┯┯┯┯┯┯┯┯┯┯┯┯┯┯┯┯┯┯
│ │ │ │ │ │ │ │ │ │
╎ │ │ │ │ │ │ ╎ │ │
✦ │ │ │ │ ╎ .│ ✦ │ │
° ╎. │ │ ╎ .❃ . │ ° .╎ │
.❃˚ │ │ ❈ . ╎ ⋅ ❈˚ │
⊹ ╎ │. ˚ ⋅★ ⋅ ╎
⊹ ★ ╎ . ⋆ ˚ ✧.
˚ ✧ . ⋆ ˚𝕊𝕖𝕝𝕒𝕞𝕒𝕥 𝕄𝕖𝕞𝕓𝕒𝕔𝕒
Beomgyu menatap kosong ranjang yang ditempati sang mama. Eunha dinyatakan stabil namun belum sadarkan diri.
Beomgyu menatap tangannya yang gemetar. Pikirannya kembali saat Jungkook ditangkap dan mendapati Eunha terkapar dengan keadaan tak sadarkan diri di kamar.
Beomgyu memilih keluar dari kamar inap Eunha saat appa, eomma, ayah dan bunda datang menjenguk.
Beomgyu menatap Taehyun yang berjalan dengan tatapan kosong dan tubuh gemetar hebat.
"Taehyun? Taehyun! Woi, lo kenapa sih?! Sadar dek!" Seru Beomgyu yang langsung mendekati Taehyun dan mengguncang pelan pundak sang adik.
Beomgyu mendekap Taehyun dalam pelukannya dan membawa Taehyun ke taman belakang.
Udara semakin dingin, tapi Taehyun masih enggan bersua. Beomgyu mendengus sebal, susah memang berurusan dengan anak satu ini, irit ngomong.
"Ngomong atau gue tinggal."
"Tinggal aja, gue bukan anak kecil," Balas Taehyun yang masih menunduk.
Idih.
Beomgyu tetap memilih menemani dan menarik Taehyun agar menyender di bahunya, sedangkan Beomgyu menatap langit berbintang.
"Kak Gyu."
"Hm?"
"Ada appa lagi jalan kesini."
Beomgyu lekas menoleh kedepan dan mendapati Seokjin tengah mendekat dan duduk di sebelah Taehyun.
Jadilah Taehyun duduk diantara Jin dan Beomgyu.
"Hyun, ayah sama bunda nyariin kamu tuh," Ucap Seokjin dan mengusap lembut puncak kepala Taehyun.
"Appa juga harusnya nyari Kak Ubin," Sindir Taehyun. Savage.
Seokjin tersenyum kecut, lalu menghela nafas panjang, "Appa takut ketemu Soobin."
Beomgyu yang satu - satunya tak mengerti menatap Seokjin dan Taehyun dengan mengernyit.
"Kenapa takut? Kak Ubin 'kan anak appa," Tanya Taehyun datar dan masih setia memeluk sebelah tangan Beomgyu.
"Takut kalau semuanya cuma dianggap alasan semata. Tapi kalau kamu masih mau tetap disini, appa ga larang," Balas Seokjin lembut
"Memang appa ga punya hak, kok," Balas Taehyun acuh.
Seokjin tertawa pelan, sungguh keturunan Yoongi sekali.
Kini tatapan Jin teralihkan pada Beomgyu dan tangannya menepuk sebelah bahu Beomgyu.
"Kalian mau dengar ga, cerita tentang orang paling dipercayai, dan malah menjadi boneka puppet seseorang?" Tanya Jin.
Beomgyu menatap Jin ragu, lalu mengangguk pelan.
"Ada anak laki - laki yang lahir dari istri kelima seorang pria arogan dan berambisi. Menjadi istri muda kesayangan, anak laki - laki itu juga sama. Menjadi kesayangan sang ayah diantara saudara tirinya yang lain."
"Namanya Jeon Jungkook. Si anak termuda yang menuruti segala permintaan sang ayah."
Beomgyu tertegun, seketika degupan jantungnya terpacu semakin cepat. Taehyun masih setia mendengar dengan seksama.
"Jungkook satu - satunya yang keinginannya selalu di penuhi. Tapi hidupnya sudah di rencanakan jauh hari, masa depannya bukan ditentukan oleh dirinya sendiri, tapi sang ayah."
"Di jodohkan oleh wanita cantik dari keluarga ternama, semuanya diterima dengan lapang dada. Dan begitulah perusahaan keluarga menjadi miliknya. Tapi semuanya tidak berhenti disana."
"Seluruh saudaranya tahu ia di tekan untuk melanjutkan kejahatan ayah mereka, segala kecurangan dan kelicikan politik dan bisnis di dalamnya. Tapi si anak termuda itu terlalu menyayangi keluarganya. Dan bagaikan boneka puppet, ia bekerja untuk orang lain."
Seokjin menatap Beomgyu sendu.
"Alasan papa selalu bohong dan ga bisa ngawasin mama sama kamu secara langsung, karena papa ga mau, mama sama kamu terlibat masalah bisnisnya. Mama itu dari dulu udah nyuruh papa berhenti, ga peduli mereka jatuh miskin atau gimana. Tapi papa ga bisa bikin hidup mama sama kamu jadi susah."
"Dan semuanya berakhir kaya sekarang, Beomgyu." Ucap Seokjin.
Beomgyu menunduk. Rasa penyesalan itu muncul, saat dirinya sendiri mencurigai sang papa, dan bukannya mengerti keadaannya.
Tapi sebuah ke egoisan datang mengalahkan rasa penyesalan itu.
Beomgyu tersenyum lalu mengangguk mengerti, "Appa jagain Dek Hyun, ya? Beomgyu mau lihat mama," Ucap Beomgyu dan pergi begitu saja.
Beomgyu tidak langsung menuju kamar inap Eunha, dirinya berdiam lama di dalam sebuah toilet. Dan sesenggukan disana.
"Seharusnya kalian jujur sama Gyu!" Maki Beomgyu.
Beomgyu membasuh wajahnya sebelum kembali ke kamar inap Eunha.
Disana Eunha tengah terbaring lemah, tapi matanya lekas terbuka saat melihat Beomgyu mendekat kearahnya dengan tersenyum lembut.
"Mama udah bangun? Maaf, tadi Gyunemenin Dek Hyun dulu," Ucap Beomgyu dan duduk di sebelah ranjang Eunha.
Eunha mengangguk lemah. Tangannya terangkat untuk menyentuh pipi Beomgyu, dan mengusapnya lembut.
Beomgyu memegang tangan Eunha, sebisa mungkin menahan bendungan air mata pada pelupuk matanya jatuh membasahi pipi. Dirinya tidak boleh lemah. Sang mama perlu dukungan darinya, terutama sang papa yang kabarnya masih tak diketahui Beomgyu.
"Mama istirahat ya? Papa pasti bebas. Mama sendiri tahu 'kan, sebaik apa papa," Ucap Beomgyu.
"Maafin Gyu ma. Beomgyu ga tahu keadaan kalian ternyataㅡ"
"Beomgyu," Lirih Eunha.
"Dari dulu papa kepingin banget lihat kamu maju, sebagai murid berprestasi di sekolah... Tapi papa ga bisa... kalau papa nolak mereka, keselamatan kamu terancam," Ucap Eunha dengan terbata.
Beomgyu mengangguk mengerti, dan mengeratkan genggamannya pada jemari Eunha.
"Maafin papa sama mama, ya Gyu?"
Seketika air mata Beomgyu tidak dapat dibendungi lagi. Dirinya terisak menangis untuk pertama kalinya di hadapan sang mama. Dan Eunha yang masih merasa lemas hanya mampu mengusap lembut puncak kepala Beomgyu.
𝕁𝕒𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕃𝕦𝕡𝕒 '☆'
If I can't to help you, I hope somebody will do it, so don't give up ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔼𝕦𝕟𝕠𝕚𝕒 [ TXT ft. BangChin ]
Fiksi PenggemarⒺ ⓝ ⓓ 𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐡𝐞 𝐩𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭 𝐥𝐢𝐟𝐞 𝐟𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐥𝐢𝐤𝐞 ¿ "𝙴𝚟𝚎𝚗 𝚠𝚎 𝚕𝚘𝚜𝚝 𝚊𝚗𝚢𝚝𝚑𝚒𝚗𝚐 𝚓𝚞𝚜𝚝 𝚏𝚘𝚛 𝚒𝚝?" ✧.⋆ ⚠️ Indonesian Fanfic Publish ;; 24/ 01 ㅡ 17/ 04, 2020🌼 ©ᴘᴄʜᴀʀᴀ Pict by Pinterest.