Lima Belas: Missing Childhold Memory

7.1K 1.3K 46
                                    

Now Playing: Seventeen - Sweetest Thing

***

"Hal terindah bagi kebanyakan orang adalah masa kecil. Dan, ia kehilangan itu."

***

Kompak Bagas dan Nindi meletakkan masing-masing album foto yang diberikan Alwan, tepat ketika mereka sampai di rumah pemuda itu. Bagas dan Nindi sempat terkejut mendapati kehadiran Mama Alwan, sebelum tersenyum lebar karena bingkisan besar yang diberikan kepada mereka.

Bagas menjadi yang pertama kali memecah hening dengan terbatuk kecil, meraih segelas jeruk hangat yang disediakan untuk mereka. Sementara Nindi menyeret dirinya mendekat ke Alwan, menyadari raut wajah tak tenang di sana. "Lo baik-baik aja?"

"Bagaimana gue bisa baik-baik aja, kalau ingatan masa kecil gue yang hilang buat gue melupakan orang di foto ini?" tanya Alwan jadi mengigit kukunya tanpa sadar. "Gue selalu bilang benci dilupakan, tapi gue sendiri malah melupakan mereka."

Setelah menemukan foto ini, Alwan diungkap sedikit tentang memori apa saja yang ia lupakan. Dia bukan hanya melupakan detail kejadian kecelakaan hari itu, tapi juga melupakan beberapa memori masa kecilnya. Dan itu semua memori masa kecil yang berkaitan dengan orang-orang di dalam foto yang ia temukan. Anehnya, hanya memori yang berkaitan dengan 2 anak kecil itu saja yang terlupa dalam benaknya.

Ochi dan Tam. Dua anak kecil yang selalu menemaninya. Alwan yang memang cerdas, cenderung dianggap aneh oleh anak lain yang membuatnya dijauhi. Saat itu hanya Ochi, tetangga mereka yang menjadi temannya. Kemudian Tam datang dan bergabung dalam lingkaran pertemanan mereka. Semakin membuat masa kecil Alwan lebih berwarna.

Ketika Alwan bertanya mengenai siapa yang ada di dalam foto itu, Mamanya sempat terkejut. Ia tak menyangka kalau anaknya juga melupakan 2 orang teman masa kecilnya. Alwan tak pernah bertanya lagi mengenai mereka, dan ia mengira sang anak mencoba fokus akan kepergian sang ayah. Bertahun-tahun terlewati hingga ia sadar, bahwa Alwan melupakan sebagian hal berharganya.

"Kalau lo yakin ini Ochi yang ada di foto, kenapa lo gak bertanya aja langsung sama dia? Siapa tau dengan itu, memori lo tentang mereka balik lagi?" Bagas menjelaskan hipotesanya, ikut duduk di sebelah sahabatnya itu. Ia sedikit mengernyitkan dahi mendapati gelengan pelan dari Alwan.

"Gue takut," ucap Alwan lirih menunjukkan kepalanya lantas tertawa pedih. Menertawai dirinya sendiri. "Ketika ingatan tentang mereka kembali, gimana kalau ingatan kecelakaan itu juga muncul? Gue masih belum siap."

"Terus mau lo apa?" Untuk pertama kalinya Bagas menunjukkan wajah marahnya. Matanya menyipit, dengan decakan lidah yang ia buat ketika matanya bertemu dengan Nindi. Menyadari isyarat gadis itu, untuk tak melanjutkan perkataannya. "Bertahun-tahun lo bilang sama kita mau tau siapa dua orang yang ada di tepi jurang itu, dan sekarang lo bilang takut? Pengecut."

"Bagas." Nindi berucap, berusaha menengahi kedua sahabatnya yang sama-sama menunjukkan aura tak enak. Mulai tertelan oleh emosi satu sama lain. Bagas mendengus mengalihkan pandangnya ke arah lain.

Hening kembali menyeruak, hanya suara detik jam dinding yang ada. Nindi mengusap tengkuk tanpa sadar, tak nyaman akan sunyi yang ada.

"Kenangan itu sedikit bertambah," ucap Alwan berhasil membuat Bagas menoleh ke arahnya. "Gue cuman takut, dugaan gue tentang orang yang ada di jurang itu sesuai."

"Siapa?" tanya Bagas langsung, terkesan memaksakan. Alwan mengacak rambutnya, terlihat frustasi saat ini.

"Om gue."

Recallove [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang