#Author
Setelah acara hajatan om zainal itu sadi segera membicarakan niatnya pada ibuk.
"Buk, aku mau ngelamar zeni" begitu lah kalimat singkatnya yang bernada ngebet pengen kawin
Ibuk spontan tersedak nasi goreng, dia tak menyangka anak lelakinya sudah besar sekarang bahkan dia bicara soal rumah tangga. Rasanya baru kemarin ibuk menimang sadi dan menenangkan tangisannya. Ima juga sudah besar, dia sudah berani pacaran apalagi dengan fandy. Lelaki baik hati sahabat abangnya dan anak sahabat suaminya dulu. Mau tak mau ibuk mengangguk meski dia masih belum benar-benar memikirkan soal acara lamaran itu. Tapi setidaknya dia tau kalau sadi benar-benar serius dengan gadis idamannya itu.
Tak jauh beda, ima juga tersedak nasi goreng. Kalau ibuk hanya sedakan kecil, ima sampai terbatuk batuk.
"Kakak serius?" Tanya ima
"Iya lah kamu pikir kakak bercanda soal beginian?!" Sadi nyolot
Ibuk segera menengahi sambil tersenyum.
"Sudah sudah, nanti ibuk minta tolong om zainal sama saudara yang lain buat mendampingi ya. Tugas kamu nge fiks kan pihak keluarga zeni nya" kata ibuk
Setelah makan pagi itu mereka segera berpencar. Ibuk menelfon km zainal, sadi menelfon zeni sedangkan ima menelfon fandy.
*Ibuk*
"Zai, bantuin aku ya. Sadi minta ngelamar pacar dia, nanti soal bingkisannya dan persiapan lainnya juga. Aku juga nggak tau kenapa dia tiba tiba bisa nyeletuk begitu. Tapi aku yakin dia nggak main main zai, kamu kabarin sodara yang lain supaya ikut bantu ya"
"Iya Mbak"
Zainal adalah salah satu adikku yang menjadi TNI, aku ini 5 bersaudara dan aku anak nomor 3, kakak pertamaku menjadi TNI juga sedangkan yang kedua menjadi wirausaha, adikku yang terakhir menjadi penyiar radio.
Aku juga harus mengabari saudara dari mas asman, keluarganya tidak terlalu banyak. Yang saudara kandung hanya 1 namanya diah, dia menikah dengan seorang bos jeruk. Selain itu kebanyakan saudaranya di luar kota.
*Sadi*
Aku segera menelfon zeni di dalam kamar selesai sarapan. Berharap zeni dengan gembira menerima kabar bahagia ini.
Pertama aku menelfonnya nomornya sedang sibuk, aku berfikir mungkin saja dia sedang menelfon saudaranya. Ku coba lagi menelfon untuk yang kedua kalinya, dan malah tidak di angkat. Mungkin juga dia sedang berada di kamar mandi.
Aku terus coba menghubunginya sampai berulang kali. Entah panggilan keberapa yang kemudian diangkat olehnya.
"Kenap sih sad!" Zeni terlihat marah di seberang
Aku hanya tersenyum, sudah biasa bukan kalau perempuan bad mood pasti karena tamunya sedang datang.
"Aku mau kasih kamu kabar gembira" kataku pelan pelan sambil menunggu reaksinya
"Kabar apa udah cepetan!" Dia masih buruk moodnya
"Aku mau lamar kamu secepatnya, seminggu kedepan mungkin" kataku sambil membelalakkan mata.
"Apa! Lo gila ya sadi!" Tapi sepertinya zeni tidak suka dengan kabarku selain memekik kaget dia juga menutup sambungan telponnya.
*Zeni*
"Ma, mama tau si sadi barusan nelfon terus bilang mau lamar aku!" Aku memekik pada mama penuh emosi dan kebingungan
"Apa! Lah kok bisa! Kamu gimana sih! Katanya cuma manfaatin sadi buat dapetin fandy, kok jadinya malah begini!" Mama tak kalah emosi
"Ya aku niatnya gitu, tapi tiba tiba dia nelfon katanya mau ngelamar aku!" Aku sangat bingung Sampai ingin menangis
"Udah udah mama akan pikirin rencana sama papa biar kalian gagal lamaran. Mama juga nggak mau punya mantu kayak si sadi!" Kata mama menenangkanku.
*Ima*
Aku segera masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat rapat. Bingung mencari hpku terakhir kali dimana. Sudah mengobrak abrik bantal dan kasur tetap tidak menemukannya. Ke almari juga tidak ada. Aku sampai hampir pasrah kalau tidak ingat kamar mandi. Niatnya buang air kecil ternyata sekaligus menemukan hpku yang tertinggal si samping wastafel.
Selesai menunaikan kewajiban, aku keluar ke balkon untuk menelfon fandy.
"Hallo kenapa dek?" Suara bang fandy serak disana, ku duga dia baru saja bangun karena mendengar dering telfonku.
"Abang tau, kak sadi mau ngelamar kak zeni" kataku langsung ke inti
"Hah! Gila tuh bocah. Dek kita harus hentikan ini semua sebelum dia jadi bahan permaluan di depan umum" bang fandy seperti langsung benar benar sadar.
"Iya, gimana bang caranya?" Jawabku bingung
"Bentar bentar, abang pikirin dulu. Kamu tenang aja ya, usahain cegah keluarga kamu buat nggak nerusin niat mereka" kata bang fandy
"Iya bang"
Telfon pun ku tutup.
______
*Author*
Sadi sudah bulat dengan tekadnya, ibuk juga tak bisa menolak dengan alasan tak masuk akal. Apalagi ima yang menolak selalu dj tuduh tidak mau melihat kakaknya bahagia. Ima tak bisa berbuat apa apa, dia terus menggerutu dengan sedih pada bang fandy pacarnya.
Mereka berdua yang tahu kedok asli zeni sebenarnya sudah terang terangan mengatakan pada sadi tapi apa boleh buat, cinta memang membutakan segalanya. Bahkan ima dan fandy di tuduh membenci zeni.
Ibuk menyarankan daripada bertengkar malah membuat ribut hubungan mereka sendiri lebih baik ima dan fandy membantu ibuk menyiapkan keperluam lamaran, sementara sadi mengonfirmasi zeni dan meyakinkan kekasihnya itu.
Lamaran tetap berlangsung meski fandy dan ima gelisah memikirkan cara agar lamaran itu batal atau kalau tidak harga diri keluarga asman akan jatuh di depan seluruh tamu undangan. Fandy dan ima sudah yakin jika zeni pasti merencanakan hal besar dia tak akan mungkin mau menerima lamaran sadi jelas jelas dia tidak cinta pada sadi.
Pemilihan gedung untuk lamaran sudah fiks, cincin, fiting baju sudah, mereka sudah siap dengan makanan dan bingkisan. Tinggal menunggu hari dan lamaran akan di lakukan.
Ima semakin hari semakin gelisah dengan niat bulat kakaknya, dia kasihan betul kalau sampai keluarganya di permalukan saat acara lamaran. Tapi kembali lagi, ima tak bisa berbuat apa apa. Keluarganya tak ada yang mau mendengar suaranya soal kak zeni.
________
Hari sudah pagi saja padahal ima masih tak mau waktu segera berlalu. Dia bermalas malasan untuk bangun meski dia tahu hari ini abangnya sa
KAMU SEDANG MEMBACA
dokter tampan
RomanceNovela - rampung Jangan beri obat yang langsung sembuh, nanti aku tidak sering bertemu dengan kamu lagi