43

2.4K 265 4
                                    

Di bawah sinar rembulan, Lan Hua duduk di kursi santainya. Dia memegang sebuah perkamen tua. Itu adalah perkamen yang diambil Du Yi dari ruang Bai Lin atau mungkin Furong JiaLin, saudaranya.

"Kau bisa melepaskan dengan mudah kutukanmu ge, tapi mengapa kau lebih memilih hidup dalam rasa sakit seperti itu. Padahal aku sama sekali tidak pernah menyalahkanmu"gumam Lan Hua. Tatapan nya masih mengarah pada kutukan darah yang berada pada perkamen itu.

"Lian'er"
Lan Hua segera membalikkan badannya ketika mendengar suara itu, matanya menyiratkan sebuah kerinduan yang sangat mendalam. Tanpa sadar kakinya berlari menghampiri orang itu. Lan Hua memeluk pemilik tubuh itu dengan sangat erat.

"Lin gege"ucap Lan Hua lirih.
Setetes air mata mengalir dari netra hitam Lan Hua.

Merasa dadanya menjadi basah,  Furong JiaLin semakin memeluk erat saudarinya ini. Semua perasaan yang selama ini dia tekan akhirnya meledak. Dia menyesal, amat sangat menyesal. Kenapa saat itu dia begitu bodoh dan buta.

"Lian'er maafkan gege"ucap Furong JiaLin sedikit bergetar. Lan Hua bisa merasakan penyesalan Furong JiaLin.

"Hsssttt ge jangan katakan hal itu. Aku tahu kau juga ditipu andai hari itu aku memperingatkan mu lebih awal hal itu tidak akan pernah terjadi"ucap Lan Hua didalam pelukan Furong JiaLin.

"Kau tahu ge, aku sangat merindukanmu"
Furong JiaLin tersenyum ketika mendengar perkataan Lan Hua. Dia tahu adiknya sama sekali tidak berubah, masih sangat manja seperti dulu.

"Gege juga sangat merindukanmu, kau tahu berapa lama gege menunggu untuk hari ini. Sangat lama...bahkan gege sampai lupa sejak kapan"ucap Furong JiaLin sambil tersenyum tipis. Dengan jahil Lan Hua membalas perkataan Furong JiaLin.

"Artinya gege sudah tua hahaha"tawa Lan Hua sangat merdu memecah keheningan malam.

"Apa?!Kau tahu walaupun tua gegemu ini masih sangat tampan"balas Furong JiaLin dengan sedikit mendengus.

"Baiklah..kakek tampan hahahha"

"Furong LianHua sekarang sudah berani ya kau mengejek gege tampanmu ini"ucap Furong JiaLin dengan sedikit mengancam tapi Lan Hua tahu jika saudaranya ini sedang mengikuti lelucon yang dia buat.

"Ahahaha baiklah gegeku yang tampan"ucap Lan Hua sambil tertawa keras.

"Lian'er..kapan kau siap untuk kembali?"Raut wajah Furong JiaLin berubah menjadi serius, dia menatap kedua mata Lan Hua untuk meminta jawaban.

"Tidak untuk sekarang ge, aku akan menyelesaikan urusanku terlebih dahulu"ucap Lan Hua sambil tersenyum ringan. Dia tidak ingin terburu-buru berurusan dengan mereka disana.

"Tapi ge, aku sangat penasaran bagaimana mereka juga masih hidup hingga saat ini apakah mereka juga.."tanya Lan Hua sedikit heran sekaligus penasaran.

"Tidak, apa yang mereka alami bukan karena kutukan seperti yang gege alami tapi lebih tepatnya itu semua karena takdir phoniexmu. Mereka menggunakan darah phoniexmu untuk mendapatkan keabadian tapi ada harga yang harus mereka bayar atas itu"jelas Furong JiaLin, Lan Hua menatap gegenya menunggu kelanjutan kalimatnya.

"Rasa sakit akibat terbakar oleh api abadi"ucap Furong JiaLin dengan senyum dingin.

"Ge kau yang melakukannya?"tanya Lan Hua melihat tatapan mata licik saudaranya. Furong JiaLin tidak menjawab namun senyumnya mengatakan semuanya. Lan Hua tertawa kecil melihat tanggapan saudaranya.

"Jadi bagaimana bisa?"

"Apakah kau benar-benar lupa bagaimana kekuatan Klan Furong? Bahkan jika kita tidak bisa menggunakan kekuatan kita, kita masih bisa menggunakan akal kita"ucap Furong JiaLin sambil menatap adiknya gemas.

"Artinya, kau telah memanipulasi mereka untuk dengan sengaja menggunakan darah yang salah?"
tanya Lan Hua tidak percaya.

"Tentu saja"balas Furong JiaLin sedikit bangga.
Lan Hua tertawa. Malam itu Lan Hua menghabiskan waktunya bersama Furong JiaLin, mereka mengobrol sepanjang malam. Mereka membicarakan banyak hal dan salah satunya adalah rencana mereka untuk menuntut balas pada orang-orang itu.

"Jadi orang-orangmulah yang menyusup ke ruangan gege?"
Furong JiaLin melirik perkamen tua yang berada digenggaman Lan Hua. Lan Hua tidak menyangkal pertanyaan saudaranya.

"Ya, tapi mengapa kau menyimpan benda ini ge?"
Tatapan Furong JiaLin menjadi sedikit gelap, wajahnya menjadi muram seakan ada badai dibalik mata merah itu.

"Hanya dengan benda itu, aku bisa mengingat dosa yang sudah aku lakukan Lian'er dan benda itu satu-satunya hal yang membuatku bisa terhubung denganmu"

Lan Hua terdiam mendengar kalimat yang diucapkan Furong JiaLin. Dia ingin saudaranya bisa melupakan kejadian masa lalu itu tapi sepertinya akan sulit. Dia hanya bisa menghela nafas dan maju untuk memeluk saudaranya.

"Ge...semua sudah berlalu jadi jangan salahkan dirimu sendiri lagipula bukankah kita sudah bersama lagi"ucap Lan Hua sambil tersenyum manis di pelukan saudaranya.

"Ya kau benar Lian'er"balas Furong JiaLin sambil memeluk adiknya itu. Tiba-tiba ada suara yang mengistrupsi mereka.

"Tuan..."
Lan Hua menatap sosok mahkluk yang mirip phoniex itu.

"Bi Xie..."lirih Lan Hua. Saat itu karena ingatannya masih samar-samar dia memberikan sikap yang sangat terasing pada makhluk ini namun karena ingatannya sudah sangat jelas akhirnya dia paham dengan ikatan yang mereka miliki.

Demigod, makhluk yang dianggap sudah punah oleh orang-orang. Makhluk yang terlahir dengan kekuatan yang lebih besar dan lebih angkuh daripada phoniex. Bi Xie adalah demigod yang dikontrak oleh Lan Hua dulu ketika masih menjadi Furong LianHua.

Dulu walaupun dirinya lemah namun dia memiliki hewan kontrak yang menyebabkan setiap  orang iri dengan keberuntungannya. Pasalnya demigodlah yang bisa memilih Tuan mereka dan tidak disangka LanHua atau Furong LianHua dipilih oleh penguasa diantara Demigod yakni Raja dari para Mahkluk Demigod. Bi Xie adalah nama yang dia berikan pada makhluk kontraknya.

Kala itu ketika Lan Hua mati dalam kehidupan pertamanya Bi Xie tidak ikut mati karena jiwa Lan Hua sama sekali tidak musnah tapi telah berinkarnasi namun hal itu menyebabkan Bi Xie tertidur panjang dan ketika Bi Xie terbangun kekuatannya melemah dan yang lebih parah dia merasakan ikatan dengan pasangan jiwanya telah terputus yang artinya pasangan jiwanya telah mati dan itu membuat Bi Xie sangat murka. Dia membunuh dan menghancurkan semua hal yang ada didepannya sehingga akhirnya dia disegel dalam formasi. Jika saja saat itu kekuatannya tidak melemah orang-orang itu yang menyegelnya tidak akan bisa melakukan itu.

Bi Xie menunggu bertahun-tahun untuk menunggu kedatangan Tuannya karena ketika mereka semakin dekat, kekuatan Bi Xie bisa segera pulih ke puncak dan akhirnya hal itu terjadi.

"Kau pasti sudah menunggu lama, maaf membuatmu menunggu Bi Xie"
Lan Hua mengelus surai hitam di kepala Bi Xie.

"Anda tidak perlu minta maaf Tuan, jika saja hari itu saya tidak pergi anda tidak harus mengalami semuanya"
Bi Xie menikmati belaian tangan Tuannya, jujur saja dirinya sangat merindukan Tuannya ini. Tuan yang memperlakukannya sebagai teman bukan seperti manusia lainnya yang memperlakukan makhluk kontraknya seperti budak.

Bi Xie melirik Furong JiaLin dingin dan tatapannya sama sekali tidak bersahabat. Lan Hua mengerti Bi Xie menyalahkan kematiannya saat itu pada saudaranya.

"Bi Xie~"panggil Lan Hua lembut.

"Semuanya sudah berlalu"lanjut Lan Hua.
Bi Xie hanya diam sambil mendengus dan Furong JiaLin hanya diam seakan tidak terjadi apa-apa. Lan Hua hanya bisa pasrah dengan hal ini.
Setelah mengobrol dengan Tuannya, Bi Xie pergi untuk mengerjakan tugas yang diberikan Lan Hua. Mungkin karena kelelahan Lan Hua tertidur di bahu Furong JiaLin. Dia bahagia bisa melihat adiknya lagi, dulu bahkan dia sempat putus asa karena gagal untuk mencari adiknya bahkan saat kesempatan dimana dia akhirnya bisa bertemu adiknya hancur ketika melihat tubuh adiknya terbujur kaku dengan belati menancap dijantungnya. Dia gagal untuk menyelamatkan adiknya...lagi.

Untuk melampiaskan kemarahannya awalnya dia ingin membunuh semua orang disana namun dia kalah cepat oleh seseorang. Seseorang yang wajahnya membuat dirinya terkejut karena mirip dengan lelaki yang rela terikat kutukan dengan adiknya.

Next...

RE-BORN of The Hell's Queen(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang