Melanjutkan setelah sekian lama ...
***
"Jo, dengerin aku dulu!" Arthur melepaskan sabuk pengamannya dan mencoba menahan tangan Jovanka namun gagal karena gadis itu baru saja keluar dari mobil tanpa mau mendengarkan Arthur.
"Jo, yaelah. Tungguin!" Arthur buru-buru keluar dari mobil dan mendekati Jovanka yang sudah masuk lebih dulu ke dalam apartemennya.
Jovanka sedikit kesal perihal kejadian ciuman di depan publik yang dipertontonkan di hadapannya. Sialan itu cewek, apa belum pernah rasa jantungnya berhenti berdetak? Yang jelas Jovanka jujur saja marah. Ia sampai menolak untuk ikut ke kantor polisi dan menunggu Arthur di dalam mobil sembari mengeluarkan sumpah serapahnya. Pasalnya hal ini terjadi setelah mereka baru saja membeli cincin pernikahan. Kan tai banget hal kayak gini buat mood Jovanka.
"Jo...,"
"Apasih, mas? Dari tadi Ja Jo Ja Jo mulu! Panas tahu kuping aku!"
Langsung diam tak berkutik setelah mendapat serangan Jovanka, Arthur langsung memundurkan langkahnya ke belakang saat Jovanka berbalik memandangnya. Jovanka menghela napas berat sambil membuka sepatunya asal dan membiarkannya tergeletak di lantai. Alhasil, Arthur-lah yang memungutnya dan meletakkan kembali sepatu itu di atas rak.
"Jo, aku pengen jelasin."
"Jelasin apa? Jelasin tentang perkara mobil apa urusan mantan yang belum kelar?!"
Buset dah, galak banget calon bini gue. Perasaan awal ketemu ceria banget kayak teletubies :(
"Disa itu ..."
Lai lai lai lai panggil aku si Jablay
Arthur melotot terkejut mendengar suara ponsel yang berasal dari kantung celananya. Seingat Arthur ia tidak pernah mengganti dering ponselnya sampai ...
Samudra babi !
"Setelah perkara mantan, dering ponselnya juga meresahkan ya? Mas mau pamer kalau kurang belaian apa gimana?!"
"I-ini... Jo aku tuh ga --"
"Udahlah! Capek aku, mas!" Jovanka meninggalkannya.
Arthur menggeram kesal dan merogoh ponselnya dari dalam saku. Begitu melihat nama Samudra yang pertama kali ia lihat, Arthur langsung mengeraskan rahangnya dan mengangkat panggilan itu dengan emosi yang sudah siap ia luapkan pada Samudra.
"Assa--"
"Eh kutil badak!"
"Buset dah, Thur. Kalau telepon orang itu pakai salam dulu. Lo ga pernah diajarin etika ya sama orangtua?"
"Ga usah bawa-bawa orangtua. Sekarang lo ngaku sama gue, ini dering HP gue siapa yang ngotak-ngatik?"
"Oalah, itu doang lo permasalahin. Gimana keren kan lagunya? Cocok banget buat tipikal cowok kurbel kayak lo sekarang."
"Anjing lo, ya!"
"Hus, ngomongnya ga boleh kasar-kasar dong, mas."
"Anak ba---" Arthur menahan makiannya saat melihat Jovanka kembali menghampirinya. Sembari memberikan kode jarinya untuk mendekat padanya, Arthur bak terhipnotis dan mengikuti perintah Jovanka untuk mendekat.
Ya, faktor bucin itu emang berat banget. Apalagi kalau sudah mendarah daging kayak Arthur. Berobatnya mahal.
Begitu Arthur mendekat, Jovanka meraih ponsel tersebut dari tangan Arthur dan mengarahkannya ke telinga Jovanka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Zafa & Zafi | Chanyeol And Wendy HIATUS
Fanfiction"Tugas kamu gampang aja, kok. Masak buat anak-anak, terus jemput ke sekolah sama nemenin mereka sampai saya kembali dari kantor." "Emm... Mas, maaf. Saya ke sini bukan ngelamar buat jadi pembantu. Tapi saya bawain laporan dari Mbak Febi." "Loh? Saya...