44

2.1K 237 3
                                    

Lan Hua tersenyum sinis ketika menatap sebuah Istana megah dihadapannya. Dia akhirnya kembali lagi ke tempat ini. Tempat yang menjadi saksi bisu atas kematian yang telah dia alami. Para bawahannya yang melihat senyum Tuan mereka hanya bisa bergidik ngeri. Mereka tahu hari ini akan ada banyak darah yang mengalir dibawah kakinya.

"Kau lihat Lou Yi, aku benar-benar merinding melihat senyum Master"ucap Bai Yi yang agak menggigil melihat senyum Lan Hua.

"Kali ini aku setuju dengan ucapanmu Bai Yi. Coba katakan, kali ini berapa banyak nyawa akan melayang?"ucap Lou Yi.

"Mari kita bertaruh, aku menebak kali ini tidak akan ada nyawa yang tersisa"balas Bai Yi dengan santai. Lou Yi melirik Bai Yi sinis.

"Kalau itu aku juga tahu, bukankah kali ini alasan kita datang kesini untuk itu!"ucap Lou Yi.

"Diam!"ucap Bai Yi dingin. Hong Yi hanya diam dan menatap datar  Bai Yi dan Lou Yi namun hal itu bisa membuat dua rusuh itu akhirnya terdiam.

"Master, apakah kita akan masuk sekarang?"tanya Du Yi pada Lan Hua yang sejak tadi hanya berdiri diam dan menatap bangunan megah didepan mereka.

Lan Hua tidak menjawab namun dirinya mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam Istana tersebut. Mereka berempat mulai saling menatap dan akhirnya mengikuti Lan Hua dibelakangnya.

Langkah Lan Hua terhenti ketika melihat dua penjaga yang berdiri didepannya.

"Siapa kau?!Orang asing dilarang masuk!!"ucap salah satu penjaga itu sambil menghunuskan pedangnya ke Lan Hua. Mereka berempat yang melihat orang yang dengan lancang menghunuskan pedangnya pada Tuan mereka, berniat untuk menghabisi orang ini. Namun dihentikan oleh isyarat tangan Lan Hua.

Lan Hua mengangkat salah satu alisnya dan tersenyum licik.

"Lihat baik-baik siapa orang di hadapanmu"ucap Lan Hua dingin.
Mata Lan Hua yang awalnya hitam perlahan-lahan menjadi semerah ruby dan sebuah tatto bunga mawar muncul didahinya yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

Kedua penjaga itu menggigil ketakutan ketika melihat mata dan tatto itu, hanya satu orang yang bisa memiliki hal tersebut. Seseorang yang selama ini mereka yakini telah mati.

Penguasa sejati dunia bawah, Ratu diantara para Ratu, seseorang yang sangat kejam dan licik namun memiliki kecantikan dan kekuatan yang tidak tertandingi. Sumber rasa takut bagi para musuhnya dan dewi kematian bagi para lawannya.

"Y..yyang Mulia Ratu!"ucap mereka gagap.

"Sudah melihat dengan jelas?kalau begitu sudah waktunya kalian untuk...mati"ucap Lan Hua santai namun bisa membuat orang yang mendengarnya merasakan perasaan mencekam seakan sebuah pisau diletakkan dileher mereka.

Kedua penjaga itu menjadi kabut berdarah, tanpa ada jeritan ataupun ratapan kesakitan kedua orang itu mati tanpa bisa membela diri.

Keempat bawahan Lan Hua menatap Tuan mereka dengan kagum. Inilah Tuan mereka yang bisa membunuh orang tanpa menyentuh lawannya. Setelah kabut berdarah itu hilang penampilan Lan Hua kembali seperti awal tanpa mata merah dan tatto mawar.

"Sisanya kalian yang akan melakukannya, ingat lakukan dengan bersih"ucap Lan Hua tanpa melirik keempat bawahannya dan melanjutkan langkah kakinya. Mereka yang mendengar perintah Tuan mereka dengan patuh melaksanakan perintah.

Tatapan mereka berempat berubah menjadi sangat menakutkan dan senyum penuh haus darah muncul di wajah tampan dan cantik mereka. Mereka tahu apa yang dimaksud 'bersih' oleh Tuan mereka.

"Mari berburu serangga"ucap Bai Yi dengan senyum yang terlihat menakutkan. Secara bersamaan sebuah pedang muncul di tangan mereka.

"Mulai!"ucap Du Yi dingin. Mereka berempat pergi kearah yang berbeda. Mereka bergerak sangat cepat dan yang paling menakutkan adalah disetiap jalan yang mereka lewati akan ada darah dan tubuh orang mati. Mereka semua tidak membiarkan satu orangpun lolos dari tebasan pedang maut mereka. Menyisakan tubuh tanpa nyawa yang bahkan tidak tahu alasan mereka harus mati.

Disisi lain Lan Hua yang masuk berjalan tanpa hambatan menuju aula Istana tersebut. Semua orang saat ini masih terfokus dengan keempat bawahannya dan tidak akan ada yang peduli jika ada wajah baru yang berada diantara orang-orang ini.

Lan Hua akhirnya sampai ditempat yang diinginkannya. Tempat dimana hanya dirinya yang bisa menempati posisi itu. Singgasana yang hanya bisa diduduki oleh dirinya seorang. Singgasana yang hanya mengakui dirinya sebagai penguasa Istana itu.

"Apakah kau merindukanku"ucap Lan Hua pelan sambil mengusap ukiran phoniex pada singgasana itu. Seakan mengerti apa yang diucapkan Lan Hua singgasana itu sedikit bergetar dan mengeluarkan cahaya yang sangat memukau. Lan Hua tersenyum tipis.

"Siapa kau?!"

Tatapan Lan Hua seketika berubah menjadi dingin ketika mendengar suara ini. Dia masih mengingat bagaimana pemilik suara ini tertawa penuh kemenangan ketika berhasil menghabisi nyawanya dengan menusukkan belati hitam yang dilapisi racun dari bunga Zhun Xie yang tumbuh hanya 1000 tahun sekali.

"Lama tidak bertemu, Fu Rou Lan"
Senyum penuh penghinaan muncul di wajah Lan Hua.

Fu Rou Lan mengernyitkan kedua alisnya. Bagaimana gadis kecil dihadapannya ini bisa duduk di singgasana yang hanya mengakui satu orang sebagai pemilik istana ini. Bahkan dirinya saja tidak bisa duduk di atas nya. Setiap dirinya berhasil melangkahkan kaki di tangga menuju singgasana itu, dirinya akan langsung diserang dengan kekuatan yang membuat seluruh aliran darahnya berantakan.

"Bagaimana kau tahu namaku?"
Fu Rou Lan baru sadar jika gadis kecil dihadapannya ini baru saja memanggilnya. Ditempat ini sangat sedikit orang yang tahu nama lengkapnya.

"Bagaimana bisa aku tidak tahu nama orang yang berhasil mengkhianatiku"
Lan Hua menatap tepat ke kedua mata Fu Rou Lan. Dan untuk Fu Rou Lan sendiri dia dibuat syok ketika menatap mata itu, mata dari orang yang selama ini dia benci. Sumber dari rasa iri dihatinya.

"K..kau?!?!"

"Terkejut aku masih hidup, Fu Rou Lan"

"Kau harusnya sudah mati"ucap Fu Rou Lan dengan raut wajah tidak percaya.

"Tapi sayang sepertinya takdir berkata lain, aku masih hidup dan bernafas"ucap Lan Hua santai dengan tatapan mata penuh penghinaan pada Fu Rou Lan.

Mata Fu Rou Lan menjadi sangat gelap, seakan dirinya kembali pada hari itu. Dimana dia harus menelan mentah-mentah semua bentuk kebencian dan iri yang menggerogoti hatinya.

"Jika aku bisa membunuhmu sekali, maka aku bisa membunuhmu untuk yang kedua kalinya"ucap Fu Rou Lan dengan niat membunuh, sebuah belati muncul di tangannya.

Lan Hua yang melihat belati itu hanya tersenyum meremehkan, apakah dia Lan Hua akan jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Tentu saja jawabannya tidak.

Next...

RE-BORN of The Hell's Queen(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang