Laki laki itu menggendong Vellice menuju warung dimana teman temannya berkumpul.
"Wooooo....." seru mereka melihat laki laki itu menggendong Vellice.
"Huaaa!!! Hiks hiks!!" tangis Vellice semakin mengeras. Ia semakin kesal di ledek seperti itu. Otomatis, suara riuh yang tadi terdengar langsung lenyap seketika.
Laki laki yang menggendong Vellice itu melotot ke arah mereka.
Ia menurunkan Vellice di kursi kayu panjang. Kakinya ia luruskan di bangku panjang itu.
"Pelan pelan!" seru Vellice kesal. Telapak tangannya memukul laki laki yang menggendongnya itu.
"Loh!? Lucas? Lo udah punya pacar?" tanya seorang laki laki yang baru datang.
Laki laki bernama Lucas itu langsung melempar laki laki tadi menggunakan botol kecap.
Vellice masih menangis sesenggukan. Rasanya sangat sakit sekarang. Seperti luka lukanya itu memiliki detak jantung sendiri karena terus berdenyut denyut.
"Diem!" seru Lucas. Dengan tega laki laki itu menutup mulut Vellice dengan telapak tangannya.
Perlahan Vellice menghilangkan suara tangisannya. Namun masih cegukan berkali kali.
"Bi! Pesen teh panas!" teriak Lucas.
"Iya den!!!" teriak Bi Inah. Padahal jarak antara Bi Inah dan Lucas hanya 1 meter saja.
Vellice melirik sekitarnya. Banyak orang orang yang memakai seragam dengan tidak benar.
Vellice merogoh sakunya. Ia mencari handphonenya.
"Ga adaa.... hiks hikss..." lihat perempuan itu sesenggukan lagi.
"Apa yang ga ada astaga.... Jangan nangis teruss" ucap Lucas. Laki laki itu mengacak rambutnya kesal. Ia masih berdiri di samping Vellice.
"Handphonee" rengek Vellice. Emosinya hari ini benar benar meluap luap.
"Sebentar... Jangan nangis lagi, bocah" ucap Lucas. Laki laki itu sempat menyentik dahi Vellice lalu segera pergi. Menyusuri jalan, mencari handphone Vellice. Lalu menemukan handphone Vellice dalam keadaan kaca layarnya yang pecah di tengah jalan. Tapat di samping batu berbentuk lancip.
Lucas berjalan kembali menuju Vellice. "HP lo rusak" ucap Lucas.
Tangannya menunjukkan kondisi handphone Vellice.
Vellice membuka mulutnya tak percaya. Apakah ini hukuman dari penulis novel kalau dia akan mengalami hal seperti ini?
Tidak mungkin kan ada tokoh yang dari awal ga pernah ada di dalam novel. Sekarang berdiri di hadapannya.
"Ntar gue benerin! Ga usah nangis lagi!" seru Lucas secepat kilat. Laki laki itu langsung mengantongi handphone Vellice.
Cegukan Vellice sudah berkurang gara gara teh hangat bikinan Bi Inah. Kali ini perempuan itu hanya melamun menatap jalanan di hadapannya sambil terus terusan menghela nafas.
"Bi, benerin lukanya" ucap Lucas.
Vellice langsung memukul laki laki itu. Kini Lucas sudah duduk di sampinnya. Kaki Vellice masih selonjor di bangku panjang itu. Sedangkan Lucas mengambil kursi singel dan mendudukinya.
"Yang sopan" ucap Vellice melotot ke arah Lucas.
"Berani melotot sekarang" dengus Lucas.
Bi Inah datang membawa beberapa obat juga perban.
"Bibi kok punya itu?" tanya Vellice.
"Iya non, kebiasaan anak anak yang pada datang suka luka luka" ucap Bi Inah.
"Ohh iya lupa, yang dateng kesini biasanya anak anak nakal ya Bi" ucap Vellice tanpa sadar.
"Ngomong apa kamu?" ucap Lucas.
"Eh-" sahut Vellice terkejut.
"Oi cewek! Itu temen lo?" tanya teman Lucas. Vellice menoleh ke arah yang di tunjuk laki laki itu. Lalu dengan cepat langsung kembali menatap Lucas.
Tanpa fikir panjang Vellice meraih jaket yang ada di atas meja lalu ia gunakan untuk menutupi tubuhnya. Ia pun memeluk Lucas. Seketika semua kembali heboh.
"Wooo woooo!!! Agresif banget" ucap salah seorang dari mereka. Lalu terdengar sorakan setelahnya.
Sedangkan Lucas malah bertanya pada Vellice.
"Cowok lo?" tanya Lucas.
"Udah pergi belom?" tanya Vellice.
"Belom, lagi nunggu cewek yang ga mau turun dari atas pager" sahut Lucas.
"Mereka berdua doang?" tanya Vellice.
"Kalo iya gimana?" tanya Lucas. Sedangkan Vellice mendengkus keras menjawab pertanyaan itu.
"Cowok lo beneran? Kok lo diem aja di selingkuhin gitu?" tanya Lucas. Kini mereka yang ada di warung itu fokus dengan tanya jawab Lucas dan Vellice.
"Bukan cowok gue" desis Vellice.
"Aw! Iya iya!" seru Lucas. Perutnya habis di cubit Vellice dengan keras.
"Oh ada tiga cowok lagi. Hebat banget tu cewek punya cowok 4" ucap temen Lucas. Mereka malah ikut bergosip.
"Ga ke arah sini kan?" tanya Vellice.
"Nggak" sahut Lucas.
Baru saja Vellice menghela nafas lega tiba tiba suara itu terdengar di telinganya.
"Bi! Ada obat pusing ga bi!?" seru Ashad.
Vellice langsung menahan nafasnya. Ia semakin memeluk Lucas. Sedangkan Lucas dengan baik hati menjaga agar jaket yang menutupi tubuh Vellice agar tidak terjatuh.
"Oh ada den! Sebentar" ucap Bi Inah. Vellice merasa kakinya sudah tidak di pegang Bi Inah lagi. Berarti Bi Inah sedang masuk sekarang.
"Di sekolah lo nggak ada obat? Miskin banget" ucap Lucas.
"Cih! Kita cuma keburu kabur" sahut Ari kesal.
Lucas menaikkan sebelah alisnya menatap kelima orang di hadapannya. Termasuk Anna.
"Cewek lo?" tanya Lucas menatap Anna dan Arlan bergantian.
"Kenapa lo tanya tanya" sahut Arlan.
Lucas menaikkan sebelah matanya. Ia menatap Arlan yang terus menerus menatap luka Vellice dan kepala Vellice bergantian.
"Ngapain lo liat liat cewek gue?" dengus Lucas. Tangannya bergerak memeluk Vellice.
"Yakin itu cewek lo?" tanya Arlan. Laki laki itu memiringkan kepalanya sebentar.
"Sorry gue yakin kalo dia cewek gue. Ga kayak lo, yang ga yakin dia cewek lo apa bukan" sahut Lucas. Mulutnya tersenyum miring. Padahal, Lucas yakin kalau Arlan sudah sedikit menyadari siapa perempuan yang dipeluknya ini.
"Ini den" ucap Bi Inah memberikan obat pada Ashad.
"Ini Bi terimakasih ya Bi" sahut Ashad memberikan selembar uang 20 ribuan.
"Eh kembaliannya den" ucap Bi Inah.
"Ga usah bi! Makasih ya!" seru Ashad. Mereka berjalan menjauhi warung itu.
"Heh lo nangis lagi?" tanya Lucas. Kepalanya menunduk menatap Vellice yang masih setia memeluknya. Ia hanya merasa kaos hitamnya terasa basah. Bukankah itu berarti perempuan dihadapannya menangis.
"Dia cowok lo beneran?" tanya Lucas.
"Heh, cewek!" seru Lucas kesal karena Vellice tidak menjawab pertanyaannya. Tapi masih terus memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Girl (TAMAT)
خيال (فانتازيا)Arlan, laki-laki itu memenuhi ruangan di apartemennya dengan foto-foto seorang perempuan. Ia bukan terobsesi, hanya saja ia takut akan melupakan perempuan itu barang sejenak saja. Vellice, dia manusia dari dunia lain yang menikmati perannya sebaga...