Prolog
¤¤¤Dari Jurnal Harian Narendra
Konyol. Gue nggak percaya ini.
Demi Tuhan, gue paling males ikut campur urusan orang lain. Urusan gue aja belum jelas.
Tapi, Papa ... oh, minta gue buat apa katanya?
Memastikan hubungan Nara, anak sahabatnya yang sudah beliau anggap putri sendiri, berakhir bahagia dengan suaminya, Akira.
Nara, gue kenal dia. Sempet suka malah. Siapa yang nggak? Dia cantik. Sungguh. Baik juga. Sialnya nasib Nara cukup buruk. Menikah karena perjodohan dengan anak sahabat baik Papa yang lain. Akira. Sudah lima tahun berlalu dan sama sekali tak ada kemajuan. Karena itu Papa resah. Beliau sudah terlanjur berjanji pada almarhum sahabatnya untuk memastikan Nara dan Akira bisa menyatu. Terlebih, akhir-akhir ini beliau mulai sering keluar masuk rumah sakit. Tapi bukan gue yang dia khawatirkan, melainkan orang lain.
Nggak usah diingetin. Gue tahu gue cuma sekadar anak tiri, dan gue juga tahu Papa sayang banget sama gue. Mungkin sebesar rasa sayangnya pada Nara. Atau lebih.
Tapi, oh ayolah. Gue nggak ada bakat jadi mak comblang.
Buruknya lagi, bukan cuma bikin dua manusia itu bersatu, gue juga harus menjauhkan Akira dari pacarnya. Bisa dibilang selingkuhan mengingat si berengsek itu sudah punya istri.
Berliana Pratista.
Gue barusan buka akun IG-nya.
Jangan tanya gue dapet dari mana. Tinggal cari di daftar following Nara. Dia mengikutin Akira, tentu saja. Dan Akira sudah pasti tak ingin melewatkan postingan kekasihnya.
Kekasih, cuih!
Simpanan sepertinya lebih cocok.
Berliana Pratista.
Cantik.
Sayangnya, selingkuhan. Pelakor. Atau apa pun istilahnya.
Wanita nomor wahid yang harus dihindari.
Andai. Andai bukan Papa yang minta. Andai gue nggak menaruh hormat sebesar ini untuk beliau. Andai gue nggak punya utang budi seumur hidup padanya, gue nggak perlu ngelakuin ini semua.
Tapi demi Papa.
"Kalau aku gagal? Jodoh di tangan Tuhan, Pa."
Mata Papa yang mulai berkabut menatap gue. Wajahnya tak setampan dulu. Pipinya tirus. Keningnya penuh garis halus. Matanya mulai cekung. Papa yang dulu gagah, terlihat lemah lantaran tubuhnya mulai digrogoti penyakit.
"Papa tahu." Beliau berusaha tersenyum. "Setidaknya Papa sudah berusaha memenuhi janji itu. Selebihnya biar Tuhan yang menentukan. Agar nanti Papa bisa menemui Om Bram tanpa beban, Nak."
Selalu ... selalu itu yang beliau katakan. Padahal gue yakin, Papa akan tetap hidup. Setidaknya sampai gue berhasil memberinya cucu.
Dan, Om Bram. Ayah Akira. Sahabat baik Papa. Sudah meninggal sejak empat tahun yang lalu.
¤¤¤
Tahu, tahu.
Si Cinta belum tamat udah buka lapak baru.
Anggap aja selingan. Mayan buat latihan ngerjain dua cerita sekaligus😂
Si Cinta berat, Cah. Dan ini insyaAllah seringan kerupuk.Bdw, ini termasuk HateLove Series, ya.
Tempt the Afternoon by @Rasdianaisyah
Hold the Nigh by GreyaCrazzYap, ini projek bareng🤗
Doakan semoga lancar sampai akhir, ya!
20 Mar 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempt the Afternoon
RomanceWarning! Cerita ini hanya fiksi. Ambil bagian terbaiknya dan buang segala keburukannya, oke. Bacalah saat benar-benar luang. ¤¤¤ Narendra Narespati. Penyuka aroma hujan, semburat fajar dan motor vespa tua hadiah ayah tirinya yang sudah sering keluar...