Tiga Puluh Tiga: Bentuk

6.5K 1.2K 202
                                    

Now Playing: Bentuk Cinta - ECLAT

***

"Bentuk cinta itu, ya kamu."

***

Ada beberapa hal yang terlihat jelas berbeda belakangan ini. Kalau dulu, Alwan lebih senang mendekam di dalam kelas seraya menyelesaikan soal sekarang sudah tidak lagi. Entah bagaimana, waktu istirahat dan bel pulang selalu ditunggunya. Bahkan jika guru masih tetap menjelaskan selama beberapa menit setelah bel berbunyi, pemuda itu  terlihat gelisah. Benar-benar sebuah perubahan yang takkan pernah murid DHS sangka akan mereka lihat.

Selain itu, bangku-bangku di bawah pohon yang biasanya terisi oleh para biang gosip DHS kali ini Alwan juga ikut serta mendudukkinya. Bukan untuk menimbrung para biang gosip itu, melainkan menikmati istirahat ditemani keempat temannya. Terkadang mereka hanya bercanda ngalor-ngidul tapi beberapa kali juga terlihat mereka belajar bersama dengan Alwan sebagai tutor dadakan.

Bukan hanya itu, beberapa kali murid DHS dibuat takjub sendiri ketika melihat Alwan akhirnya melepaskan tawa. Ekspresinya yang biasa datar disertai mulut pedasnya mulai menghilang tergantikan oleh ekspresi gembira dan bahkan beberapa kali memuji anggota klub debat ketika performa mereka bagus. Membuat satu DHS tak menyangka, kalau Alwan ternyata bisa menjadi begitu manis dan lebih tampan dengan senyum yang beberapa kali terbit di wajahnya.


"Gimana Wan, ada masukan gak dari lo?"

Alwan terlonjak, ketika Dinda mendadak menyenggol lengannya. Menyadarkan pemuda itu yang sedari tadi mengirimkan pesan entah kepada siapa semenjak Riko memberi komentar pada tim yang sedang simulasi debat. Ia berdeham sejenak, lantas melirik kertas di depannya yang tertulis beberapa catatan yang ia buat saat debat berlangsung tadi.

"Sebenarnya, buat kekurangan udah diceritain secara jelas ya sama Riko dan Dinda. Sesuai kata Riko, kalau lo gugup pas debat udah semuanya selesai. Lo bakal lupa semua argumen yang udah lo siapin, selain itu Dinda juga ngingetin buat sering baca berita ataupun topik yang lagi hangat belakangan ini." Ucapan Alwan, berhasil membuat beberapa anggota klub terperangah. Tak menyangka bahwa Alwan ternyata masih menyimak dengan jelas komentar dari 2 rekannya, padahal ia jelas-jelas terlihat larut sendiri akan dunianya.

"Paling gue mau nambahin ini sih, kalau lo nyampain pendapat jangan ragu. Tegas, dan tekanin suara lo ke beberapa point yang memang penting. Itu bisa jadi tambahan poin pas lomba, dan terus kontak mata ke juri, penonton ataupun lawan lo sendiri. Tunjukkin seberapa yakin kalian sama pendapat sendiri," ujar Alwan tanpa sadar memutar-mutar pulpen di tangannya. Ia lantas melirik Dinda dan Riko yang mengangguk setuju akan komentarnya, kemudian menatap kedua tim di depannya. "Kayaknya itu aja, selebihnya kalian udah bagus kok. Pertahankan ya."

Kedua tim yang notabene adik kelas mereka, mengangguk paham. Berusaha keras menahan diri untuk tidak tersenyum puas karena Alwan memuji mereka. Kedua klub tadi, adalah sesi terakhir latihan bersama klub debat. Lantas setelah Riko mengingatkan kembali mengenai peraturan penting di klub, pertemuan dibubarkan.

Tepat ketika beberapa anggota klub bergegas pulang, seseorang menyembulkan kepalanya. Menatap seisi ruang klub debat seolah mencari sesuatu, hingga matanya bersitatap dengan Alwan. Ochi melambaikan tangan, memberi tanda pada Alwan kalau dia menunggu diluar sementara Alwan membereskan barang-barangnya.


"Loh, Tama mana?" tanya Alwan mengernyitkan dahi tak mendapati sosok Tama yang belakangan ini seolah sibuk sendiri. Ya, meski ia tau kalau sahabatnya itu sedang mendekati salah satu teman sekelas Altair. Hanya saja, masa iya dia sampai menelantarkan mereka hingga beberapa kali hanya berdua saja. Belum lagi Bagas yang sedang bucin dengan pacarnya di sekolah lain, serta Nindi yang semakin lengket dengan Mini. Membuat Alwan lebih sering menghabiskan waktu bersama Ochi.

Recallove [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang