Ada yang kangen DUNAS GA NIH?
***
Seperti biasa, pagi itu Jovanka datang ke apartemen Arthur untuk membantu menyiapkan keperluan Zafa Zafi, membuat sarapan dan juga pekerjaan lainnya yang sudah ia lakukan sekitar lima bulan ini.
Jovanka meletakkan empat piring makan di atas meja, kemudian ia mengebaskan tangannya sehabis ia mencuci tangan sebentar. Jovanka melepaskan celemek kemudian menuju kamar Zafa pertama. Ketika membukanya Zafa nampak sudah bangun dan sedang memakai seragam sekolahnya sendiri, namun berjalan ke arah Jovanka karena menyerah dengan kancing bajunya sendiri.
"Kenapa sih ngancingin baju itu susah banget?" tanya Zafa mendengus sebal.
Jovanka hanya tersenyum dan membantu mengancingkan seluruh kancing Zafa lalu mengusap rambut Zafa sayang. "Ayo sisiran, kaus kaki sama sepatunya udah mama siapin tinggal dipake, ya." Jovanka berucap lembut lalu keluar dari kamar Zafa dan saatnya menuju kamar Zafi.
Kamar Zafi hanya bersebalahan dengan kamar Zafa, jadi Jovanka tidak perlu berjalan terlalu banyak untuk sampai di kamar anak cantik itu. Ketika Jovanka membuka kamar, ada Zafi yang masih tidur dengan jendela yang belum dibuka, tirai itu masih menutupi cahaya matahari yang sudah mengetuk untuk masuk.
Zafi masih bergelut dalam selimut sampai Jovanka tiba dan membuka tirai jendelanya. Zafi mengerutkan dahi merasa ada sesuatu yang terang menyinari wajahnya.
"Fi? Sekolah." Jovanka duduk di tepian ranjang dan mengusap rambut Zafi.
"Badan Zafi ga enak, ma." Zafi terlihat lemas dan pucat sehingga Jovanka langsung memerika suhu tubuh Zafi.
"Iya, Zafi demam." Jovanka pun berdiri. "Zafi tunggu, ya? Mama bangunin papa biar bisa anter Zafi ke dokter."
Zafi hanya mengangguk lemah lalu membiarkan Jovanka pergi ke kamar Arthur dan nyatanya pria itu juga masih ngorok dengan leluasa. Jovanka pun duduk di tepi ranjang kemudian menggoyangkan lengan Arthur kencang.
"Mas!"
Eh buset?! Gempa dari mana ini?!
"MAS!"
Arthur membuka matanya perlahan dan melihat Jovanka di sampingnya langsung membuat tangannya reflek memeluk tubuh Jovanka erat.
"Aduh... lepasin dulu!" Jovanka berusaha menyingkirkan tangan Arthur yang memeluk tubuhnya dari samping. "Mas! Zafi sakit!" Jovanka mengadu membuat pelukan Arthur langsung melonggar dan ia segera duduk.
Ia terkejut mendengarnya. Pasalnya dibanding dengan Zafa, Zafi adalah anak yang jarang sakit. "Zafi sakit?"
Jovankan mengangguk. "Badannya panas banget. Pucat juga. Ayo anterin dia ke dokter." Jovanka sudah berdiri dari duduknya untuk bersiap.
"Ya udah kamu tunggu aku mau siap-siap."
***
Arthur baru saja keluar dari kamar dengan kemeja biru dan celana panjang. Ia melihat Jovanja masih memangku Zafi yang terlihat lemas dan hanya tertidur di pelukan Jovanka dengan tenang.
"Zafa?"
"Zafa ikut Resta. Aku ga bisa anterin, soalnya si Zafi ga mau aku pergi." Jovanka mengelus punggung Zafi sayang dan mencium puncak kepalanya. "Anak mama harus kuat, ya? Ini mau ke dokter. Zafi bisa sabar, kan?"
Hanya anggukkan yang Jovanka terima. Tandanya Zafi benar-benar sulit untuk berucap apapun.
"Tadi dia muntah dua kali. Badannya juga tambah panas sama dia ngeluh pusing." Jovanka makin terlihat panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Zafa & Zafi | Chanyeol And Wendy HIATUS
Fanfiction"Tugas kamu gampang aja, kok. Masak buat anak-anak, terus jemput ke sekolah sama nemenin mereka sampai saya kembali dari kantor." "Emm... Mas, maaf. Saya ke sini bukan ngelamar buat jadi pembantu. Tapi saya bawain laporan dari Mbak Febi." "Loh? Saya...