Terkadang kita terlalu buta menilai apa itu cinta
🐾🐾🐾Semua mata memandang murid baru yang berada di belakang Bu Hanik. Yang ditatap sok sokan ganteng kalau jadi pusat perhatian. Hiro, sih, biasa aja kalau ditatap cewek-cewek kayak gitu. Di Venus aja, Hiro jadi idola para remaja. Yang membuat Hiro heran adalah, Vale ternyata lebih tertarik buku matematik daripada dirinya.
Lihat aja, Vale. Matanya berbinar-binar saat melihat buku pr-nya sudah terisi lengkap dengan jawaban nya. Sampai-sampai mengabaikan orang ganteng yang baru lewat. Oke! Jangan protes lagi. Orang ganteng mah bebas bicara apa aja. Percaya aja!
"Pagi anak-anak," sapa Bu Hanik. Meletakkan buku-bukunya di atas meja guru. Lantas meneliti muridnya satu persatu.
"Pagi, Bu!"
"Nah, kalian kedatangan murid baru. Sini, kenalin diri kamu," perintah Bu Hanik menyuruh Hiro mendekat.
Hiro berjalan pelan. Mendengkus ketika Vale tidak juga menatapnya. "Halo semuanya. Gue Hiro.""Apa ada pertanyaan buat Hiro?" tanya Bu Hanik menawarkan diri.
Rata-rata cewek langsung mengacungkan tangan. Setelah diepersilakan, semuanya langsung bertanya secara bertubi-tubi.
"Rumahnya mana?"
"Dulu sekolah mana?"
"Keturunan Korea?"
"Nomor WA donggg!"
Penanya terakhir langsung mendapat sorakan seluruh murid.
Hiro tersenyum mengejek. Mengembuskan napasnya panjang. "Gue dari Planet Venus. Belum pernah sekolah di mana, pun. Korea? Nyerempet dikit. Oh ye gue emang kembarannya Lin Yi. Dan, Sorry, gue nggak main mainan kuno manusia bumi," jawab Hiro lugas dan santai.
Semua orang langsung melongo karena jawaban Hiro terdengar aneh. Apalagi tentang planet Venus dan manusia bumi. Seperti cowok itu tidak berasal dari bumi saja.
Bu Hanik tertawa kecil, mencairkan suasana.
"Hiro ini pandai melucu, ya," canda guru paruh baya itu yang langsung diikuti dengan tawa seisi kelas.
Vale geleng-geleng kepala melihat Hiro sepertinya tersinggung dianggap melucu oleh Bu Hanik. Suruh siapa bilang yang aneh-aneh. Emangnya dikira jawaban Hiro nggak bakalan dianggap aneh apa.
"Maaf, Bu. Tapi saya serius," sela Hiro. Kontan saja semua orang terdiam mendengar elakan Hiro.
Bu Hanik berdehem. "Baiklah. Kamu bisa duduk di bangku kosong," ujarnya mengalihkan topik.
Hiro terdiam beberapa saat. "Boleh request tempat duduk, Bu?"
Vale melongo. Berbeda dengan reaksi cewek-cewek yang langsung berebutan menawarkan kursi di sebelahnya.
Bu Hanik menghela napasnnya. "Ini bukan acara radio. Nggak bisa seenaknya request bangku."
Mata Hiro memutar. "Tapi, Bu. Saya nggak bisa duduk sama ulet-ulet gatel," tolaknya polos.
Bu Hanik Samapi geleng-geleng kepala melihat kejujuran Hiro. "Udah! Duduk!" perintahnya galak.
Hiro meringis. Belum juga mengangguk karena permintaannya berkumpul terkabul. Di Planet Venus aja semua permintaan Hiro selalu terpenuhi. Masa di Bumi Hiro harus ngemis-ngemis dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
If, Another
FantasyJika bukan lo yang terpilih, akankah semuanya terasa berbeda? Tentang sebuah pilihan. Tentang pengorbanan untuk seseorang. Tentang menolak kenyataan. Tentang mengakhiri atau sama-sama tersakiti. Jika kalian berani memilih, kalian harus mempertahan...