14. Dicium Disa

1.8K 258 151
                                    


"Jadi maksud kedatangan kami di sini ingin melamar nak Jovanka untuk anak kami Arthur." Arthur yang mendengar itu langsung mengapkan duduknya dengan senyuman lebar dan menatap ke samping melihat sosok yang sudah membuka suaranya itu dengan senang.

"Kami ingin tahu, apakah maksud kedatangan kami ini akan diterima dengan baik oleh Bapak dan Ibu Widiatmaja atau tidak. Kami berharap Bapak dan Ibu menyambut baik maksud kami."

Arthur tersenyum lagi kemudian menggaruk pelipisnya. "Bentar deh, Dra. Kok kayaknya Bapak gue ngemis banget minta diterima pinangannya?" Arthur menghentikan dialog mereka membuat Samudra yang sedang memangai kertas bertuliskan isi dialog-nya juga berhenti dan memejamkan matanya. Sumpah ya, kalau Samudra itu pengangguran ya ga papa Arthur ngajakin main ginian dari pagi ketemu pagi. Tapi masalahnya, setiap si Arthur nyuruh si Samudra pura-pura jadi Bapak-nya bertambah pula-lah pekerjaan Samudra di kantor.

Kan Anjing yang begitu.

"Lo waktu kecil jarang main di taman bermain, ya, Thur?"

Arthur menoleh. "Gue mainnya di kandang ayam mulu, Dra."

Samudra tertohok. "Oh, pantes. Muke lo cem ayam jago minta dikawinin."

Arthur tersenyum dan mengelus kepala Samudra. "Kok kamu kayak Babi, sih?!" Arthur melempar sebuah map pada wajah Samudra.

Ya gimana ya? Arthur itu trauma gitu loh. Sejak di hari ia sudah berencana menemui orang tua Jovanka untuk membahas perihal pernikahan, malah ditolak dan dibilang buru-buru. Ya emang sih dia buru-buru nikahin Jovanka biar cepat sah, biar cepat halal juga unboxing-nya kan. Cuma ya sekalinya ditolak calon camer tuh membuat rasa takut Arthur menjadi-jadi gitu loh.

"Lo gimana sih? Kalau mau ngelamar ya datang ke rumah Jovanka! Bukan main drama bareng gue di ruang fotokopi goblok!" Samudra menggelengkan kepalanya menahan rasa emosi di kepalanya. Masalahnya dia sudah berada di ruangan ini hampir satu jam hanya untuk main peran jadi Bapaknya Arthur. Kan Ogah banget Samudra!

"Gue takut aja, Dra. Gimana kalau bapaknya ngomong gue terlalu napsuan kali ini?"

"Lah? Emang enggak?"

"Ya emang iya, sih."

LOH? KOK LO SETUJU SIH ARTHUR? OTAK LO KETINGGALAN DI JALAN, HA?!

"Gini deh, lo ngomong dulu sama Jovanka. Pastiin kalau kedatangan lo sama Bapak Ibu bakalan disambut baik sama keluarga dia."

Arthur mendesah sambil menyandarkan kepalanya di lemari. Nasib Duda tuh gini ya? Susah ngelamar anak orang. Apalagi yang udah punya dua anak gemesin kayak Zafa Zafi. Tapi kan Arthur ini modelan duda limited edition stok terbatas di dunia, hanya bisa didapatkan kalau beramal dan bertakwa. Ya salah satunya yang beruntung itu Jovanka bisa dapetin seorang dunas seperti Arthur Cahaya Handoko.

"Oke deh."

"Apanya yang oke?"

"Gue coba dateng sama Bapak Ibu malem ini ke sana."

Samudra tersenyum dan langsung bangkit dari duduknya sembari menepuk tangannya dengan wajah bangga pada Arthur. Sampai-sampai Samudra menitihkan air mata terharu mendengar keputusan Arthur yang sangat berani itu. Serius, lo mau ketemu cowok bucin plus dunas masa kini modelan Arthur tuh di mana lagi, hah? Coba bilang sama Samudra. Di mana bisa ditemukan cowok langka kayak Arthur?

"Gitu baru namanya cowok gue."

"Anjing?! Ngomong apa lo barusan?!" teriak Arthur mendelik pada Samudra yang tengah merangkulnya. Sontak Arthur melepaskan rangkulan itu dan langsung mengeluarkan jurus. "Jangan maen-maen!"

Papa Zafa & Zafi | Chanyeol And Wendy HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang