Berbagai Keringanan dan Rukhshah Dalam Ibadah Haji
Sun 13 August 2017
Pertanyaan :Assalamu 'alaikum wr. wb.
Ustadz yang dirahmati Allah. Mohon dijelaskan tentang berbagai keringanan dalam rangka kita menjalankan ibadah haji. Sebab saya mendapatkan kesan bahwa ibadah haji itu adalah ibadah yang sangat berat. Dibutuhkan mental tinggi dan kesiapan lahir batin yang mendalam.
Akibatnya banyak orang yang merasa belum siap, takut, cemas bahkan saya sendiri sampai terbangun sendiri di tengah malam sejak beberapa hari menjelang keberangkatan haji.
Entah bagaimana, kesannya saya takut sekali kalau-kalau haji yang saya kerjakan ini tidak sah, tidak sempurna, dan sebagainya.
Demikian dan mohon saran serta nasehat sebelum saya berangkat haji, serta terima kasih banyak.
Wassalam
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Memang perasaan cemas, khawatir dan takut ini seringkali menghantui para calon jamaah haji. Takut kalau hajinya tidak diterima, atau kurang sempurna, sehingga sering dilanda perilaku-perilaku yang aneh-aneh.
Padahal sebenarnya meski sekilas ibadah haji itu terkesan ibadah yang berat untuk dilaksanakan, namun di dalamnya justru kita menemukan banyak sekali keringanan. Dan semua keringanan ini bersifat syar'i, sebagaimana karakter asli agama Islam yang merupakan agama yang mudah, ringan, fleksible serta manusiawi.
Berikut saya berikan beberapa contoh bagaimana ibadah haji itu didesain sedemikian rupa sehingga menjadi ibadah yang penuh dengan berbagai rukhshah, keringanan, toleransi, kemurahan, kemudahan serta fleksiblelitas yang tinggi. Biar semua orang dengan segala kondisinya bisa menjalankannya, meski tidak harus dengan sesempurna mungkin.
1. Keringanan Pertama : Khusus Bagi Yang Mampu
Meskipun ibadah haji termasuk rukun Islam, namun para ulama sepakat haji itu tidak diwajibkan kecuali hanya kepada mereka yang mampu saja. Al-Quran Al-Karim secara tegas menyebutkan bahwa Allah mewajibkan ibadah ini hanya kepada mereka yang mampu untuk berangkat haji, sehingga mereka yang tidak masuk dalam kategori mampu maka tidaklah diwajibkan untuk mengerjakan Ibadah Haji
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً
Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali Imran : 97)
Sementara kalau kita bandingkan dengan ibadah yang lainnya, seperti shalat, puasa, zakat, dan yang lain-lainnya, tidak ada yang perintahnya dikhususkan bagi yang mampu saja.
Allah tidak pernah memerintahkan kita shalat sambil mengatakan hanya berlaku bagi yang mampu. Sebagaimana Allah juga tidak memerintahkan kita puasa sambil mensyaratkan hanya bagi yang mampu. Demikian juga Allah tidak memerintahkan kita berzakat, sambil mengkhususkan secara eksplisit berlakunya hanya buat mereka mampu saja. Lain halnya dengan haji, secara eksplisit Allah khususnya hanya bagi yang mampu saja.
Jadi kalau kita berada pada posisi yang tidak mampu, kita tidak usah resah gelisah dan termehek-mehek mau pergi haji. Wong Allah saja sebagai 'pihak pengundang' sebenarnya tidak mengundang. Jadi kalau pun kita tidak datang juga tidak apa-apa. Tanda bahwa Allah mengundang kita, maka Dia SWT akan berikan kita keluasan harta sebagai tanda kemampuan. Jadi santai saja kalau pun belum mampu, ya tidak usah grasa-grusu.
![](https://img.wattpad.com/cover/196998410-288-k389597.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ملخص الفقه الإسلامي {٥} - كتاب أحكام الحج والعمرة ✓
Spiritualبِسْــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم الحمدلله وكفى، وسلام على عباده الذين اصطفى. وبعد... Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Salawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw. Fiqih sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Karena...