Beep beep beep beep!Begitu mendengar suara sialan itu di pagi hari, Arthur Cahaya Handoko langsung membuka matanya dengan malas. Pukul lima pagi saat ini. Dan Arthur memang harus bangun untuk menyiapkan segala keperluannya juga Zafa dan Zafi. Arthur itu duren alias duda keren. Dunas juga bisa, alias duda panas. Memang, di umurnya yang ke-tiga puluh ini, Arthur malah masih terlihat awet muda meski ada sedikit kerutan di sudut matanya. Perutnya juga agak, masih agak belum terlalu buncit. Ya akibat ia sudah jarang olahraga karena terlalu sibuk mengurus rumah tangga.
Arthur bangkit dari kasurnya dan memasuki kamar mandi untuk menyeka wajah dan gosok gigi sementara ini. Setelahnya, Arthur keluar dan langsung menuju dapur. Ia membuka kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan makanan yang ada di dalam. Jujur saja, Arthur tidak begitu buruk dalam memasak, namun juga tidak mahir. Ia rata-rata. Bahkan terkadang Zafa dan Zafi menghina masakannya.
Setelah cukup lama berpikir, Arthur memutuskan membuat nasi goreng telur. Itu yang paling praktis dan sering ia masak untuk anak-anak.
Pernikahan Arthur dulunya bahagia. Saat masih ada Nata. Hanya saja, Nata meninggal akibat kecelakaan pesawat lima tahun yang lalu. Kehilangan Nata memberikan pukulan yang hebat untuk Arthur. Istri yang ia cintai sudah tiada dan kini ia harus mengurus dua anak mereka seorang diri. Ya, Arthur memang tidak menggunakan pengasuh. Menurutnya ia bisa dan masih mampu mengurus Zafa dan Zafi sendirian. Hanya kadang Mbak Fatma membantu membersihkan apartemen di hari Senin, Kamis dan Sabtu.
Mendengar kegigihan Arthur untuk tidak menggunakan pengasuh nyatanya pupus begitu saja saat pada akhirnya ia keteteran sendiri mengurus pekerjaan dan rumah tangga. Arthur pun mulai mencari pengasuh yang bisa membantunya mengurus Zafa dan Zafi setengah hari. Paling tidak sampai ia kembali dari kantor. Namun sudah lima pengasuh yang ia kerjakan, namun semuanya tidak cocok dengan kedua anaknya. Alasannya banyak sekali. Sampai kadang Arthur bingung. Sesekali ia juga harus menitipkan mereka pada orang tua-nya karena kesibukannya yang padat.
Selesai. Dua piring nasi goreng telur telah siap di atas meja. Saatnya bagi Arthur membangunkan dua makhluk kecil itu. Arthur pun pergi menuju kamar Zafa lebih dulu. Kamar yang didominasi gambar mobil cars itu masih gelap sampai Arthur menyalakan lampunya. Arthur mendekat dan duduk di tepian ranjang. Ia mengusap rambut Zafa yang mulai panjang hingga kening.
"Za, bangun."
"Eung...," lenguh-nya lalu menarik selimut lebih tinggi.
"Za, bangun. Mau ke sekolah!" Kata Arthur sedikit keras.
"Papa aja yang bangun. Gak usah bangunin Zafa."
Arthur membulatkan matanya. Ini anak ngelindur apa gimana, sih?
"Za, papa gak kasih—"
"Iya iya, Zafa bangun nih. Melek nih!" Zafa duduk dan melebarkan matanya membuat Arthur mengacak surainya gemas.
"Mandi yang bersih! Jangan lupa tempat tidurnya diatur sendiri," titah Arthur lalu berdiri dan keluar menuju kamar sebelah tempat Zafi tidur.
Begitu masuk, lampunya ternyata sudah menyala. Dan di sana ia melihat Zafi sibuk menyisir rambut Barbie-nya. Arthur sontak menggeleng dan bersandar pada pintu. "Fi, gak mandi?"
"Mandi kok. Dikit lagi," jawabnya tanpa menoleh pada Arthur.
"Mandi buruan! Ntar telat loh ke sekolahnya."
Zafi mendengus dan meletakkan sisirnya di atas meja. Ia menoleh pada Arthur sebentar dan berdiri dari kursinya. "Papa tuh emang gak suka liat Zafi bahagia, ya?" Katanya lalu memasuki kamar mandi. Arthur menghela napas panjang dan menutup pintu kamar tersebut lalu menuju kamar tidurnya untuk mandi juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Zafa & Zafi | Chanyeol And Wendy HIATUS
Fiksi Penggemar"Tugas kamu gampang aja, kok. Masak buat anak-anak, terus jemput ke sekolah sama nemenin mereka sampai saya kembali dari kantor." "Emm... Mas, maaf. Saya ke sini bukan ngelamar buat jadi pembantu. Tapi saya bawain laporan dari Mbak Febi." "Loh? Saya...