01

4.4K 253 22
                                    

Jangan lupa vote ya?
Selamat membaca :)

---------------------------------------------------------

Seorang gadis yang tengah terlelap tidur seketika terperanjat kaget akibat kelakuan Bundanya.

"Caca bangun sayang, kamu udah telat ini. Ya ampun, Kebo banget sih tidurnya. Makanya kalo malem itu jangan begadang sayang" ucap Mira - Bunda caca - seraya membuka tirai horden di ruangan itu, dan terlihatlah matahari pagi yang sudah menyinari seluruh kota Jakarta pagi ini.

Dengan kesadaran yang masih setengah, caca akhirnya bangun ogah-ogahan akibat pekikan suara bundanya itu.

"Eungghhhh.. Bunda, ih! Orang Caca masih ngantuk juga. Kesel ah. Hooaaaammmmm!" jawabnya dengan meregangkan tangannya seraya mengatur kesadaran sepenuhnya.

"Jam berapa, bun?" tanyanya, yang diabaikan sang bunda.
Caca membulatkan matanya kaget, melihat jam yang lima menit lagi jam 7, tandanya dia hanya memiliki waktu 15 menit untuk bersiap.

"Astagfirullah, bundaaaaa.. Caca telat!!!" pekiknya dengan lantang di seluruh ruangan.

Dengan cepat Caca memasuki kamar mandi dan sesegera mungkin bersiap untuk ke sekolah barunya. Bayangkan saja, baru pertama kali masuk sekolah sudah telat? Oh itu sangat memalukan bagi Caca. Sedangkan bundanya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakukan putrinya itu.

"Buruan Ca. Bunda tunggu di bawah, kamu sarapan dulu abis itu berangkat sama Ayah" ucap bundanya seraya meninggalkan kamar putrinya.

Setelah 10 menit bersiap, akhirnya gadis itu turun juga untuk sarapan. Meskipun sudah telat dia harus sarapan terlebih dahulu karena semalam tidak makan. Disana sudah ada Bunda, Ayah, dan Abangnya.

"Pagi semuaaa" ucapnya dengan ceria. Lalu duduk di samping abangnya

"Pagi, sayang" jawab Ayah dan Bundanya

"Pagi, dek" jawab abangnya kemudian mengacak rambut adiknya dengan gemas.

"Abanggggg, ih! Berantakan kan? Kesel ah" ucap gadis itu dengan mengerucutkan bibirnya.

Bukannya minta maaf, abangnya malah tertawa melihat wajah adiknya yang menggemaskan akibat cemberut.

"Sudah sudah, kalian cepat sarapan. Nanti telat" ucap Indra - ayahnya

"Udah telat kaliii" Batin Aldo - abang caca.

***

Di tempat lain,
di sebuah rumah di kawasan perumahan elite terlihat seorang Pria paruh baya tengah berkutat dengan peralatan memasak. Dia tengah menyiapkan sarapan untuk putranya. Ini adalah hal yang pertama kali dilakukannya selama menjadi seorang ayah. Meskipun terkenal dingin dan tegas, dia memiliki sisi yang jarang diketahui orang lain selain keluarganya sendiri yaitu sosok seorang ayah yang akan melakukan apapun demi putranya meskipun itu menjatuhkan harga dirinya sebagai pemilik Sanjaya's Corporation. Seperti saat ini misalnya, membuatkan sarapan untuk putranya demi mengembalikan senyuman putranya seperti dulu.

Terdengar langkah kaki menuruni tangga. Terlihat jelas disana seorang lelaki dengan muka datarnya sudah siap dengan seragam sekolahnya. Meskipun berantakan, tetapi tidak mengurangi kadar ketampanannya.

Tama memandangi putranya dengan sendu, namun di tutupi dengan senyumannya. Pikirannya mengingatkannya pada mantan istrinya.

"Lihatlah putramu Amanda, dia sudah besar. Andai saja kamu tidak memilih laki-laki itu dan memilih tinggal dengan putramu mungkin dia tidak akan membencimu sampai sekarang" batinnya

"Ngapain, Pa?" pertanyaan sang putra memecahkan lamunannya.

"Ahh, Iya. Papa sedang menyiapkan sarapan untuk kita" jawabnya seraya tersenyum.

"Tumben" ucap putranya

"Sudahlah, sebaiknya kita makan" jawabnya tegas namun lembut.

"Hm"

Tidak ada yang berbicara selama kegiatan berlangsung. Hanya dentingan sendok yang terdengar, Sampai pertanyaan Tama memecahkan keheningan.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Tama to the point. Selain tegas dan dingin, dia juga orang yang tidak suka basa basi.

"Biasa aja" jawab putranya

"Barga berangkat, pa" lanjutnya yang di angguki Tama

Barga berjalan dengan santai keluar rumah tak lupa dia mengambil kunci motornya di atas meja. Setelahnya dia menyalakan mesin motornya lalu berangkat ke sekolah dengan kecepatan sedang. Meskipun telat, Barga tak menghiraukannya. Toh, dia akan tetap masuk meskipun terlambat.

Saat sampai di sekolah, ternyata pagar belum di tutup.
"Tumben" ucapnya dalam hati.
Dia memarkirkan motornya di tempat khusus untuknya dan sahabatnya. semua pandangan kagum di tujukan padanya. Sebenarnya barga risih di tatap seperti itu tapi ia tak mau ambil pusing, ia memilih mendengarkan musik menggunakan earphone yang selalu di bawanya.

Duhh Barga ganteng banget, ya ampunn!

Pacar gue tuh

Muka datar aja ganteng apalagi kalo senyum

Ya ampunn

Meleleh adek bang

Begitulah kira-kira yang dikatakan para siswa saat barga melewatinya menuju kelasnya yaitu 12 IPS 1

Sesampainya di kelas, Barga bisa menebak guru yang mengajar belum datang dikarenakan suara Kevin yang seperti toa terdengar sampai diluar meskipun barga masih memakai earphone. Dia berjalan masuk kelas dengan santainya. Kelas yang tadinya ramai seperti pasar seketika sunyi tanpa suara saat melihat Barga.

"Wehh pak bos udah dateng, tumben gak telat" sambut Kevin saat melihat Barga tengah duduk di bangkunya dengan earphone yang sudah terlepas.
Dan yang di ajak bicara hanya menggidikkan bahunya acuh.

"Anak Asoka ngajakin tawuran" ucap Niko pada Barga

"Kapan?" tanyanya

"Pulang sekolah, di gang depan sekolah" jawab Hendra

"Oke" jawabnya lalu pergi meninggalkan kelas menuju rooftop. Namun sebelum itu dia berbalik dan mengatakan sesuatu

"Pastiin sekolah kosong sepulang sekolah nanti biar gak ada yang jadi korban atau tawanan mereka"

"Siap bosque" jawab kevin dengan mengacungkan jempolnya

Setelah itu Barga meninggalkan sahabatnya di kelas dengan tangan di masukkan kedalam kantong.

***

Ruang Kepala sekolah

"Terima kasih, pak" ucap Indra seraya berjabat tangan dengan kepala sekolah.

"Ya. Sama-sama pak Indra. Tasya, kelas kamu di 11 IPA 2. Nanti ada Bu Anggi yang datang kesini untuk mengantar kamu ke kelas" ucap kepala sekolah.

"Iya, Makasih pak" jawab tasya dengan senyum manisnya.

"Caca disini aja nungguin gurunya, Ayah mau berangkat ke kantor. Kamu belajar yang bener ya sayang" ucap indra seraya mencium puncak kepala putrinya

"Iya, Ayah" jawabnya dengan semangat

Sedangkan kepala sekolah dan ayahnya hanya tekekeh melihatnya.

Tak lama ayahnya ke kantor, Bu Anggi pun datang ke ruang kepala sekolah.

"Permisi, pak" ucap bu anggi seraya memasuki ruangan itu

"Tasya, ini bu anggi. Dia akan mengantarkan kamu ke kelas. Silahkan." ucap kepala sekolah

"Kamu Tasya Anindya, kan? Saya Bu anggi guru Matematika sekaligus wali kelas kamu. Mari saya antar ke kelas, kebetulan saya akan mengajar di kelas kamu sekarang" ucap bu Anggi

Tasya hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya membenarkan pertanyaan bu Anggi tadi.

"Kami permisi, pak" ucap bu Anggi lagi kemudian berjalan keluar diikuti Tasya di belakang.

-------------------------------------------------

Gimana? Gimana? Gimana?
Maaf kalau masih banyak typo, masih belajar :")

Follow Instagram srievayantii119. Cek di bio❤️

BARGA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang