19th Temptation
¤¤¤Berlian menarik napas panjang saat turun dari taksi daring begitu sampai di depan gerpang kediaman keluarga Akira yang dulu sudah ia anggap seperti rumah sendiri. Oh, bahkan lebih dari rumah sendiri saking seringnya ia datang ke sini, tak jarang Berlian menginap. Ia pun sudah memiliki kamar pribadi dalam bangunan megah dua lantai di hadapannya, yang kini ramai oleh tamu undangan.
Acara pertunangan Fio, adik Akira. Berlian diundang, tentu saja. Fio sudah menganggapnya saudara sejak Berlian menjalin hubungan dengan sang kakak. Entah sekarang, setelah kisah asmara Berlian kandas dengan Akira. Akankah keluarga lelaki itu masih akan berlaku sama?
Mengeratkan genggaman pada satu-satunya tas mahal yang kini ia punya—syukur belum terjual sehingga masih bisa dikenakan—Berlian mengangkat dagu lebih tinggi, lantas mulai melimbai seanggun merak, menaiki anak-anak tangga yang dibalut karpet merah untuk menyambut para tamu menuju pintu ganda berukir rumit yang dibuka lebar-lebar. Denting orkestra yang berpadu dengan riuh undangan samar-samar mulai terdengar di setiap langkah yang kian mendekat dengan tempat acara yang diadakan di aula pribadi kediaman Arundapati.
Lalu, entah dari mana datangnya perasaan itu, Berlian merasa kerdil saat berdiri di ambang pintu. Seperti ia tak lagi pantas berada di sini, bersama mereka para kaum jetset yang tampil memukau mengenakan pakaian rancangan desainer ternama. Sedang dirinya?
Oh, gaun Berlian dari merek luar kenamaan, tapi ini jelas koleksi lama. Satu-satunya gaun malam yang terselip dalam koper kecil yang disiapkan Harry. Gaun panjang semata kaki tanpa belahan yang dulu tampak mewah membalut tubuh langsingnya, kini agak kebesaran. Kain mengilap warna biru gelap berkerah sabrina itu pun membungkus lengannya dengan sempurna, memamerkan sedikit bahu dan tulang selangka si pemakai yang polos tanpa aksesori. Berlian hanya memakai anting berjumbai panjang dengan manik-manik etnik yang dibelinya secara online. Tolong jangan tanya harga. Yang pasti di bawah lima puluh ribu. Berlian harus irit-irit sekarang. Tapi, menjadi irit kenapa susah sekali? Uang pemberian Naren sudah tinggal 172 ribu setelah ia gunakan untuk ojek ke RSJ tempat Salma dirawat, membeli anting, membeli sepatu harian yang ternyata solnya kasar dan bagian bawahnya licin—sesuai harga, Berlian nyaris selalu terpeleset mengenakannya—alat make up sekenanya hanya agar ia tak tampil pucat di acara pertunangan Fio—semoga wajahnya tidak iritasi setelah ini, pun ongkos taksi daring yang ternyata lumayan mahal.
Setidaknya, semua pengeluaran itu kini membuat Berlian bisa tampil cukup pantas. Minus sneakers bersol tinggi yang bersembunyi di balik gaun panjang berbentuk A-line yang membungkus kakinya. Untung tidak kelihatan, karena gaun itu menjuntai sampai ke lantai.
Mengedarkan pandangan, Berlian menemukan banyak wajah yang cukup dikenal. Beberapa artis tanah air, pejabat, dan pengusaha. Dulu, Berlian ada di dunia yang sama dengan mereka. Basa-basi setiap kali bertemu untuk membentuk hubungan demi memperbanyak pundi-pundi rupiah atau sekadar upaya menaikkan status sosial.
Namun, tetap saja berlian kaget saat ada yang menyapa. Claudia, mantan duta merk perusahaan ayahnya yang datang dengan pasangan baru, menepuk pundak Berlian, berhasil membuat putri sultan yang terusir itu terlonjak kaget.
“Sendiri? Akira mana?” tanyanya sok akrab.
Tidak, mereka memang tidak dekat. Ini hanya salah satu bentuk basa basi busuk, yang tak terlalu Berlian sukai. Tapi, harus ia jalani dulu demi menunjang kehidupan ala kalangan atasnya. Dan ya, semua tahu Berlian kekasih Akira. Putri Harry Abimana. Cantik. Otak cerdik. Begitulah sosok yang mereka ketahui dari seorang Berlian. Berhasil membuat kaum Hawa merasa tersaing, pun iri.
Berlian yang beruntung, kata mereka. Oh, andai saja yang lain tahu. Akira yang nyaris sempurna itu sudah punya istri, Berlian hanya kekasih gelap tanpa kepastian. Mantan. Dan Harry si kaya raya tidak menginginkannya sebagai putri, kini berhasil mengusirnya tanpa memberi kesempatan kembali. Kecuali ... membunuh Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempt the Afternoon
RomanceWarning! Cerita ini hanya fiksi. Ambil bagian terbaiknya dan buang segala keburukannya, oke. Bacalah saat benar-benar luang. ¤¤¤ Narendra Narespati. Penyuka aroma hujan, semburat fajar dan motor vespa tua hadiah ayah tirinya yang sudah sering keluar...