22

4.7K 364 5
                                    

Di Kedai Teh terkenal di Ibukota, tepatnya di lantai dua sebuah ruangan pribadi. Duduk seorang gadis dengan kecantikan yang tidak tertandingi, gadis itu adalah Lan Hua. Saat ini dia ditemani oleh Lin Yun yang berdiri disampingnya.

"Nona apakah tidak apa-apa kita keluar diam-diam seperti ini. Bagaimana jika Tuan dan Nyonya cemas karena tidak mendapati nona di Kediaman"suara Lin Yun terdengar ragu-ragu ketika berbicara dengan Nona Mudanya. Lan Hua yang sedang membalik sebuah buku di tangannya jelas hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Ya Tuhan Lin Yun mengapa kau begitu takut, apakah orang tuaku begitu menyeramkan jika marah hm."suara Lan Hua terdengar menggoda Lin Yun yang saat ini memiliki wajah cemas yang sangat kentara.

'Memang benar Nona , Tuan dan Nyonya jika marah memang menyeramkan'ringis Lin Yun dalam hati.

"Tapi Nona.."sebelum ucapan Lin Yun selesai Lan Hua lebih dulu memotong ucapannya.

"Sudah tenang saja jika mereka marah padamu bukankah ada aku lagipula aku juga sudah memerintahkan  Feng Yun untuk memberitahu Ayah jika aku pergi keluar"Lin Yun menjadi tenang ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Nona Mudanya.

"Syukurlah kalau begitu Nona"

"Berhenti berdiri disitu cepat duduk di kursi"perintah Lan Hua pada pelayannya.

"Tapi Nona itu, saya hanya seorang bawahan dan pelayan tidak pantas untuk duduk di meja yang sama dengan tuannya"ucap Lin Yun. Lan Hua yang mendengarkannya mendelikkan matanya pada Lin Yun.

"Sejak kapan aku peduli dengan peraturan, cepat duduk dan makan makanan di meja sebelum dingin lagipula hanya ada kita berdua disini"ucap Lan Hua dengan nada yang tidak dapat dibantah. Lin Yun sendiri sangat terharu ketika mendengar apa yang dikatakan Nonanya, dulu dia berpikir sejak dirinya dibeli sebagai pelayan dia tahu jika hidupnya hanya bisa menjadi budak untuk tuannya, dia tidak pernah berharap akan diperlakukan sederajat oleh Nonanya.

"Baik Nona"

'Nona dalam hidup ini aku Lin Yun akan selalu melindungimu bahkan jika aku harus mempertaruhkannya dengan hidup kecilku ini'janji Lin Yun dalam hati.

Sudah berjam-jam sejak Lan Hua duduk di Kedai Teh ini, sebenarnya tidak ada alasan khusus mengapa dia keluar kediaman hari ini. Dia hanya ingin menikmati semaraknya ibu kota tanpa tahu jika dia akan bertemu dengan orang yang tidak terduga.

Disamping ruang pribadi yang digunakan oleh Lan Hua terlihat beberapa orang berpakaian putih sedang membicarakan sesuatu hal yang sepertinya penting. Jika Lan Hua melihatnya tentu saja dia akan tahu siapa orang-orang ini. Benar saja mereka adalah Bai Lin dan para bawahannya.

"Tuan Muda apakah kita hanya akan diam seperti ini"suara itu datang dari seorang laki-laki tua dengan janggut putih yang dimilikinya. Tuan Muda yang dimaksud itu merupakan Bai Lin yang menjadi pimpinan kelompoknya.

"Ini adalah cara terbaik lagipula kita juga tidak bisa memaksa mereka"suara Bai Lin terdengar sangat lelah.

"Tapi Tuan Muda saat itu jelas-jelas mereka setuju tapi mengapa tiba-tiba menolak seperti ini"

"Aku pikir itu karena mereka mendengar kita membutuhkan orang dengan Akar Spiritual Abadi untuk rencana itu"ucap Bai Lin sambil menikmati teh dimeja.

"Tapi Tuan Muda jelas saja walaupun kita memang membutuhkan Akar Spiritual Abadi itu tidak ada hubungannya dengan Nona Muda"

"Kau sepertinya masih belum paham Zhou Ren. Alasan mengapa tiba-tiba mereka berubah pikiran adalah karena mereka mengira kita hanya peduli dengan Akar Spiritual Abadi milik Hua Hua"mendengar apa yang dikatakan Tuan Mudanya semua orang di dalam ruangan itu kaget.

"Omong kosong dari mana itu. Jelas-jelas kami tidak mungkin menyakiti Nona Muda"suara berat itu milik seorang pemuda tampan yang duduk disamping penatua yang dipanggil Zhou Ren.

"Cari tahu siapa yang menyebarkan rumor itu dan bersihkan seperti biasa"perintah Bai Lin pada yang lain.

"Baik Tuan Muda"

"Kita pergi sekarang"

Setelah itu satu persatu orang di ruangan itu keluar tepat ketika Bai Lin keluar dari ruangan pintu disebelah ruangannya juga terbuka. Matanya menjadi berbinar ketika menatap siapa orang yang baru saja keluar dari ruangan itu. Orang itu tidak lain adalah Lan Hua, Bai Lin tidak akan pernah menyangka jika dia akan bertemu dengan orang yang selama ini sangat dia rindukan.

Lan Hua yang merasa ditatap oleh sepasang mata secara intens menoleh untuk melihat siapa orang itu dan dirinya cukup terkejut ketika melihatnya.

'Bukankah ini Bai Lin.'

Mereka berdua hanya saling tatap tanpa ada niat untuk menyapa. Ketika menatap mata itu Lan Hua merasakan perasaan yang tidak asing lagi baginya dan dirinya benci perasaan ini, dimana dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Berbeda dengan Bai Lin, hatinya terasa tercubit ketika menatap wajah yang sudah tidak asing baginya, saat ini dia hanya bisa memandangnya dari kejahuan sama seperti..dulu. Tatapan itu terputus ketika Lan Hua berbalik untuk pergi dari tempat itu.

'Perasaan ini lagi, sebenarnya siapa dirimu'batin Lan Hua ragu.

Melihat kepergian Lan Hua, dia hanya bisa menghela napas. Ini belum saatnya baginya untuk dekat dengan Hua Hua nya . Dia yakin suatu saat Lan Huanya akan ingat.

'Hua Hua aku akan menunggu tak peduli berapa lama, aku yakin suatu saat kau akan mengingat apa yang telah kau lupakan'batin Bai Lin

"Tuan muda.."ucap Zhou Ren ragu-ragu.

"Aku tahu tapi ini belum saatnya Zhou Ren. Hua Hua belum mengingat kita. Baiklah kita pergi dari sini"putus Bai Lin. Tepat ketika Bai Lin pergi dari Kedai Teh itu Lan Hua yang dikira telah pergi muncul dari balik tembok. Dia diam-diam  mendengarkan pembicaraan Bai Lin dan dia heran apa maksud perkataan mereka.

"Yang mereka maksud itu siapa. Lan Hua yang dulu atau Lan Hua  saat ini yang seorang iblis. Dan mimpi itu...mengapa semua orang memintaku untuk mengingat sebenarnya apa yang sudah aku lupakan.."lirih Lan Hua.

Akhirnya Lan Hua pergi dari tempat itu dan kembali bersama dengan Lin Yun yang dia perintahkan untuk menunggu di kereta. Pada akhirnya mereka kembali ke kediaman.

Mungkin karena memikirkan percakapan Bai Lin suasana hati Lan Hua tidak menentu. Lin Yun yang merasa mood nona mudanya buruk juga heran sebenarnya apa yang tadi dilakukan Nona Mudanya namun dia juga tidak berani bertanya karena itu keluar dari kapasitasnya sebagai pelayan.

"Nona..kita sudah sampai"suara Lin Yun memecah keheningan di kereta. Lan Hua yang melamun cukup terkejut dan turun dari kereta.

"Lin Yun apakah ada tamu kenapa ada banyak kereta"tanya Lan Hua yang melihat ada 5 kereta  mewah dan besar berjejer rapi di halaman.

"Sepertinya itu tamu Tuan dan Nyonya Nona"balas Lin Yun. Lan Hua sendiri hanya memandang kereta itu dengan aneh. Dia merasa akrab dengan simbol di kereta namun dia tidak ingat kapan pernah melihatnya. Pada akhirnya Lan Hua tidak peduli dan langsung pergi menuju ke halamannya sendiri. Karena terlalu malas untuk berjalan memutar Lan Hua memilih jalan dekat Taman bunga karena lebih dekat dengan halamannya tanpa tahu jika dia akan ditatap oleh beberapa pasang mata yang akan menjadi pengagumnya.

RE-BORN of The Hell's Queen(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang