3. Perlu di Sun, ga?

3.1K 546 126
                                    


Arthur membereskan berkas-berkasnya lalu menatap Samudra yang sudah masuk kembali tanpa mengetuk pintu dan duduk di kursi kebesarannya sambil mengangkat kaki di atas meja. Memang, tidak tahu malu Samudra ini. Sudah tukang utang, pelit, idup lagi.

"Mau ke mana, lo?"

"Jemput anak-anak."

"Lah katanya pake pengasuh sekarang?"

"Itu –"

"Di blacklist lagi sama ponakan gue?"

Seolah bisa menebak, Arthur hanya mengangguk pasrah. Arthur tidak mengerti juga, kenapa Zafa dan Zafi itu paling anti sama yang namanya pengasuh? Padahal jika dipikir kembali, pengasuh yang kemarin melamar pekerjaan itu baik dan ramah serta sayang pada anak-anak. Namun penolakan Zafa dan Zafi itu loh... bikin sakit hati.

"Ga tahu lagi gue mesti gimana. Susah banget kalau dikasih pengasuh."

Samudra manggut-manggut lalu tersenyum. "Gimana?"

"Apanya?"

"Gladys."

Gerakan Arthur berhenti sejenak. Iya, Gladys. Sepertinya sudah dua hari ia tidak menghubungi Gladys semenjak pertemuan terakhir mereka. Padahal ia berjanji akan mengajak Gladys makan malam lagi, kan?

"Baik-baik aja."

"Cocok?"

"Ga tahu," jawab Arthur terdengar cuek meski sejujurnya ia juga sedang berpikir untuk membuka hatinya lagi setelah bertemu Gladys. Pasalnya ia memang menyukai tipikal gadis seperti itu kan pada dasarnya.

"Ya ampun, Thur. Kalau yang gini itu jangan suka dianggurin. Harus gercep, takutnya diambil orang." Samudra merangkul pundak sahabatnya itu dengan alis yang naik turun.

Ini kenapa omongan Samudra sedikit menyebalkan di telinga Arthur sih?

"Nanti gue pikirin, deh. Harus tanya Zafa sama Zafi dulu. Mereka yang paling penting," kata Arthur lalu mengambil jas-nya dan keluar dari ruang kerjanya.

Arthur memasuki mobil-nya dan melajukan mobil itu pada sekolahan kedua anaknya. Ia sudah janji akan menjemput mereka hari ini. Dan ia tidak akan ingkar janji. Kalau mereka ngambek? Dompet Arthur juga yang jadi sasaran kan.

Lama mengemudi, lelaki itu pun sampai dan segera turun dari mobilnya. Beberapa mobil lain juga sudah terparkir dan orang tua murid menunggu anak mereka juga. Dan senyuman Arthur langsung melebar saat Zafa serta Zafi keluar dari gedung sekolah. Keduanya tersenyum melihat Arthur dan segera berlari menuju papa-nya itu.

"Kirain yang jemput kakek sama nenek lagi," kata Zafi tersenyum.

"Kan papa udah janji bakal jemput?"

"Pa, makan dulu, ya? Zafa laper, nih."

"Beres."

"Zafa!"

Seorang bocah memanggil nama putranya hingga ketiganya berbalik menatap si pelaku. Nyatanya hanya seorang anak seumuran Zafa yang menghampiri mereka. "Nanti jadi main ke rumah aku, ga?"

"Jadi, dong." Zafa tersenyum lalu menatap Arthur. "Pa, nanti anterin ke rumah Resta, ya? Zafa udah janji mau main Lego bareng."

Arthur mengusap kepala Zafa. "Iya –"

"Resta!"

Arthur kembali mengangkat wajahnya melihat seorang perempuan berlari ke arah anak yang dipanggil 'Resta' itu. Arthur mengerjapkan matanya. Sepertinya ia kenal dengan gadis ini. Namanya...

Papa Zafa & Zafi | Chanyeol And Wendy HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang