45

2.2K 258 1
                                    

Fu Rou Lan menatap tidak percaya kearah tangannya. Tangannya sekarang benar-benar mati rasa. Bukan hanya itu tubuhnya sudah dipenuhi dengan banyak luka. Bajunya sudah ternoda dengan darahnya sendiri sedangkan gadis itu sudah duduk dengan nyaman dan santai di singgasana tanpa ada luka sedikitpun bahkan pakaiannya masih rapi seakan pertarungan tadi tidak pernah terjadi.

Beberapa saat lalu ketika Fu Rou Lan menyerang Lan Hua dengan belati hitam, Lan Hua tidak benar-benar menanggapi dengan serius ancaman Fu Rou Lan karena baginya kekuatan wanita itu tidak pernah ada dimatanya. Saat itu penyebab wanita ini berhasil menghabisinya karena dirinya begitu lengah pada wanita ular ini.

"Kau pikir dengan kekuatan kecilmu itu kau bisa membunuhku lagi Hmmm??"
Fu Rou Lan tidak menerima kenyataan ini. Dia masih menatap tidak percaya pada gadis muda dihadapannya ini. Bukan hanya itu dia bisa merasakan jika gadis dihadapannya ini tidak menanggapi serangannya dengan serius.

"..."
Fu Rou Lan menundukkan pandangan matanya, dia benar-benar benci dengan kenyataan ini.

Tiba-tiba terdengar banyak langkah kaki menuju Aula, mereka adalah orang-orang yang memiliki posisi tinggi di Istana ini. Dan Lan Hua masih bisa mengingat wajah-wajah munafik ini. Pandangannya tertuju pada satu orang.

"Master"
Saat ini keempat bawahan Lan Hua sudah berdiri disamping kanan dan kirinya. Mereka telah melaksanakan perintah Tuan mereka dan hanya menyisakan orang-orang yang saat ini berada di Aula karena mereka tahu orang-orang ini akan mati di bawah tangan Tuan mereka.

"Hmm.."

Orang itu merasakan tatapan Lan Hua dan balik menatap mata itu. Dia merasa tidak asing dengan tatapan gadis muda yang duduk di singgasana itu. Terlintas pikiran paling gila dibenaknya. Dengan tatapan penuh harap dan kehati-hatian pemuda itu bertanya.

"Siapa dirimu?"
Lan Hua tersenyum kecil ketika mendengar pertanyaan itu. Dia mengingat kenangan kecil ketika dia menyelamatkan seorang bocah lelaki yang hampir mati karena dipukuli oleh sekelompok penjahat.

"Bocah, lama tidak bertemu kau jadi melupakan Tuanmu ini"ucap Lan Hua santai namun bisa membuat pemuda itu terbelalak tidak percaya seakan apa yang baru saja dikatakan Lan Hua adalah jawaban atas keraguannya.

"Yang Mulia"
Pemuda itu langsung melemparkan pedang ditangannya dan menundukkan kepalanya tanda hormat pada Lan Hua.

Orang-orang yang mendengar kalimat yang diucapkan Wen Jun langsung terbelalak tidak percaya dan ngeri. Mereka berpikir mungkin mereka hanya salah dengar namun sepertinya tidak. Hanya satu yang terlintas dibenak orang-orang ini, bagaimana orang yang sudah mati masih bisa hidup kembali.

Lan Hua menatap orang-orang dibelakang Wen Jun dengan datar. Dia tahu mereka adalah orang-orang yang diam-diam sebenarnya menentang dirinya dibalik permukaan. Hari ini dia akan mensucikan tempat ini dengan darah para pengkhianat ini.

"Wen Jun, kemarilah"perintah Lan Hua. Wen Jun yang mendengar itu langsung bangkit dan berjalan menuju Pemimpinnya itu.

"Katakan padaku apa hukuman untuk para pengkhianat?"
Lan Hua menatap Wen Jun dengan sangat dingin seakan jika jawaban Wen Jun sedikit saja tidak membuatnya puas dia akan langsung membunuhnya.

"Kematian"ucap Wen Jun tanpa rasa takut.
Semua orang yang mendengar itu merasakan hawa dingin disekitar mereka, wajah mereka susah pucat pasi terutama Fu Rou Lan.
Tatapan Lan Hua mengarah pada orang-orang dibawah dan senyum licik terlihat diwajahnya.

"Y.Yanng Mulia, hamba mohon ampuni hamba. Semua itu karena hasutan wanita ini, hamba tidak bersalah"
Salah satu diantara mereka mencoba memohon belas kasihan pada Lan Hua namun seakan Lan Hua tidak mendengar atau melihat wajah penuh penyesalan itu.

Dia melambaikan tangannya dan orang itu langsung berubah menjadi kabut darah.
Semua orang ketakutan melihat peristiwa itu mereka benar-benar tidak percaya hari ini akan menjadi hari dimana mereka mati. Mereka hanya bisa menyesali semuanya andai saja hari itu mereka tidak terbujuk oleh hasutan wanita ini semuanya tidak akan berakhir seperti ini.

Satu persatu orang orang itu berubah menjadi kabut darah dan hanya menyisakan Fu Rou Lan. Dia sengaja melakukannya membuat semua orang langsung mati menjadi kabut darah, dia ingin membuat wanita ini menjadi gila dan sadar dimana tempatnya berada.

"Jadi sepertinya akan menjadi giliranmu, Fu Rou Lan"ucap Lan Hua dengan pandangan meremehkan.

Fu Rou Lan hanya diam dan menatap benci Lan Hua, dia membenci kenyataan jika pada akhirnya dia kalah.

"Bunuh aku"ucap Fu Rou Lan sambil menutup matanya, dia sudah pasrah dengan semua ini. Paling tidak dia tidak akan merasakan perasaan sakit karena kematian.

"Kau pikir aku akan membunuhmu semudah itu heh"ucap Lan Hua sambil sedikit terkekeh.

"Apa maksudmu?"
Fu Rou Lan menatap Lan Hua dengan was was.

"Kau akan segera mengerti"ucap Lan Hua penuh teka-teki. Tiba-tiba mata Lan Hua berubah merah dan tatto bunga mawar kembali muncul didahinya. Fu Rou Lan merasakan nafas kematian semakin mendekat kearahnya. Dia merasa tubuhnya menjadi sangat sakit, nafasnya sangat berat, kepalanya seakan pecah. Dia seperti sedang tersedot kedalam lubang hitam tak berujung.

Sebelum pandangan Fu Rou Lan benar-benar menghitam dia bisa mendengar kalimat yang diucapkan oleh Lan Hua.

"Selamat bersenang-senang Fu Rou Lan"ucap Lan Hua licik.

"Julukan sebagai penguasa yang kejam dan licik benar-benar sangat cocok untuk Master"gumam Bai Yi melihat apa yang dilakukan oleh Tuan mereka. Lan Hua hanya mengangkat kedua alisnya dan menatap Bai Yi dengan pandangan licik.

"Ingin mencobanya  Bai Yi?"tanya Lan Hua sambil menatap Bai Yi yang menjadi pucat pasi.

"Hahaha tidak perlu Master, bawahan ini tadi hanya mengucapkan segala sesuatu secara acak"ucap Bai Yi buru-buru.

"Yang Mulia mengapa anda tidak membunuh wanita itu?"tanya Wen Jun. Dia tidak mengerti apa yang dilakukan Pemimpinnya ini. Bai Yi dan Lou Yi menatap Wen Jun seakan tidak percaya sedangkan Du Yi dan Hong Yi seakan tidak peduli dengan pertanyaan salah satu orang kepercayaan Tuan mereka.

"Kau?!benar-benar bodoh ya. Bagaimana kau bisa berpikir Master tidak membunuhnya. Bahkan apa yang dilakukan Master lebih kejam daripada membunuhnya"Lou Yi berteriak pada Wen Jun namun seketika dia menjadi terdiam seakan sadar apa yang baru saja dikatakannya.

"Hehehe Master"Lou Yi tertawa sambil berkeringat dingin, saat ini punggungnya sudah benar -benar basah. Lan Hua menatap Lou Yi datar dan tidak peduli.

"Aku tidak mengerti"ucap Wen Jun sambil menunggu penjelasan.

"Hah, Dimensi Kematian. Master telah memindahkan wanita ular itu ke dalam Dimensi Kematian"ucap Lou Yi.

"Tempat apa itu?"tanya Wen Jun.

"Dimensi yang diciptakan Master untuk berurusan dengan orang-orang yang mengkhianatinya. Tempat itu berisi segala siksaan yang bisa membuat orang yang terjebak didalamnya  berharap akan kematian"ucap Lou Yi bergidik ngeri. Dia tahu tempat itu bahkan dirinya pernah meminta Tuannya untuk masuk ke dalamnya karena penasaran.

"Jadi wanita itu..."
Wen Jun tidak berani melanjutkan kalimatnya.

"Kau benar, hanya bisa hidup untuk meminta kematian"ucap Bai Yi membenarkan pikiran Wen Jun.

Next...

RE-BORN of The Hell's Queen(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang