IX

1.7K 66 0
                                    

#Ima plot

Sudah pukul 7 malam dan zaura belum pulang. Aku juga sudah bertanya apda arin dan nindi kemana zaura pergi tapi mereka tidak ada yang tahu. Hpnya juga tidak aktif sejak sore. Aku gelisah sekali. Aku ingin bertemu dengannya dan membicarakan soal kabar pacaranku dengan pak fandy. Aku pun benci mendengar kabar itu. Tapi zaura tidak juga pulang. Aku takut terjadi apa apa dengannya.

Aku segera bersiap mencari zaura. Sungguh aku tak ingin persahabatan ku putus dengannya karena orang baru dan fitnah yang kejam seperti ini.

"Nin, aku mau cari aza dulu" aku baru saja membuka pintu rumah ketika aku melihat zaura sedang melepas helm dan di serahkan kepada hasbi.

Aku menghentikan kegiatanku, melihatnya mengucap terima kasih pada hasbi kemudian dia berjalan membuka gerbang. Matanya melihatku sekilas seperti tatapan benci. Aku sadar akan kesalahanku. Dia berjalan terus untuk masuk ke rumah, dengan muka khawatir aku segera menghampirinya namun dia sama sekali tidak melihatku bahkan dia menganggap aku tidak ada disitu. Beginilah jika zaura sedang marah. Dia akan diam seribu bahasa pada orang yang menjadi cikal permasalahan. Dan kali ini aku lah orang itu.

Aku terus mengikuti zaura sampai masuk dalam rumah seraya terus memanggil manggil namanya meski tidak di hiraukan. Aku sempat melihat mukanya saat bertatapan denganku tadi, mukanya sembab dan kantung matanya tebal. Fiks dia habis menangis. Ini semua pasti karenaku.

"Ra, raaa dengering aku dulu. Kita harus bicara ra" teriakku saat pintu kamarnya sudah di tutup dengan sangat kasar.

Dia sedang tidak enak hati. Pasti perasaannya sedang sangat bergejolak. Aku hanya duduk diam di depan kamarnya dengan sangat bersalah.

"Kabar soal lo sama mas fandy emang udah viral kemana mana ma" kata arin sambil berlalu melewatiku.

Semua memang karena salahku, begitu mudahnya aku menuruti semua keinginan pak fandy. Aku bahkan sekarang bisa berfikir jika selama ini dia sudah mempermainkan tugas dengan sesukanya. KTI adalah kedok mendekatiku supaya dia bisa berlama lama denganku. Lihat saja, setelah masalah dengan zaura selesai aku akan membuat perhitungan dengannya.

Aku tidak menyerah mengetuk pintu kamar zaura sambil terus memohon maaf padanya dan memintanya membuka pintu  untuk bicara denganku. Sudah 3 jam aku melakukan hal itu terus menerus. Dan zaura belum juga menunjukkan reaksi. Setelah sirine jam 10 berdengung dari masjid kampus terdengar, zaura membuka pintu kamarnya dan menarikku masuk dengan kasar. Dia mengunci kamar dan mengganti lampu dengan lampu tidur serta lampu belajar. Aku hanya berdiri memandanginya melakukan hal hal yang aku sama sekali nggak ngeh niatnya apa.

"Duduk" katanya masih kasar, sebenarnya bukan kasar tapi suaranya serak khas orang habis menangis lama.

Aku hanya menuruti perintahnya. Duduk bersila di atas ranjang kemudian di ikuti dengannya.

"Aku pengen denger kamu jelasin semuanya sampai gamblang ke aku" dia memulainya.

"Jujur banget aku nggak ada hubungan apapun sam pak fandy za. Aku deket sama dia bagi aku cuma sekedar konsultasi soal KTI. Aku juga nggak tau kenapa cuma aku yang dia kasih tugas seperti itu. Aku pun nggak tau apa maksudnya dia ngakuin aku pacarnya di depan hasbi" jelasku pada zaura

"Udah ku duga. Ma, aku ini sahabat kamu dari orok. Aku hafal kamu kayak gimana orangnya. Tapi giman gimana kamu juga tetep salah ma. Kamu nggak bilang apapun soal pak fandy sama aku. Kan aku bisa kasih kamu solusi. Aku sebenernya udah curiga dari lama. Apalagi denger cuma kamu yang dapet tugas KTI. Aku kecewa banget karena aku harus denger berita kayak gini dari orang lain bukan dari kamu sendiri" zaura mengeluh panjang lebar

"Maafin aku za" kataku lemah bersalah

"Sekarang gini. Ma, aku sih bisa maafin kamu tapi kamu sekarang harus berhadapan sama semua orang kampus. Belum lagi dosen kalau sampai tahu bakal bikin hal ini jadi kasus. Kamu juga harus inget fansnya pak fandy di kampus itu mulai dari mahasiswi sampai dosen semua tergila-gila sama dia. Kamu harus hadapi dia. Aku nggak mau kamu sampai kena masalah dan berhadapan sama mereka."

Aku bahkan tak berfikir sampai kesana. Selama ini aku merasa hubunganku dengan pak fandy hanya sebatas teman saja ternyata orang lain menganggapnya seserius ini. Zaura sudah tak marah lagi, syukurlah dia bisa mengerti posisiku.

"Hasbi bilang tadi pas pak fandy ngumumin itu di kantin lagi rame dia takut kamu sampe kena hoax" lanjut zaura.

Aku sungguh bersyukur mengenal zaura yang pengertian dan baik sekali hatinya. Aku bahkan tahu dia itu juga sebenarnya salah satu dari fans pak fandy. Tapi dia tidak marah lama padaku. Bahkan rasa khawatirnya padaku lebih besar dari emosinya atas sikapku.

Zaura meraih hpnya dan membuka akun akun gosip kampus. Aku hanya diam meliriknya. Disana untuk unggahan terbaru langsung tampil wajahku. Semua berita soal kedekatan dengan pak fandy pun mengalir begitu saja. Banyak sekali breaking news yang di upload akun gosip itu tentangku dan tentang pak fandy. Wajah zaura berubah jadi cemas. Keningnya berkerut dan mukanya cemberut.

"Kamu lihat sendiri kan.. akun gosip aja udah penuh berita soal kamu. Apalagi otaknya anak anak." Zaura menunjukkan beberapa postingan terbaru akun gosip kampus padaku.

"Besok senin selesai presentasi aku bakal bikin perhitungan sama dia za. Aku minta kamu jangan kemakan omongan orang soal aku ya. Maafin aku udah bohongin kamu soal masalah gede kayak gini"

"Kamu harua jaga nama baik kamu ya ma" pesan zaura layaknya orang tuaku. Aku mengangguk.

Malam itu aku tidur bersama di kamar zaura karena kelelahan membahas soal pak fandy yang ujung ujungnya tetap harus menemuinya dan bicara panjang lebar atas sikapnya yang tidak punya aturan. Di pikir kampus hanya berisi orang orang baik saja apa! Netizen, apalagi fansnya pastilah membenciku. Dia tak merasakan bagaimana berada di posisiku makanya dia se enaknya ceplas-ceplos.

_________

Aku dan ayah sedang berjalan jalan di taman rumah sakit, sambil menunggu bang sadi yang masih mengurus absennya. Kami bertemu pak ardana, sahabat masa kecil ayah. Kami bertiga berbincang bersama di sebuah kursi taman dan mereka tampak bahagia. Dari arah selasar rumah sakit datang bang sadi dan sahabatnya mas fandy. Mereka juga berbincang asyik. Aku seperti mengamati sebuah jalinan persahabatan dengan 2 versi. Yaitu versi tua dan muda. Teman ayah mengenalkan mas fandy padaku sebagai anaknya. Dia kemudian di rangkul oleh ayah dengan ceria. Mereka berdua tampak begitu tampan, mukanya bersinar dan jernih.

dokter tampan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang