Now Playing: Andity - Semenjak Ada Dirimu
***
"Kamu yakin untuk percaya pada sesuatu yang bukan berasal dari ingatanmu, tapi omongan orang lain?"
***
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan sebuah rumah panti asuhan. Pintu terbuka menampilkan Tama yang keluar dari dalam mobil, seraya menyandang tasnya. Ia menatap rumah bergaya sederhana di depannya. Sebuah rumah yang sebenarnya sudah cukup tua, namun masih terawat dengan baik.
Sebuah rumah yang menjadi saksi bagaimana Tama menemukan kebahagiaannya secara bertahap. Di mulai dari pertemuannya dengan Alwan dan Ochi hingga pertemuannya dengan orang tuanya saat ini. Rumah di depannya menyajikan banyak cerita dan perasaan yang selalu membuat Tama tenggelam dalam pikirannya sendiri. Seperti saat ini.
"Lo tau, sebelum gue ingat. Gue selalu bingung sendiri, kenapa gue rutin banget ke panti asuhan ini." Alwan berucap ikut menatap panti asuhan tempat Tama dulu tinggal dengan senyuman terulas. "Waktu itu gue gak bilang siapapun soal kebingungan gue. Ya akhirnya gue rutin kesini buat ngasih sumbangan, sambil merasa kayak ada sesuatu yang harus gue tunggu di sini. Ternyata, alam bawah sadar gue masih ingat akan janji kalau kita gak boleh lupain tempat ini."
"Makasih buat gak ngelupain tempat ini." Tama berucap tulus, kini bersedekap dada menatap panti asuhan tempatnya bernaung.
"Ya, ya. Silahkan saling berterima kasih untuk kesekian kalinya." Dari arah belakang mobil, Ochi menyahut dengan nada sebal. Perempuan itu nampak menurunkan kardus-kardus berisi buku dan pakaian layak pakai. Sumbangan dari klub street dance nya, yang kebetulan akan beramal juga di panti hari ini. "Bantuin. Banyak nih."
Baik Alwan ataupun Tama terkekeh sebentar, sebelum membantu Ochi menurunkan barang dari dalam mobil. Tak lama sebuah mobil minibus, berhenti tak jauh dari mobil mereka. Menampilkan Mini dan beberapa anggota klub Acmegora yang baru tiba, dengan wajah riang. Nampak sekali antusias akan kegiatan mereka hari ini.
"Wah, gak sabar ketemu dedek lucu." Salah satu anggota klub, Nara bersorak kegirangan. Kedua tangannya penuh akan plastik-plastik berisikan makanan. Matanya tanpa sengaja melihat baju Ochi yang hanya dibalut jaket berwarna abu-abu dan celana jeans. Berbanding terbalik dengan anggota klub lain yang sudah mengenakan kostum tari mereka.
"Kostum lo mana?"
"Aman." Ochi menepuk-nepuk tas ranselnya dengan senyum lebar. Ia lantas melirik Mini yang fokus pada ponselnya sejak turun dari minibus. Raut pemuda itu nampak menggelikan.
"Kenapa lo? Senyum-senyum sendiri kayak orang gila?" tanya Ochi menegur partner tarinya tiap berpasangan. Mini sedikit terkesiap lantas menggeleng kecil. "Cuman mastiin Nindi udah berangkat ke sini."
"Dasar bucin."
"Biarin." Mini memasang wajah tak pedulinya, kini kembali mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.
"Chi, lo ajak masuk aja teman-teman lo yang cewek. Udah panas soalnya," ujar Tama mengalihkan Ochi yang masih menatap Mini penuh selidik. "Biar gue sama yang lain masukkin barang-barang."
Tanpa banyak tanya, Ochi mengangguk lantas berseru riang memandu teman klubnya untuk masuk ke dalam panti asuhan. Menyisakan beberapa laki-laki yang saling membantu, memasukkan kardus berisi bantuan ataupun dekorasi pesta ulang tahun karena Alwan sempat mengatakan ada beberapa anak panti yang kebetulan berulang tahun hari ini pula.
Tama menggaruk belakang tengkuknya yang tak merasa gatal, menatap bingung speaker besar di dalam bagasi minibus. Ia menoleh ke sana kemari, mencoba menemukan seseorang untuk diajaknya mengangkut bersama alat itu. Jelas Tama tak bisa mengangkatnya seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Recallove [Tamat]
Ficção AdolescenteAlwan Navindra, cowok perfeksionis dan berotak jenius. Kebanggaan Dream High School. Selalu menjadi orang pertama baik dalam prestasi ataupun sikap disiplinnya. Namun sayangnya, mulut pedasnya menjadi satu hal kekurangan yang membuat para perempuan...