07

2.5K 154 14
                                    

Seperti janji aldo tadi, ia akan mengantar tasya sebagai bentuk pertanggung jawabannya. Saat ini mereka sedang berada di minimarket yang lumayan jauh dari rumah mereka, padahal ada minimarket yang dekat dengan rumahnya. Keinginan siapa lagi jika bukan adiknya yang cerewet ini.

"Dek, ini beneran kamu mau beli semua?" tanya aldo kaget, pasalnya sudah berbagai macam merek cokelat dan berbagai macam rasa eskrim yang ada di keranjang belanja yang di pegang aldo.

"Iyalah, ini sekalian buat stok, biar bang Al nggak capek anterin caca bulak balik buat beli" balas tasya. Aldo tersenyum mendengarnya, selain cerewet tasya juga mengerti dengannya.

"Udah, bang" ucapnya dengan senyuman manis

"Yaudah yuk" ajak aldo sambil merangkul adiknya
Tak apa uangnya habis, demi menyenangkan adik satu-satunya ini akan ia lakukan.

Mereka keluar setelah aldo membayar eskrim dan cokelat tasya. Kemudian meninggalkan tempat itu

Saat di perjalanan mereka sesekali tertawa akibat candaan aldo yang garing.

''Gimana dek, udah move on?" tanya aldo di sela tawanya.
Tasya tidak menjawab, dan aldo tau maksud dari diamnya itu

"Lupain aja sih dek. Dia tuh, udah bahagia. Dia aja udah gak inget kamu, masa kamu belum sih"

"Emang abang pikir lupain dia gampang apa? Caca tau kok, dulu dia pergi bukan atas kemauan dia. Dan caca akan nunggu sampe dia balik, caca yakin dia juga masih sayang sama caca" balasnya dengan wajah sendu

Aldo hanya diam tak menanggapi, bingung harus mengatakan apa.
Tasya mengalihkan pandangannya keluar jendela, tak terasa air matanya jatuh begitu saja.

***

Hari ini tasya berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali, membuat aldo yang masih tidur menggerutu kesal. Pasalnya jam setengah enam tasya sudah berada di dalam kamarnya lengkap dengan seragamnya.

"Kenapa harus pagi banget sih dek, abang masih mau tidur juga" gerutu aldo kesal

"Enak aja! abang sayang, ini tuh udah pagi, harus semangat dong. Lemes banget kayak cewek"

Kira-kira begitulah perdebatan yang terjadi di rumah tadi. Dan sekarang tasya sudah berada di dalam kelasnya. Meskipun baru beberapa teman kelasnya yang datang. Tasya memilih mendengar musik dengan headsetnya dan membaca novel yang ia bawa tadi.

"Hai, sya" sapa airin saat dan mendaratkan bokongnya di sebelah tasya

Tasya hanya mengangguk, kemudian melanjutkan bacaannya.

Kringgg Kringgg

Jam istirahat sudah berbunyi dan semua siswa berhamburan keluar dari kelas, tak terkecuali barga dan ketiga sahabatnya. Saat ini mereka sedang berada di kantin, berjalan menuju meja pojok yang kosong. Tentu saja itu meja khusus untuk anggota Argasta. Siapapun yang berani duduk disana, maka akan berurusan dengan mereka. Tatapan kagum dari para siswa mulai terdengar saat memasuki kantin tadi. Kevin yang sedari tadi paling bersemangat menggoda siswa perempuan.

"Ndra, pesenin dong" ucap kevin

"Siapa lo, nyuruh-nyuruh? Pesen sendiri" ketus hendra

"Gue Bakso sama es jeruk" balas kevin santai. Hendra menatapnya tajam

"Nggak!" tolaknya

"Sekalian buat Barga sama Niko, samain aja" balasnya lagi

Habis sudah kesabaran hendra, diapun menyeret kevin secara paksa

"Lo ikut!" ucapnya seraya menarik kevin bersamanya.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Para siswa sudah bertaburan keluar kelas segera mungkin untu ke parkiran. Sekolah juga sudah sepi, menyisakan siswa yang sedang bermain di lapangan serta anak-anak osis yang sedang rapat

Tasya sedang mencak-mencak sendiri sedari tadi. Dia sangat kesal kepada abangnya karena sedari tadi sudah mengabari bahwa dia sudah pulang, namun yang di tunggu tak datang juga batang hidungnya. Suara getaran di ponselnya membuat dia segera melihat siapa yang mengirimkannya pesan

Bang Aldo❤️
Sorry banget ca, abang gabisa jemput. Abang ada pelajaran tmbhan, soalnya mau ujian bentar lagi. Km pulang sendiri aja yah

Melihat itu tasya menghela napas gusar. Kemudian mengetikan sesuatu di ponselnya

Tasyanindya
Yaudah, tpi harus beliin eskrim nanti

Bang Aldo❤️
Iya cacaku

Tasya tersenyum melihat balasan aldo, ia tak berniat membalas pesan itu. Ia memikirkan bagaimana caranya pulang, namun saat melihat motor yang sedang melaju ke arahnya, membuat dia menyunggingkan senyumnya lebar. Dia mengenali siapa pemilik motor itu. Dia Barga. Kemudian dia bejalan ke tengah jalan

"Kak Es!" panggilnya seraya merentangkan tangannya. Dan dengan tiba-tiba pemilik motor itu menghentikan motornya dengan wajah penuh emosi.

"Lo kalo mau mati, mati aja! Jangan libatin gue! Satu lagi nama gue Barga, bukan es!" ucapnya emosi

Tasya yang melihatnya merasa takut, namun ia berusaha menepis rasa takutnya.

"Kak, boleh minta anterin balik nggak? Oh boleh yah, makasih kak" tasya segera naik ke motor barga tanpa merasa bersalah. Tak sadar bahwa barga sudah menahan mati-matian agar tidak menghajar gadis Di belakangnya ini, mengingat dia perempuan, dan ia tidak mungkin melakukan itu.

Mengingat sekolah sudah sepi dan hari semakin sore, mau tidak mau dia harus mengantar gadis itu.
Lelaki itu melajukan motor dengan kecepatan diatas rata-rata, tak memerdulikan teriakan gadis yang sedang di boncenginya.

"Kak! Bisa pelan-pelan nggak, aku takut" ucap tasya sedikit teriak namun barga tak mendengarkan atau lebih tepatnya tak peduli.

Dengan nekat, gadis itu melingkarkan tangannya di perut barga. Lelaki itu sedikit terkejut, jantungnya berdegup dua kali dari biasanya. Ada rasa yang aneh yang menggerogotinya

Gue kenapa - batinnya

Saat di tengah perjalanan pulang, tiba-tiba barga menghentikan motornya secara paksa membuat tasya terhuyung ke depan dan kepalanya menghantam helm barga, membuat gadis itu meringis. Barga tak peduli, lelaki itu turun dari motor dan mengeraskan rahangnya saat melihat di depan ada beberapa orang yang menghalangi jalannya dan barga sangat mengenal salah satu dari mereka.

"Minggir, gue mau lewat" suara dingin itu keluar dari bulut barga

"Kalo kita nggak mau, lo mau apa?" tantang salah satu dari mereka. Barga menatap mereka tajam dan mengepalkan tangannya.

Tasya yang sadar barga sudah berdiri di depannya pun turun dari motor lelaki itu dan menyusulnya

"Kakak kenapa berenti sih, ini kepala aku sakit tau kena helm kakak" omelnya pada barga. Lelaki itu hanya melirik sekilas lalu melihat kedepan lagi. Tasya yang melihat itu mengikuti arah pandang barga, dan tiba-tiba tubuhnya mematung saat melihat salah seorang dari mereka. Seseorang yang selalu menghantui pikirannya akhir-akhir ini, seseorang yang membuatnya merasakan sakit dan rindu disaat yang bersamaan.

"Rama"

---------------------------

Jgn lupa tinggalkan jejak:)

Masih banyak typo, maklum aja yah, wkwk

Salam cinta dari author, mwahh❤️❤️

BARGA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang