Part 1

13.7K 375 11
                                    

"Oeekk.. Oeeekkk" tangisan bayi bersahutan di ruang perinatologi salah satu rumah sakit pendidikan terbesar di Yogyakarta. Perawat dan koas sibuk memberi ASI perah atau susu formula pada bayi-bayi itu dengan media sendok, harapannya bayi-bayi itu tetap bisa menyusu langsung pada ibunya. Sementara sebagian lain sibuk memberikan konseling menyusui ataupun perawatan Kangaroo Mother Care, sebuah perawatan khusus untuk bayi-bayi yang terlahir prematur agar suhu tubuhnya tidak drop dan berdasarkan penelitian terbukti dapat menambah berat badan bayi lebih signifikan daripada perawatan konvensional biasa.

"Zi, aku ambil bayi Naysilla ya. Mau tak KMC sekalian nyusuin. Eh tapi aku pakai dot aja, ya! Kan Naysilla nggak akan menyusu langsung. Lagian aku buru-buru mau ujian intubasi nih jam 1 nanti. Eman kan kalau waktu ku KMC berkurang banyak buat nyendokin susu", kata Fira, gadis cantik yang saat ini sedang menempuh profesi di program studi pendidikan dokter.

"Iyaa! Ambil aja, mbak! Seneng aku kalau ada yang bantuin ngasih susu bayi, kerjaanku jadi kurang", sahut Zista, coass anak yang notabene adik angkatan Fira.

Dengan cekatan Fira mengambil susu yang sudah disiapkan oleh petugas gizi bagian perinatologi dalam gelas-gelas sloki kecil yang sudah diberi label pengenal. Mayoritas gelas tersebut berisi ASI perah yang disetorkan oleh ibu kandung bayi secara berkala. Jika stok ASI perah menipis biasanya petugas gizi memberi tahu perawat, dan perawat yang akan mengabarkan pada ibu si bayi untuk menyetorkan ASI perahnya lagi. Beberapa bayi meminum susu formula dengan persetujuan orang tuanya tentu saja. Biasanya karena ibu kandung bayi tidak bisa memberi ASI entah karena meninggal, sakit, atau ASI nya yang belum lancar. Beberapa bayi lainnya meminum ASI donor, yang juga sudah diinformasikan kepada orang tua bayi dan mendapat persetujuan, dengan berbagai konsekuensi. Rumah sakit terbesar di Yogyakarta itu memang memfasilitasi donor ASI dengan membuat semacam bank ASI, mengingat manfaat ASI yang luar biasa.

Setelah susu siap di dalam dot Fira segera memberikannya pada bayi Naysilla. Fira memandang penuh kasih pada bayi yang sangat mungil itu. Jelas saja mungil, Naysilla terlahir prematur dengan berat hanya 1900 gram, masuk kategori berat badan lahir sangat rendah. Tapi yang melegakan Fira, Naysilla sangat pandai menyusu, dan berat badannya naik lumayan signifikan. Walaupun mungkin bayi itu tidak pernah minum ASI, tak apalah asal tumbuh kembangnya normal. Ayah Naysilla memang tidak mau menggunakan ASI donor karena konsekuensi nasab saudara sepersusuan yang kemungkinan menjadi rumit di masa datang.

Usai Naysilla menghabiskan susu jatahnya sebanyak 20 cc, Fira meletakkan bayi itu sebentar di pundaknya untuk memberi waktu agar susu tidak kembali naik ke kerongkongan dan keluar lagi, atau yang biasa disebut gumoh. Setelah dirasa cukup, Fira kembali meletakkan Naysilla di boks nya, sementara ia bersiap untuk melakukan KMC.

Fira mengambil kimono khusus KMC dan mengeluarkan gendongan khusus KMC dari tas nya. Ia segera bergegas ke ruang ganti dan membuka seluruh pakaian bagian atasnya, kemudian memasang tali gendongan KMC yang melingkari perutnya dan membenahi kimononya agar menutupi auratnya. Sampai di dekat boks, ia membuka baju Naysilla dan hanya menyisakan diapers, sebelum kemudian ia meletakkan Naysilla di gendongan KMC dan mengikat simpul-simpulnya seperti biasa. Fira jelas mahir melakukannya karena sejak Naysilla lahir ia yang mengurus bayi itu. Meluangkan waktu di sela kesibukan koass nya. Menggantikan peran ibunda Naysilla yang telah lebih dulu menghadap pencipta Nya.

Naysilla merasa nyaman dalam dekapan Fira. Bayi itu sama sekali tidak rewel. Jelas melegakan bagi Fira, karena itu artinya ia bisa menghabiskan waktu tiga jam ke depan untuk belajar mempersiapkan ujiannya. Fira duduk di sebuah sofa single yang nyaman, yang memang didesain khusus untuk KMC dan menyusui. Di mana sandaran kepala dan kaki bisa diatur sedemikian rupa agar ibu merasa nyaman.

Fira membaca materi ujiannya. Sesekali ia menatap wajah Naysilla yang tertidur. Guratan wajah yang elok, alis, mata, pipi, dan bibirnya mirip ibunya, hanya hidung mancung bayi itu yang mewarisi dari ayahnya. Tak dipungkiri, jiwa keibuan Fira membuncah jika berada dalam kondisi seperti ini. Naluri alamiah yang membuatnya berada di puncak kegalauan.

"Heh, Fira! Kamu rajin banget ke sini! Bayi itu bukan anakmu, kan? Dan juga nggak ada hubungan darah sama kamu. Ngapain masih kamu urus? Bapak kandungnya aja jarang banget nengokin", sebuah suara mengusik ketenangan Fira.

Fira menengok orang yang menegurnya. Ternyata seorang residen anak yang pernah stase bersamanya selama sebulan di Klaten. Ia segera membantah kalimat yang diucapkan orang itu.

"Lha, mbak Marti tahu sendiri kan residen ortho tu sibuknya kayak apa. Mas Fajar jelas konsen ke kuliahnya biar cepet lulus. Kalau fokusnya terbagi, PPDS nya nggak lulus-lulus, ya dia tambah lama nanti ninggalin anaknya", bantah Hani.

"Lha kalau misale Fajar nggak sempet, ya bisa kan dia nyuruh keluarga dekatnya. Bukannya ngrepotin kamu yang bukan siapa-siapanya", Marti masih tidak mau mengalah.

"Kedua nenek Naysilla udah sepuh, Mbak. Nggak mungkin ngasuh Naysilla sendiri. Apalagi bolak-balik perina. Mas Fajar cuma punya satu kakak cewek, jadi bidan di Kalimantan. Sementara Ifah malah cuma punya kakak lelaki yang sudah berumah tangga. Nggak mungkin to ngrepotin mereka buat bantu ngasuh", Fira tetap membela diri.

"Halah.. Alesan aja kamu, Dik. Atau jangan-jangan kamu naksir sama bapaknya? Siapa sih yang nggak tertarik sama Fajar? Ganteng, atletis, alim, pinter, calon spesialis ortho pula. Eh tapi bukannya pacarmu itu si apoteker yang nengokin pas kita stase Klaten itu ya? Gimana sih hubungan kalian? Kok rumit gini. Pusing aku", ucap Marti panjang lebar.

"Hahaha ya kalau mumet nggak usah ikut mikir! Bukan urusan mbak Marti juga to?!" Kalimat yang diucapkan Fira dengan tegas mampu membuat Marti tidak berkomentar lagi.

"Assalamu'alaykum.. Maaf kalau saya mengganggu obrolan kalian", suara berat terdengar dekat Marti dan Fira.

"Wa'alaykumussalam.. Eh kamu, Jar! Yaudah aku ke pasien lain dulu ya. Daag!", Marti segera beranjak pergi secepat ia bisa. Ngeri juga dengan tatapan Fajar yang penuh wibawa.

"Wa'alaykumussalam. Mas Fajar, tumben ke sini siang-siang. Nggak ada operasi ya?" Fira sekedar basa-basi menutupi rasa canggungnya. Ia yakin Fajar mendengar semua obrolannya dengan Marti tadi. Bagi Fira menghindari membahas hal tadi adalah jauh lebih baik.

"Gimana kabar kamu, Fir? Nggak capek po harus menyisihkan waktu ngurus Naysilla diantara kehidupan koass mu? Marti benar sih, harusnya kewajibanku. Tapi.." Fajar tidak menjawab pertanyaan Fira. Ia justru bertanya balik.

"Jangan ngomong gitu, Mas. Fira nggak sibuk-sibuk amat kok. Tinggal ujian anestesi ini terus selesai deh semua stase. Tinggal nunggu UKDI. Kalau belajar dan baca-baca kan bisa disambi sama KMC. Lagian Fira ikhlas kok, Mas.."

"Termasuk ikhlas untuk memenuhi wasiat Ifah sepenuhnya?" Potong Fajar cepat.

"Errr.. Mas.. Maafkan Fira. Tapi bisakah kita nggak bahas soal wasiat almarhumah? Setidaknya dalam waktu dekat ini. Biarkan Fira berpikir", Fira kembali salah tingkah kala Fajar mengingatkannya tentang sebuah wasiat.

"Don't worry! Kalau kamu memang tidak bersedia, nggak apa-apa. Saya juga nggak maksa Fira untuk menjalankan wasiat itu", ucap Fajar mencoba menenangkan Fira.

"Err, Mas Fajar. Ini sudah hampir jam 1, biasanya minum susu kan di jam ganjil. Tapi maaf, Fira harus pamit, soalnya ujian anestesi jam 1", Fira mengalihkan pembicaraan. Ia benar-benar tidak ingin membahas wasiat itu. Bagaimanapun juga dirinya butuh waktu untuk berpikir.

Fira segera menurunkan Naysilla dari gendongan KMC nya, memakaikan kembali baju Naysilla dan menyerahkan bayi itu ke dalam gendongan Fajar. Naysilla tidak dibedong karena selain menghalangi gerakan bayi, bedong juga membuat ibu sulit mengenali tanda lapar dan tanda kenyang bayi yang dapat dilihat lewat genggaman tangan bayi. Tak lupa ia merapikan boks Naysilla. Menggulung dua buah selimut menyerupai lengkung elips untuk menciptakan ruang tidur nyaman bagi Naysilla karena konon mirip suasana di dalam rahim.

"Fira pergi, Mas. Assalamu'alaykum.." ucap Fira cepat. Ia segera pergi secepat ia bisa. Berduaan dengan Fajar jelas membuat perasaannya tidak nyaman.

Takdir Cinta SafiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang