Now Playing: IU - Good Day
***
"Malam selalu menjadi saksi aku berdamai dengan yang terjadi sebelum tertidur lelap. Malam jugalah yang menjadi saksi, bagaimana kedamaian itu justru merengut kenangan yang tak pernah ingin kulupakan.
Teruntuk kamu yang berjarak dekat untuk direngkuh, tapi tak pernah ada dalam dekapan. Selamat malam, biar aku saja yang melupa. Biarlah aku yang bermain dengan semesta."
***
Siapa sangka pertemuan Alwan dengan sepupu-sepupu Bagas, akan berlangsung lama hingga matahari kembali ke peraduan. Alwan mengakui ada rasa nyaman yang menelusup dada, ketika orang-orang yang ditemuinya itu membawanya terhanyut pada pembicaraan. Bahkan pembicaraan tidak penting mengenai, siapa yang keluar lebih dulu antara telur dan ayam, bisa terasa begitu mengasyikkan diantara mereka. Inilah alasan Bagas selalu mengeluk-elukkan keluarganya sendiri, bukan karena ingin merayu Alwan agar cepat memberi kepastian pamannya. Tapi, memang kehadiran keluarga Pradana itu berhasil menyebarkan kehangatan melalui tawa.
Bahkan hingga saat ini, Alwan masih dibuat terkikik geli akan candaan yang dilontarkan Baskara kemarin. Berhasil membuat Mamanya mengernyitkan dahi, baru pertama kali melihat anaknya tertawa sendiri entah karena apa. Alwan buru-buru tersadar ketika sang Mama mengetuk jemarinya pelan, lantas menatapnya penasaran. "Kenapa ketawa sendiri gitu? Mikirin apa sih?" tanyanya tak paham.
"Keluarganya Om Aldi itu lucu semua ya Mah, lucu." Ucapan Alwan sukses membuat mamanya sedikit terbatuk, tak menyangka kalau anaknya akan membicarakan keluarga Aldi begitu santai. Sementara itu Alwan memasang wajah tak bersalahnya, "Loh kok Mama kaget sih? Kemarin Mama ngikutin aku sama Bagas kan?"
Wajah sang Mama nampak memerah, tak menyangka anaknya akan tau kalau ia membuntuti. Jujur saja, awalnya ia penasaran mengapa sang anak tak membawa sepedanya ke sekolah. Mengingat Alwan teramat malas menunjukkan strata sosialnya, dan kemarin ia menumpang mobil Bagas yang sebenarnya hampir sama kayanya dengan mereka. Tapi ia tak menyangka, kalau anaknya akan bertemu dengan keponakan sang kekasih bahkan calon adiknya. Entah apa yang terjadi, tapi yang jelas para keponakan itu berhasil membuat Alwan melewatkan salah satu bimbingan belajarnya.
"Mah," Perlahan kedua tangan Alwan mengenggam erat jemari Mamanya. Sesaat ia nampak menghela napas berat, melirik sekilas koper-koper sang mama yang ada di depan televisi. Hari ini Mamanya memang harus pergi ke luar negeri lagi, meninggalkannya dengan waktu yang tak bisa ditentukan. "Kalau Mama nunggu aku buat bilang iya, Mama akan menghabiskan waktu amat sangat lama. Mama tau, aku masih belum bisa merelakan Ayah sebelum aku bisa mengungkap kecelakaan saat itu. Begitupun Mama yang belum bisa melupakan Ayah."
"Tapi, jika aku menjadi penghalang Mama mencari kebahagiaan aku juga gak bakal suka." Alwan merasakan sebelah tangan Mamanya naik, memberi usapan lembut di puncak kepalanya. "Kalau Mama menemukan kebahagiaan baru untuk keluarga kecil kita, aku akan selalu dukung. Jika Om Aldi memang yang terbaik, Alwan gak keberatan. Mulai sekarang Mama harus kejar kebahagiaan Mama juga."
"Nanti Alwan, Mama tau kapan waktu yang tepat. Sekarang kita selesaikan dulu satu persatu, karena janji Mama adalah menjadikan kamu orang paling kuat untuk menghadapi keluarga ayah kamu sendiri. Begitu kuat, hingga mereka tak lagi ikut campur dalam kebahagiaan kita." Sang Mama sempat terdiam, menyadari sorot mata bertekad Alwan teramat mirip dengan suaminya. Diam-diam ia tertawa kecil, terhantam fakta sudah sejauh apa ia melangkah tanpa sang suami.
"Om Aldi gak akan kemana-mana. Kebahagiaan kita akan tetap ada di akhir jalan penuh derita ini, selesaikan satu persatu ya."
Pagi itu, di hadapan makanan yang mampu menghangatkan perut. Keduanya kembali menguatkan. Mereka tempat pulang, penghangat hati dan anugrah untuk satu sama lain. Hanya sedikit lagi, Alwan hanya perlu menuntaskan keping puzzle di ingatannya. Ketika semuanya sudah tersusun dia akan mengejar apa yang seharusnya ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Recallove [Tamat]
Genç KurguAlwan Navindra, cowok perfeksionis dan berotak jenius. Kebanggaan Dream High School. Selalu menjadi orang pertama baik dalam prestasi ataupun sikap disiplinnya. Namun sayangnya, mulut pedasnya menjadi satu hal kekurangan yang membuat para perempuan...