Arthur menatap langit senja dari balik bilik kaca gedung kantornya. Brave Company. Padahal ia sudah janji pada kedua anaknya untuk menjemput di sekolah. Namun apa daya saat segala rapat dan kerjaan menumpuk menghalanginya? Ini bukan perusahaan miliknya terlebih, ia hanya ditugaskan sebagai seorang GM yang mengurus ini dan itu. Jika ini kantornya, maka ia akan sesuka hati meninggalkan tugas.Sayang, ia harus menjadi teladan agar dapat menghidupi diri dan anak-anaknya. Ia saja belum sempat makan siang. Lelah? Jangan ditanya lagi. Lelah adalah cemilan Arthur sejak Nata meninggal. Segalanya terasa lebih sulit dan menjadi beban. Lucunya ia tak mau atau mungkin tak bisa menggantikan Nata dengan gadis mana pun. Mungkin, belum ada yang seperti Nata. Dan baginya, mungkin tidak akan ada.
Ya mana mau ada jika ia selalu menutup diri, kan?
Tok tok tok
Arthur menoleh singkat ke arah pintu. "Masuk," sahutnya.
Dan setelahnya pintu ruangan Arthur terbuka dan menampilkan sosok pria tampan lainnya di dalam kantor ini. Perkenalkan, sahabat karib Arthur. Samudra Bagaskara. Panggilannya banyak. Bisa Sam, jika ingin kebarat-baratan, bisa Samu, bisa juga Dra. Pria berumur 26 tahun yang sampai sekarang masih betah menyendiri dengan alasan penjajakan. Memangnya diumur segitu Samudra tidak berniat membangun rumah tangga? Arthur heran jadinya.
"Sibuk, lo?" Tanya Samudra yang sudah duduk meski tak dipersilahkan oleh Arthur. Sudah biasa memang.
"Lumayan, sih. Ada beberapa berkas yang belom gue periksa." Arthur lebih kepada bersungut-sungut sebenarnya.
Samudra tersenyum. Dan jika Arthur melihat dari balik senyumannya, Arthur sudah sangat hafal jika senyuman Samudra selalu punya maksud lain. Arthur pun mendesah. "Enggak ya, Dra. Gue gak mau blind date lagi."
"Eittt, kali ini beda, Thur."
Arthur menaikkan alisnya. "Kemarin-kemarin lo juga bilang gitu." Arthur cemberut dan menatap pekerjaannya ketimbang memedulikan Samudra di depannya.
"Tapi, Thur. Kali ini percaya sama gue. Semua tipe-nya mirip sama Nata. Lo gak akan kecewa. Serius!!!" Samudra menaikkan alisnya berkali-kali merayu Arthur setuju dengan usulannya.
Arthur menghela napas dan bersandar malas di kursinya. "Kenapa gak lo aja?"
Samudra tertawa garing. "Lucu lo!"
"Gue serius, tai!"
"Masalahnya gue baru jalan sama Bella. Ya masa yang ini mau gue embat juga?"
"Bukannya lo emang gitu?"
Samudra mulai berdecak kesal. "Udah deh, ya. Napa jadi bahas gue sih? Ini yang gue cariin jodoh elo ya, tai. Gue kirim alamat kafe-nya. Temuin nih cewek. Jangan buat gue malu, loh. Awas aja, lo!" Ancam Samudra lalu berdiri dari kursinya. Namun ia segera berbalik lagi memandang Arthur karena teringat sesuatu. "Oh ya, hampir lupa. Namanya...,"
###
Sebenarnya Samudra itu siapa-nya Arthur hingga ia rela mendengar ide gila Samudra sampai seperti ini? Kenapa juga Arthur mau ikut blind date yang tentunya pasti akan berakhir gagal seperti sebelumnya. Arthur sampai kesal menyia-nyiakan kesempatan istirahatnya di rumah karena harus mampir di kafe ini.
Mana lagi di luar hujan deras. Pasti jika digunakan untuk tidur akan sangat nikmat? Belum lagi Arthur harus menjemput Zafa dan Zafi di rumah Eyang-nya. Lengkap sudah jika ia terlambat, Zafa akan mengomelinya dari A-Z.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Zafa & Zafi | Chanyeol And Wendy HIATUS
Fiksi Penggemar"Tugas kamu gampang aja, kok. Masak buat anak-anak, terus jemput ke sekolah sama nemenin mereka sampai saya kembali dari kantor." "Emm... Mas, maaf. Saya ke sini bukan ngelamar buat jadi pembantu. Tapi saya bawain laporan dari Mbak Febi." "Loh? Saya...