Now Playing: Seventeen - 247
***
" Membuatku bahagia sederhana saja, pastikan kamu selalu baik-baik saja."
***
"Udah puas makan kerak telornya?"
Sindiran Ochi sukses membuat Tama tertawa senang. Ia tak merasa bermasalah disambut sindiran, ketika ia muncul di butik milik Ratna dan justru duduk anteng di ruang tunggu di lantai bawah. Pemuda itu nampak jelas, sedang bahagia. "Puas banget, kerak telor ternyata bisa bikin orang jatuh cinta juga ya?"
Alwan dan Ochi saling berpandangan, tak mengerti maksud perkataan Tama yang kini tersenyum sendiri. "Lo tau darimana kita kesini? Gue gak bilang apa-apa soal butik ini deh."
"Gue-"
"Mas yang nyuruh dia kesini." Tiba-tiba Babas masuk ke dalam butik masih dengan pakaian kerjanya. Ekspresinya nampak lelah, namun menyempatkan untuk mengulas senyum. "Sementara ini kamu nginep di rumah Tama dan Ochi ya."
"Kenapa Mas?" tanya Alwan mengernyitkan dahi tak paham. Ia sudah dapat menduga-duga ada yang tidak beres saat ini.
"Rumah kamu dan rumah Om Aldi udah penuh sama media saat ini." Ucapan Babas berhasil membuat Alwan membulatkan mata kaget. "Keluarga Kusuma, membalas tindakan kamu yang melaporkan tindakan KKN itu dengan mempublish hubungan Tante Naya dan Om Aldi. Mereka juga mengatakan ke media, kalau mereka berdua terlibat dalam kecelakaan kamu beberapa tahun lalu karena sudah punya hubungan jauh sebelum itu."
"Pernyataan konyol." Ochi menyahut, benar-benar dibuat merinding akan Keluarga Kusuma yang bahkan berani untuk melemparkan tuduhan tak benar demi menyelamatkan wajah mereka sendiri. "Mereka harus tau semesra apa dulu Tante Naya dan Om Indra," lanjut Ochi kini menatap ke arah Alwan yang memijat dahinya yang terasa pening.
"Mama dan Om Aldi?"tanya Alwan mendadak merasa pusing. Rencananya tidak seperti ini.
"Om Aldi sekarang lagi kumpul sama keluarganya, membicarakan tindakan apa yang harus dibuat. Keluarga kami tidak boleh bertindak gegabah Alwan, karena meski kami kuat tapi tetap tidak bisa menyaingi Keluarga Kusuma." Babas menjelaskan dengan tenang, berusaha menenangkan Alwan yang merasa kalut. "Tante Naya juga bakal buru-buru kembali ke Indonesia, setelah ini. Tenang saja Alwan, keluarga Pradana tidak akan menyerah mengeluarkan kamu dari keluarga itu."
"Kalau ingatan aku kembali sepenuhnya, kita bisa menyerang mereka tanpa mendapat serangan balik kan?" Alwan bertanya, menatap Babas dengan banyak makna. Pemuda di depannya hanya menarik senyum tipis, menepuk pundak Alwan menenangkan. Senyumannya itu seolah mewakili jawaban dari pertanyaan Alwan.
"Sekarang, pulang ya. Jangan pikirin apapun dulu."
***
Ketika sampai di rumahnya, Ochi mendapati Alwan menjadi lebih pendiam. Jika biasanya ia akan menanggapi celotehan bundanya, ia justru memilih tersenyum kecil. Mengangguk tanpa perlawanan, ketika Bunda Ochi memintanya untuk segera membersihkan diri agar bisa beristirahat. Sepertinya bundanya sudah diberi tahu kondisi saat ini, karena Bundanya yang biasanya menonton TV justru tidak menyalakannya sama sekali.
Untungnya, besok hari libur jadi Alwan tak disusahkan akan pakaiannya besok. Ia akan memakai baju Tama yang kebetulan bentuk tubuh mereka tak jauh berbeda. Hanya saja tubuh tinggi Alwan, berhasil membuat celana panjang Tama sedikit mengantung ketika dipakainya.
"Kalian tidur dibawah?" Ochi mengernyitkan dahi, ketika mendapati Alwan dan Tama sudah mengangkut bantal dan selimut dari dalam kamar Tama. Ia yang awalnya berniat mengambil minum, kontan urung melihat sepupu dan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Recallove [Tamat]
Teen FictionAlwan Navindra, cowok perfeksionis dan berotak jenius. Kebanggaan Dream High School. Selalu menjadi orang pertama baik dalam prestasi ataupun sikap disiplinnya. Namun sayangnya, mulut pedasnya menjadi satu hal kekurangan yang membuat para perempuan...