Penampakan Hiro yang songong, ngeselin, dan crackhead.Hiro said, "Hai, makhluk rendahan. Gue tahu kalau keren, tapi jangan netesin iler dong. Nanti dimarahin Vale tau rasa lo 😎"
🐾🐾🐾
Sahabat, satu-satunya yang peduli ketika yang lain memilih pergi
🐾🐾🐾
Vale meruntuk dalam hati. Dia berjalan cepat ke arah halte samping rumahnya. Maka sudah berangkat kerja tadi pagi. Motor Vale lagi ngambek karena tidak pernah dirawat dengan baik.
Jadilah Vale harus berlari-lari menunggu bus selanjutnya. Berhubung juga Arnold belum membalas pesannya sampai sekarang. Fifi juga sudah sampai di sekolahnya. Tidak ada teman lain. Vale tidak bisa mengandalkan siapa pun sekarang. Hal itu membuatnya kesal setengah mati.Sampai di halte, penumpang sudah sangat ramai. Ketika bus datang, mereka terburu-buru masuk sampai mendorong yang lainnya.
"Yahh! Telat!" teriaknya di antara runtukan orang-orang yang tidak mendapat tempat di bus. Jam menunjuk pukul enam lewat lima puluh. Vale sepertinya akan bolos hari ini.
Cewek yang rambutnya dikuncur kuda itu duduk di bangku. Berjanji jika tidak ada bus atau tadi, dia akan pulang.
Hiro melihat semua itu dari atas langit. Cowok itu mengetuk jarinya di dagu. Merasa ini kesempatan yang tepat, dia melengkungksn sayapnya untuk turun.
"Ekhm!" Hiro berdehem sok cool. Sayapnya sudah hilang. Dia mengenakan jaket kulit hitam, celana jeans hitam, sepatu hitam dan kacamata hitam. Persis seperti mafia di layar besar yang sempat dilihatnya di mall.
Vale melirik sekilas. Matanya membulat. "Siapa? Mau nyopet, ya?" tanyanya dengan mata melotot.
Hiro menggaruk tekuknya yang tidak gatal. "Halo," sapanya mempelajari cara berkenalan dengan cewek di buku yang dicarikan Ruby.
Kedua alis Vale terangkat. "Hah?"
"Hai, kenalin. Gue yang akan ngabulin semua permintaan Lo."
"Hah?" Vale melongo.
Hiro tersenyum jumawa. "Apa pun itu. Sepuluh permintaan buat Valeria Arrabella."
"Dasar! Mau ngibulin, ya?" tanya Vale lalu memeluk tas sekolahnya sendiri. Menjaga dirinya siapa tahu cowok berpakaian seperti mafia ini ingin menjualnya dirinya.
Hiro berdecak. Masih melanjutkan promosi perjanjiannya. "Sepuluh permintaan untuk hidup lo. Tapi setiap permintaan Lo harus kasih darah Lo," lanjut Hiro dengan wajah menyakinkan.
Vale mendengkus. "Lo kira punya sihir kayak Harry Potter bisa ngabulin semua permintaan. Hah! Harry Potter aja nggak bisa, tuh," celetuk Vale kesal.
Hiro terkekeh kejam. "Sebutin satu permintaan. Nanti akan terkabul."
Vale tidak berniat meladeni Hiro. Dia memilih berjalan pulang daripada berhadapan dengan orang gila.
Hiro berdecak. Untung saja semua orang sudah pergi, jadinya Hiro tidak melayangkan tinjunya sembarangan.
"Ini beneran. Bukan buat akting film," teriak Hiro mengingat ucapan terakhir Vale ketika mereka bertemum. Cowok itu mengikuti Vale yang berjalan dengan menghentak-hentakkan kaki.
![](https://img.wattpad.com/cover/194119421-288-k182347.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
If, Another
FantastikJika bukan lo yang terpilih, akankah semuanya terasa berbeda? Tentang sebuah pilihan. Tentang pengorbanan untuk seseorang. Tentang menolak kenyataan. Tentang mengakhiri atau sama-sama tersakiti. Jika kalian berani memilih, kalian harus mempertahan...