4. Suka, ga?

2.9K 555 150
                                    


Jovanka sebenarnya tidak bisa dikatakan dari keluarga yang biasa saja. Ya, masa dari keluarga yang biasa saja tapi kuliahnya di kampus terkenal di Jakarta? Terus ke kampus bawa mobil, lalu apartemennya mewah? Mana ada keluarga biasa digolongkan seperti itu?

Tidak. Jovanka itu memang kaya. Tapi tidak suka pamer, kebanyakan diam. Makannya suka di warteg Mbok Wati kalau malas masak. Pakai mobil juga kalau ingin saja. Selebihnya suka pakai Go-car atau tidak go-jek­ mana-mana lah yang penting bisa bepergian.

Jovanka sudah cukup lama hidup sendiri. Sejak ia hendak kuliah, Jovanka sudah keluar dari rumah dengan alasan ingin mandiri. Ia juga mengalami fase di mana harus bekerja cari uang sendiri dengan melakukan beberapa side job. Tapi Jovanka ga malu, tuh?

Jadi pelayan kafe aja dia jabanin, apalagi cuma jadi pengasuh?

"Kak Jo!!!" teriak Zafi yang sudah lebih dulu keluar dari gedung sekolah, dan ketika melihat Jovanka ia langsung berlari dan memeluk perempuan itu dengan erat.

"Hai, udah pulang, ya? Kak Zafa mana?"

"Zafa belum keluar. Dikit lagi kayaknya," katanya sambil memerhatikan gedung sekolah, untuk melihat tanda-tanda keluarnya Zafa. "Kak Jo mau jemput Resta lagi, ya?" tanya Zafi sambil tersenyum lebar.

Jovanka berjongkok di depan Zafi dan mencubit pipi Zafi gemas. "Iya. Mau jemput Resta. Sekalian Zafa sama Zafi juga."

Zafi memandang Jovanka. Masih bingung, matanya mengerjap beberapa kali seperti masih menyaring ucapan Jovanka barusan. "Jemput Zafa sama Zafi? Papa yang suruh?"

Jovanka tersenyum. "Mulai sekarang, kak Jo yang bertugas jagain kalian kalau papa masih di kantor."

Zafi mendengarnya. Menyaring ucapan Jovanka di kepalanya selama dua detik dan langsung melebarkan matanya dengan berbinar. "SERIUS?!"

Jovanka tertawa melihat respons menggemaskan putri cantik Arthur itu.

Aduh, gemes banget, sih kamu. Pengen daftar jadi mama kamu kan jadinya.

"Iya. Serius, dong. Masa boong," balas Jovanka mengusap rambut panjang Zafi dan bertetapan dengan itu, Zafa baru saja keluar bersama Resta. Kedua bocah laki-laki itu seakan sedang membicarakan hal penting. Apalagi tangan Resta ikut bergerak seakan ia merupakan Bos besar yang sedang membicarakan proyek penting bersama Zafa.

"Jadi gitu, Za –Eh? Tante Jo udah jemput." Resta memandang ke arah Jovanka bersama Zafi yang kini sudah bergelayut manja pada tangan Jovanka.

"Udah pulang semua, nih? Yuk!"

"Loh? Tunggu," cegah Zafa merasa kebingungan saat Zafi mengikuti arah langkah Jovanka.

"Kenapa, Za?" tanya Jovanka kemudian berhenti dan memandang pada bocah sembilan tahun itu, yang –sialan gantengnya juga tidak manusiawi! Aduh, ini kenapa bapak anak pada doyan bikin pusing, sih?

"Kak Jo emang mau pulang ke mana?" tanya Zafa masih tidak paham.

Jovanka tertawa. Ia lupa bahwa hanya Zafi-lah yang sudah ia jelaskan dan Zafa sepenuhnya belum tahu bahwa mulai sekarang Jovanka sudah menjadi pengasuh mereka. "Jadi kak Jo itu –"

"Mulai sekarang Kak Jo yang jagain kita kalau papa di kantor, Za!"

Belum lagi Jovanka bersuara Zafi sudah menyela duluan membuat Jovanka hanya mengangguk dan membenarkan ucapan Zafi. Seolah tidak percaya, mata Zafa langsung memandang Jovanka dengan berkedip.

"Kok diem, Za? Ga seneng kak Jo jagain kamu?"

Zafa mendesah. "Cuma jagain doang nih ceritanya?"

Papa Zafa & Zafi | Chanyeol And Wendy HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang