"Gue punya delapan permintaan, kan?" tanya Vale to the poin. Membelakangi Hiro seraya menatap taman yang tidak terurus di belakang sekolah. Meski Fifi sempat bertanya-tanya kenapa Vale ada urusan mendadak tadi. Karena biasanya, Fifi selalu tahu semuanya tentang Vale.
Hiro bergumam tidak jelas. Matanya menatap Ruby yang tengah diberi tulang oleh Vale. Hiro jadi iri.
"Mau buat permintaan apa?" tanya Hiro penasaran. Mengalihkan pandangannya dari kotak bekal Vale yang menguatkan aroma enak. Itu makanan apa, sih?
Vale berbalik. Matanya memutar.
L "Emmm."Vela bingung gimana ngomongnya!
Hiro garuk-garuk pelipisnya. "Lo lagi nyanyi, emm emmm,"celetuk Hiro seraya mendengkus.
Langsung saja mendapat keplakkan dari Vale. Geleng-geleng kepala atas cepatnya info tv masuk ke kepala alien ini. Mulutnya yang mengerucut sekarang ingin sekali Vale kuncir. Oke, kembali ke topik awal.
"Biasa aja Lo cewek bar-bar. Kepala calon Raja, nih," protes Hiro lalu merapikan rambutnya yang sempat berantakan. Vale sampai melongo melihat nya. Hiro ini, narsis banget jadi orang! Eh, salah, jadi alien! Alien narsis!
Vale berdecih. "Calon raja pala lo," ejek Vale seraya mengelus kepala Ruby yang sudah bergeliat nyaman setelah makan fried chicken nya.
"Waktu gue tinggal dikit," ujar Hiro lalu melirik jam yang tiba-tiba muncul di depan Vale. Jam dari bayangan hitam mirip sekali dengan kepunyaannya di rumah.
Vale tersentak kaget. Mau memukul bahu Hiro. Sayangnya, cowok itu keburu melesat ke sisi Vale yang lain.
"Oke!" teriak Vale kesal. "Urat gue bisa putus kalau lama-lama bicara sama Lo!" lanjutnya keki setengah mati.
Hiro tersenyum lebar dengan gaya narsis. "Gue emang keren," jawabnya tidak jelas. Menatap langit yang lagi cerah-cerahnya.
"Terserahlah!" ujar Vale seraya mengibaskan tangannya. "Gue mau berubah." Vale bergumam lirih.
Kening Hiro sampai mengernyit. "Apa?" tanyanya tidak mengerti.
Bibir Vale mengerucut. "Gue pengin berubah.
Hiro mengangguk-angguk paham. Jari tengah mengetuk dagu seperti profesor saja. "Mau jadi apa? Power ranger? Spiderman? Wonder woman? Putri duyung?"
"Bukan perubahan itu dodol!" teriak Vale tidak jelas. Kedua tangannya mengepal di samping rok.
Hiro tersenyum mengejek. "Terus mau jadi apa, Vale!" tanya Hiro dengan kedua alis naik turun.
"Bikin gue jadi cantik!" ucap Vale keras. Buru-buru dia menutup mulutnya saking semangatnya.
Hiro tertawa ngakak. "Ngapain si Lo," gumamnya di sela-sela tawa. Hiro sampai memegang perutnya saking geli. Semua cewek emang sama aja. Pasti permintaannya pengin langsing lah, pengin tirus, pengin cantik. Padahal, semua cewek cantik kalau apa adanya. Ya, kan? Iya, maksud Hiro Vale cantik kalau apa adanya.
"Gue serius," ujar Vale dengan emosi tertahan.
Hiro berdehem. Mencoba untuk serius juga. Dia mengamati Vale lebih dalam. Mata bulat yang berbinar ceria, kalau tersenyum akan menyipit. Hidung mungil mencuat ke depan. Bibir tipis yang biasanya mengerucut, berwarna merah alami. Dua alisnya melengkung indah bagai bulan sabit. Meski kadang mengepang rambutnya, Vale terlihat cantik secara alami. Minus kacamata yang membuat Vale jadi cupu.
Hiro jadi salah tingkah ketika mendapati tatapan curiga dari Vale.
"Ngapain Lo liat-liat gue?" tanya Vale dengan jari menunjuk-nunjuk Hiro.
Hiro segera mengalihkan pandangannya. "Pede Lo," ujar Hiro meniru kata-kata yang sering Vale ucapkan pada Fifi. "Lo itu cantik," lanjutnya enteng.
"Kalau ngejek ngira-ngira, dong," umpat Vale tidak terima.
Mulut Hiro jatuh. "Gue serius. Lo cantik."
Bukannya malu dikatakan cantik, Vale merasa Hiro tengah menghiburnya biar permintaan konyolnya ini tidak terkabul. Vale bersedekap. "Gue pengin berubah! Titik!"
Hiro mengangguk paham. "Oke. Besok Lo berubah," ujar Hiro pasrah.
Terserahlah apa mau makhluk keturunan Hawa ini. Cewek emang aneh! Minta air dikasih sirup minta lagi susu. Terserah juga perumpamaan Hiro. Dilarang protes omongannya orang ganteng!
Vale tersenyum manis. Hiro sampai mengalihkan pandang. Dia merasa familiar sekarang dengan Vale. "Itu," ujar Hiro terpotong.
"Apaan?"
"Itu," tunjuk Hiro pada bekal Vale. Matanya tidak sedikitpun melihat Vale.
Vale tersadar. Cowok itu pasti penasaran dengan makanan yang dibawa Vale. Secara, Hiro bahkan tidak pernah makan atau minum atau tidur. Kecuali darahnya bintang. Kayaknya, Vale harus memberi pelajaran buat cowok yang kayak bayi baru lahir ini. Dunia manusia punya segudang barang-barang aneh dan makanan-makanan enak yang wajib banget dicoba.
"Lo mau? Fried Chicken," tawar Vale lembut. Iya, dong. Hiro kan udah mau membantu Vale.
Hiro berdehem sebagai jawaban.
"Mau aja gengsi," sindir Vale. Lantas mengangsurkan bekalnya pada Hiro.
"Lo gimana?" tanya Hiro yang kini sibuk membuka tutup bekal Vale.
"Buat Lo aja. Gue mau nyusul Fifi ke kantin."
Hiro mengangguk tiga kali. Tidak terlalu memerhatikan Vale. Persis seperti bocah tiga tahun yang diberi mainan baru. Hiro takjub dengan bau harum dari tulang di tangannya. Apalagi ada kriuk-kriuknya ketika Hiro coba.
Tak jauh dari sana, Arnold yang mau nyamperin Vale melihat semuanya. Saat Vale memukul Hiro dengan akrab sampai kotak makanan yang diberikan Vale. Meski tidak tahu apa yang mereka bicarakan, Arnold menangkap semuanya dari raut wajah mereka berdua.
Hati Arnold jadi panas banget sekarang!
-----
Wadawww
Gengsi jangan dipelihara ya, guys.See you,
Cupcupcup
KAMU SEDANG MEMBACA
If, Another
FantasyJika bukan lo yang terpilih, akankah semuanya terasa berbeda? Tentang sebuah pilihan. Tentang pengorbanan untuk seseorang. Tentang menolak kenyataan. Tentang mengakhiri atau sama-sama tersakiti. Jika kalian berani memilih, kalian harus mempertahan...