tahu bagaimana bentuk nyatanya. Apalagi jalan-jalanan di sini. Ini terlalu asing baginya. Jalanan ramai tapi dengan pohon pohon besar yang berada di sisi jalan, membuat jalanan tidak terkena sinar matahari sedikitpun.
Benar saja sesampainya di sekolah, gerbang sudah ditutup. Vellice langsung saja keluar dari mobil. Ia menuju gerbang hendak meminta satpam membuka gerbang. Namun, panggilan seseorang membuat ia langsung menoleh.
"Vel! Lo ngapain disitu? Ayok!" teriak seorang perempuan. Disisinya ada 2 perempuan lainnya.
Vellice mengernyit, menerka-nerka siapa mereka. Vellice berjalan mendekat. Begitu melihat name tag di baju mereka, Vellice baru menyadari kalau mereka adalah satu satunya temannya di sekolah. Ya teman yang selalu bekerja sama dengannya dalam hal bullying.
"Eh! Lo kok ga pake make up si!? Sini-sini!" Angel namanya, ia menarik Vellice menuju kafe di seberang sekolah.
Sesampainya di dalam kafe, Shelly segera memesan minuman bersama Alfa. Sedangkan Angel langsung saja membuka alat make upnya.
"Lo tumben berangkat bareng cewek cupu itu?" tanya Lara.
"Lagi males nyetir" ucap Vellice asal. Kini ia pasrah dengan wajahnya yang entah diberi apa saja oleh Angel.
"Lo juga tumben banget ga make up an. Tahu sendiri dasarnya muka lo pucet kayak mayat kalo ga pake make up. Kayak gembel lagi" gerutu Angel.
"Iya iyaa" sahut Vellice. Ia tidak menyangka jika pertemanan para tokoh antagonis itu seperti ini. Terlihat saling memperdulikan. Ia fikir, ia akan bertemu dengan teman teman yang hanya bersamanya ketika mem-bully orang lain.
Mereka terus berbincang-bincang. Menggosipkan orang-orang di sekolah. Bahkan mereka sempat menggosipkan Arlan. Tokoh utama dalam cerita ini.
"Sialan liat Arlan terus terusan ngebela Si Cupu gue jadi pingin ngebully cupu lagi" ucap Lara bersungut-sungut emosi.
"Emang dasarnya cewek yang sok polos lebih ngeselin daripada jalang. Jelas jelas dia tahu kalo lo ngejar dia dari dulu! Tapi liat kelakuannya! Sengaja cari perhatian mulu! Sok lemah!" seru Shelly menimpali.
Vellice menepuk jidatnya ketika teringat. Tokohnya dalam cerita ini adalah sosok menyedihkan yang mengejar ngejar Arlan dengan berbagai cara. Namun, semenjak ia tak sengaja mendengar suara Arlan yang berkata menyukai Anna. Perlahan ia menjauh. Ya, sebaik itu hatinya yang tidak akan pernah diketahui orang lain. Ia juga tidak akan menunjukkan sisinya yang ini. Ia selalu menikmati perannya sebagai tokoh antagonis. Bahkan hingga maut menjemputnya.
Vellice bergidik ngeri, tidak-tidak! Ia akan sedikit mengubah alur cerita hingga ia tidak jadi mati.
Mereka menghentikan acara bergosip ketika jam menunjukkan pukul 9. Itu berarti jam istirahat pertama dimulai. Pada saat itu pula gerbang akan dibuka.
Dengan langkah santai yang terkesan memenuhi jalan koridor. Mereka terus berjalan tidak mempedulikan orang orang yang harus menyingkir berjalan memutar. Vellice berjalan di tengah tengah mereka.
"Cupu! Sini lo!" perintah Alfa pada seorang perempuan berkacamata yang sedang menunduk memeluk bukunya. Sepertinya ia sedang mencoba bersembunyi agar tidak terlihat oleh para pemeran antagonis ini.
Seperti telah terbiasa mereka memberikan tas mereka pada gadis cupu ini. Terakhir, Vellice memberikan tasnya.
"Kalau sampai ada tas yang jatuh. Lo pasti tahu apa yang akan terjadi" ucap Vellice tajam. Ia benar benar menyukai perannya.
"I-iya kak" ucap gadis itu terbata dengan kedua tangannya yang penuh dengan tas.
Setelah itu mereka berbalik pergi ke kantin. Untuk apa? Tentu saja melakukan hal yang menyenangkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Girl (TAMAT)
FantasíaArlan, laki-laki itu memenuhi ruangan di apartemennya dengan foto-foto seorang perempuan. Ia bukan terobsesi, hanya saja ia takut akan melupakan perempuan itu barang sejenak saja. Vellice, dia manusia dari dunia lain yang menikmati perannya sebaga...