Empat Puluh Tiga: Miracle

5.6K 1.1K 262
                                    

Now Playing: Woozi - Miracle

***

"Keajaiban bisa datang dalam bentuk apa saja. Kali ini keajaiban datang padamu dalam bentuk lelaki 180 cm dengan ribuan kisah pedih yang ia sembunyikan dari sifat galaknya."

***

Bahagia bisa datang dalam bentuk apa saja.

Kali ini bahagia hadir dalam bentuk suara alarm yang memekakkan telinga, deretan baju beskap coklat susu, sepatu hitam mengilap hingga perasaan gugup yang mengelitik perut. Bertahun-tahun Alwan tak menyangka bahwa dokter yang senantiasa merawatnya sejak kecil, akan menjelma menjadi sosok pengganti sang ayah kelak. Sosok yang menghadirkan bahagia pada Alwan dan sang Mama tanpa pernah lelah.

Ia dibuat terdiam, ketika melihat penampilan sang Mama. Ia yang selalu menawan, di buat semakin cerah dalam balutan kebaya berwarna putih. Keduanya hampir sama-sama menangis melihat satu sama lain. Kehabisan kata-kata untuk menggambarkan sebahagia apa mereka.

"Minum dulu."

Sebotol air putih di berikan Tama, saat mereka memasuki venue. Cowok itu seolah tau kalau sahabatnya sedang gugup setengah mati dibalik topeng tenangnya. Beberapa kali ia mendapati Alwan mengetukkan kaki ke atas lantai dengan tempo yang tak beraturan. Seolah menggambarkan sekacau apa pikiran dan hati Alwan.

"Please, kalau gue mulai gagap. Bantuin gue," ujar Alwan mendadak tak percaya diri. Ia mengeluarkan kertas kecil berisi 'contekan' pidatonya kepada Tama.

"Bisa, lo bisa. Sekarang tenang, acara belum mulai tapi lo udah pucet banget," keluh Tama memijat pelan kedua bahu Alwan yang begitu tegang. Tak seperti para tamu lain yang saling bersenda gurau dan mulai memenuhi kursi-kursi di dekat meja untuk akad. Alwan justru menepi di sudut ruangan, seraya berkomat-kamit menghapalkan pidatonya.

"Loh kok kalian masih disini? Sana mulai duduk."

Entah darimana Ochi mendadak muncul dengan ekspresi bingungnya. Rambutnya dikepang cepol, tak lupa jepitan bunga yang melekat di salah satu sisi kepalanya. Wajahnya dipulas riasan yang tipis, namun mampu memancarkan kecantikannya. Sesaat Alwan dibuat terpaku sendiri akan penampilan Ochi yang bisa dibilang cantik. Luar biasa malah.

"Nih pacar lo, gugup setengah mati. Takut gagap dia," ejek Tama tak memperdulikan tatapan tajam yang dilayangkan Alwan padanya. "Eh iya Sesil mana?"

"Tuh udah duduk dia," jawab Ochi menunjuk Sesil yang sudah duduk manis di salah satu kursi ditemani Mbak Ratna yang terlihat antusias berbicara dengannya. Tanpa pamit, Tama buru-buru menghampiri gebetannya meninggalkan kedua sahabatnya begitu saja.

"Kenapa sih? Dari kemarin loh lo gugup kayak gini." Ochi mengambil alih botol minum yang baru saja dihabiskan Alwan sekaligus. Merasa lucu melihat ekspresi Alwan yang benar-benar gugup saat ini. "Acaranya kan cuman buat keluarga dan undangan, gak ada media."

"Justru karena gak ada media, rasanya jadi terlalu sakral." Helaan napas dikeluarkan Alwan, mencoba kembali menenangkan dirinya. "Duh gugup bikin mules deh."

Sontak punggung Alwan dipukul Ochi cukup kencang, hingga pacarnya meringis. Mata Ochi disipitkan berusaha terlihat galak, yang nyatanya percuma untuk seorang Alwan. Alih-alih takut, Alwan justru tertawa renyah dan menarik kedua pipi Ochi gemas. Merasakan energinya mendadak terisi hanya dengan tingkah lucu Ochi.

"Jangan main-main deh, udah sana duduk di dekat Nenek." Ochi menarik lengan baju Alwan, membawa pemuda itu untuk segera menduduki tempatnya di barisan terdepan. Langkahnya sontak berhenti ketika melihat seorang perempuan dengan dress abu-abu berdiri tak jauh dari mereka.

Recallove [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang