II

4.1K 116 2
                                    

#Fandy plot

"Fan, makan yuk sama aku. Aku capek baru balik dari luar kota. Bosen tau lama disana nggak ada kamu"

"Aduuuh zen, maaf nih sorry banget aku kan sekarang jadi dosen juga ya rada sibuk gitulah. Nah rencananya aku mau bikin kti nih ntar sore sama mahasiswaku. Jadi maaf ya"

"Ah yaudah males!"

Zeni. Seorang dokter anak muda yang pintar dan cantik, selalu di panggil untuk melakukan seminar atau ikut dalam kasus anak di luar kota. Sayangnya, meski begitu zeni bukanlah pilihanku.

Aku segera keluar setelah merapikan berkas berkas. Segera menuju kampus dan mencari ima. Ketua kelas cakep sasaranku sejak seminggu yang lalu.

Anaknya tidak introver tapi dia pendiamd an sopan di depan orang lain. Ketua kelas yang bertanggung jawab dan rajin. Akan aku kerjai untuk membuat KTI rencananya. Aku masih ingin mengukur nyalinya sampai dimana. Beberapa hari yang lalu dia sudah membelah burung bersamaku di laboratorium.

________

"Ima ima tunggu"

Setelah selesai kelas, aku melihat ima keluar paling awal. Segera saja aku menghentikannya.

"Iya pak?"

"Kamu saya tunggu di kantin ya. Segera kesana, ada hal penting"

"Tapi pak"

Aku sebenarnya mendengar nada bantahan dari kata katanya sayangnya aku sudah terlalu suka jika bertemu dengan ima. Aku buru buru pergi meninggalkannya begitu saja sebelum banyak lagi tanya atau dia malah mendebatku untuk menolak ajakan makan siang sebenarnya.

Di kantin kampus aku segera memesan nasi padang dua dengan es jeruk sebagai minumnya. Lama sekali aku menunggu ima datang bahkan saking lamanya aku sempat berfikir jika ima tidak akan datang dan akulah yang harus menghabiskan dua porsi nasi padang sekakiguse s jeruknya. Tapi beberapa menit kemudian ima datang juga. Sendirian dengan penampilan yang sama dan lebih lesu dari di kelas tadi.

"Makan dulu ma, pasti lapar, seharian tidak dapat istirahat kan?"

"Nggak usah pak makasih"

"Eh, itu sudah saya pesankan. Pokoknya harus di makan"

Aku sedikit menahan tawaku ketika melihat mukanya yang sangat lesu dengan tangan menyendokkan nasi padang. Pastilah di kesal denganku karena selalu ku beri tugas yang berat. Sungguh ima, kalau bukan karena permintaan mendiang papa tak akan mau aku mendekati mahasiswi seperti ini. Harga diriku jatuh di depan siapapun.

"Ma, saya ajak kamu ke kantin ini mau memberikan kamu tantangan"

"Apa itu pak?"

Duh, inilah hal paling menyebalkand ari imanda. Sudah ku katakan jangan memanggil pak tetap saja bandel. Kata itu sungguh memberikan jarak hubungan antara kami.

"Kamu buat KTI tentang hewan yang minggu lalu kita teliti ya"

"Kenapa harus saya?"

"Soalnya kamu yang saya ajak penelitian. Saya percaya kamu bisa buat KTI. Ini untuk riset adek tingkat kamu juga"

"Berapa bulan pak?"

"Kok bulan! Akhir bulan ini aja gimana?"

"3 minggu pak? What the hell?! Wah saya nggak bisa pak, nggak cukup waktunya"

"Ya saya nggak mau tau, kalau kamu nggak mengumpulkan akhir bulan ini nilai kamu bisa saya laporkan ke bu mayra"

"Yaudah lah pak saya pergi dulu nyari burungnya soalnya sudah saya buang hari minggu kemarin"

dokter tampan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang