XIV

1.6K 61 0
                                    

#Sadi plot

Besok adalah libur bersama tepat sekali untuk menikmati waktu dirumah. Aku menelfon ima dan menanyakan apakah dia ingin bareng pulang ke rumah karena aku yakin dia juga sedang libur. Ima setuju dan aku pun menjemputnya ke kontrakan. Memang berangkat malam karena aku baru selesai membereskan kamar kost.

Jaraknya dapat di tempuh selama 1 jam sebenarnya tapi tidak untuk malam ini karena macet panjang akibat laka lantas mobilku juga harus merayap untuk bisa menembus jalan raya di keadaan gelap karena penerangan sedang padam. Untungnya ima tidak tidur meski kelihatan sekali dia sedang banyak fikiran. Aku tidak terlalu memikirkan hal itu jadi aku diam saja.

Beruntunglah ibu juga mengambil libur di hari yang sama sehingga kami bertiga bisa menghabiskan waktu bersama sama. Aku sampai di rumah lumayan malam sekitar jam 10 sehingga ima langsung meminta ijin untuk tidur karena sudah mengantuk. Sementara aku masih berbincang melepas rindu dengan ibu beberapa menit sebelum kami juga beranjak tidur.

______

"Kak, kak sadi bangun yuk" ibu pagi pagi sudah mengganggu tidurku.

"Ngapain sih bu?" Kataku sambil bergumam

"Kita ke rumah sepupu, om zainal kan punya acara hajatan, sekalian kalian di rumah"

Aku baru tau kalau ibu sudah mempersiapkan dirinya libur untuk datang ke acara hajatan om zainal. Tunggu tunggu, om zainal punya acara apa sih? Sunatan? Eh tapi om zainal anaknya cewek semua. Masak iya om zainal sunat lagi?

"Siapa yang sunat bu?" Tanyaku

"Sembarangan, anaknya om zainal yang namanya melati itu lo nikah dapet dokter juga. Udah ayok bangun mandi, adek kamu juga siap siap tuh!"

Ketika ibu keluar kamar aku baru beranjak ke kamar mandi.

_____

"Kita sarapan di rumah om zainal aja sekalian" kata ibu saat aku duduk di kursi meja makan berharap ibu menyajikan minimal nasi goreng untuk mengganjal perutku yang keroncongan.

Ima masih tak jauh beda dengan semalam, dia masih diam saja dan banyak menunduk meliht hpnya. Entah punya masalah apa ni bocah.

"Adik mu ada masalah apa sih? Nggak asik banget tau" kata ibu saat dia menggandengku berjalan memasuki rumah om zainal yang sudah ramai dengan para tetangga dan saudara.

Tak ku sangka aku bertemu fandy disini, dia bersama ibunya juga sedang berdiri seperti baru saja tiba beberapa menit sebelum kami tiba.

"Fandy, lo disini juga?" Sapaku

"Iya sama mama, sama siapa aja di?" Sapanya balik

"Itu ima, nggak tau murung amat hidupnya banyak masalah kali. Ajak ngomong sono, mpet gue ngelihat mukanya di tekuk mulu" kataku

Mamanya fandy dan ibu sudah membaur bersama tetangga yang lain memasak banyak makanan. Sedangkan aku masih berdiri dengan dua orang yang saling diam ini.

"Duduk yuk di, ma" ajak fandy menuju dalam rumah. Ruang tamu yang ternyata tidak terjamah oleh orang orang. lelang dan dingin.

"Lo punya beban hidup apa sih ma?" Tanyaku akhirnya memecah keheningan

"Enggak kak" jawabnya lemah sama sekali tak meyakinkan

"Fan, lu jomblo kan?" Tanyaku pada fandy

"Hah? Iya iya gue jomblo, kenapa?"

"Pacarim gih adek gue. Gue Kasihan sumpah ngelihat dia kek begitu. Ya kan itung itung biar cerah hidupnya. Gimana lo mau nggak?"

"Ya, kalo gue sih tergantung ima" jawab fandy enteng

"Gimana ma? Lo mau kan? Udah tenang aja fandy itu kayak Abang santai aja, dia nggak jahat kok" bujukku sok manis

Tak kusangka ima mengangguk. Aku menganga begitupun fandy, dia ikut tak percaya. Padahal niatku bercanda untuk membuatku mau bicara. Tapi dia menganggapnya serius. Ya apa boleh buat, toh fandy juga jomblo. Dia bukan orang yang tidak bisa menjaga amanah apalagi dia tau seperti apa sayangku pada ima. Aku yakin dia akan menjaga ima dengan baik dan tidak akan pernah menyakiti hatinya. Fandy bukan tipe playboy.

"Yaudah deh, pasangan baru gue tinggal dulu ya. Mau telfon pacar sayang" aku menghindar untuk memberi mereka waktu berdua. Sembari mencari kabar zeniku sayang.

Samar samar ku dengar mereka berdua bicara entah membicarakan apa tapi ima terus menunduk. Sedangkan fandy juga tidak berpindah mendekati ima.

"Lo ngapain di ngejogrok di pintu udah kaya patung dwarapala aja"

Ini dia si mawar, kembarannya melati yang belum laku laku.

"Dasar guru sejarah, apa apa dimiripin sama arca lah, candi lah, prasasti lah" ejekku asal.

Aku dan mawar melati memang seumuran, sejak kecil kami juga sering main bareng makanya aku dekat dengan mereka berdua. Apalagi dengan yang satu ini, mawar yang sungguh menyebalkan dan banyak bicara tidak anggun seperti melati.

"Eits, lo mau kemana? Jangan kesono ah ganggu orang baru pacaran aja sih sono sono bantuin ibuk masak aja" cegahku karena mawar mau masuk ke ruang tamu

"Siapa sih!" Entahlah dia memaki atau bertanya

"Fandy sama imanda" jawabku ketus

"Yaudah kali nggak usah sewot dasar penjaga pintu! Huuu!" Dia berbalik sambil menampar pipiku.

Sungguh orang satu ini sangat menyebalkan sekali. Kalau saja kami masih kecil aku pasti akan mengejarnya dan memukulinya sampai menangis. Untung aku masih baik hati. Memang ya yang namanya kembar itu nggak semuanya juga kembar contoh saja mawar sama melati. Yang satu anggun, feminim, anteng ehh yang satu malah kebalikannya nyerocos mulu kerjaannya udah sok sok an kayak mandor, ngomongnya pake toak nyebelin lagi.

Tapi aku jadi penasaran juga sebenarnya fandy dan ima membicarakan apa sih! Kenapa mereka bicara lirih sekali.

Aku coba mendekatkan telinga pada almari besar yang membatasi ruang tamu dan ruang keluarga. Samar samar bisa kudengar akhirnya apa yang mereka bicarakan.

"Maafin ima ya mas" kata ima

"Semua emang butuh waktu ma, nggak apa apa" jawab fandy

"Kalau aja ima tau semuanya sebelum terlambat pasti nggak akan kayak gini" ima bicara lagi

"Udah lah ma, yang berlalu ikhlasin aja, sekarang kita fokus kedepan" jawab fandy

Aku sama sekali tidak faham apa yang mereka bicarakan. Tapi aku jadi bisa menarik kesimpulan kalau ima dan fandy memang sempat punya masalah. Mungkin sejak sebelum reoni hari itu. Atau mereka sebenarnya sudah saling suka tapi terkena fitnah satu sama lain makanya gagal pacaran. Bisa jadi begitu. Ah ya sudah lah, syukur kalau aku akhirnya secara tidak langsung bisa menyatukan mereka berdua. Mereka memang terlihat cocok jika bersama layaknya aku dan zeni.

_______

Malam harinya ima sudah ceria. Dia nempel terus pada fandy, pacar sih boleh tapi nggak harus nempel terus kan, lagian ada gue yang kakak kandungnya lo disamping dia. Kan bikin pengen jadinya. Zeni lagi sibuk sama keluarganya lagi.

"Sadi, tuh lihat fandy sama ima aja udah pada bahagia. Kamu kapan? Masak keduluan sih sama adek adek kamu!" Om Zainal ini datang di waktu yang tak tepat sekali.

"Wah om, aku juga udah punya cewek tau. Om liat aja bentar lagi habis melati, aku juga bakal langsung nyusul" kataku sok sok an berjanji yang malah menjadi bahan lelucon semua orang di sini.

dokter tampan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang