Jovanka memencet bel sebuah apartemen mewah sebanyak dua kali. Sore ini hujan cukup deras, membuatnya harus berlarian setelah keluar dari taksi untuk sampai ke dalam gedung apartemen ini. Tidak mendapat jawaban atas kedatangannya, Jovanka kembali memencet bel. Dan lima detik setelahnya Jovanka bergerak mundur ketika pintunya terbuka. Jovanka langsung tersenyum ramah pada Arthur di yang baru saja selesai mandi. Terlihat dari rambutnya yang basah dan handuk yang terlampir di pundaknya."Yang tadi nelepon?"
Jovanka mengangguk.
"Masuk," ucapnya sambil berjalan lebih dulu. Jovanka menurut dan masuk ke dalam sambil memperhatikan interior apartemen mewah Arthur dengan cat dinding di dominasi warna abu-abu, putih dan sedikit hitam. Gelap, seperti sifat orangnya.
Jovanka duduk meski tak dipersilahkan. Menunggu Arthur yang kembali ke kamarnya entan melakukan apa. Dan tiga menit kemudian Arthur kembali sambil membawa beberapa kertas di tangannya. Arthur pun duduk menghadap langsung dengan Jovanka.
"Mas...,"
"Ini persyaratannya."
Jovanka mengerutkan kening. Persyaratan? Maksudnya apa?
"Tugas kamu gampang aja, kok. Masak buat anak-anak, terus jemput mereka di sekolah sama nemenin mereka sampai saya kembali dari kantor." Arthur berbicara dengan datar sambil menatap Jovanka.
Sontak Jovanka mengerjapkan matanya. Hah? Maksudnya bagaimana? Jovanka tiba-tiba blank. "Ngurus anak-anak?"
"Iya," jawab Arthur memperjelas. "Bisa, kan?" Tanyanya memastikan. "Gak usah masak buat saya. Biasanya saya sarapan di kantor, kok."
"Tu-tunggu dulu, deh. Ini kayaknya ada kesalahpahaman."
Arthur menaikkan alisnya. "Salah paham gimana maksud kamu?"
"Gini Mas, saya kesini bukan buat ngelamar jadi pembantu. Tapi saya bawain laporannya Mbak Febi, kakak saya. Ini...," katanya menyerahkan laporan dalam Map berwarna merah itu pada Arthur. "Kakak saya lagi sakit, jadi gak bisa bawain ini sendiri." Jovanka menjelaskan lagi.
Arthur menatap wajah Jovanka dengan kerutan di dahinya. "Loh? Saya kira kamu datang ke sini buat ngelamar jadi Ibu untuk anak-anak saya?"
"Eh?"
Jovanka hampir saja mengumpat karena wajahnya kian memanas mendengar Arthur berucap demikian.
Kok ganteng?
💕
INTRODUCE :
Arthur Cahaya Handoko - 30 Tahun [General Manager]
💕
Jovanka Widiatmaja - 23 Tahun [Calon sarjana Ekonomi]💕
1. Zafa Cahaya Handoko - 9 Tahun [Kelas 3 SD]
2. Zafi Cahaya Handoko - 8 Tahun [ Kelas 2 SD]
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Zafa & Zafi | Chanyeol And Wendy HIATUS
Fanfiction"Tugas kamu gampang aja, kok. Masak buat anak-anak, terus jemput ke sekolah sama nemenin mereka sampai saya kembali dari kantor." "Emm... Mas, maaf. Saya ke sini bukan ngelamar buat jadi pembantu. Tapi saya bawain laporan dari Mbak Febi." "Loh? Saya...