“ASTAGFIRULLOH! ABANG KEVIN TADI BAWA DEDEK EMMESH”
Semuanya terlonjak kaget. Betapa bodohnya mereka saat ini, bagaimana jika anak orang kenapa-napa.
Tanpa aba-aba Barga belari ke kamar diikuti yang lainnya. Gelap. Satu kata itu cukup untuk menggambarkan kondisi ruangan itu saat ini. Dirabanya saklar lampu yang ada disana dan betapa terkejutnya mereka saat menemukan Tasya disudut ruangan sedang menangis memeluk kedua lututnya. Barga mendekat. Lelaki itu yakin seratus persen bahwa saat ini gadis itu tengah ketakutan.
Sadar akan seseorang mendekat, Tasya mengangkat kepalanya.
“Kak Barga” lirihnya. Gadis itu berhambur ke pelukan Barga. Barga yang mendapat perlakuan tiba-tiba tersebut hanya bisa mematung dan kebingungan di waktu yang bersamaan. Hendra memberi kode kepada teman-temannya untuk keluar. Tersisalah Tasya dan Barga yang ada di ruangan itu.
“Kenapa?” tanya Barga seraya mengusap lembut punggung gadis itu.
Tasya menggeleng. Barga tau, gadis ini tidak baik-baik saja namun ia memilih diam.
Satu jam gadis itu menangis di pelukannya dan sekarang gadis itu sedang tidur di kamar Barga. Lelaki itu memandang lekat wajah Tasya yang begitu tenang saat tertidur.
“Andai lo bukan punya Rama, mungkin lo bisa jadi orang paling berharga di hidup gue sekarang” batinnya
Ingin sekali diraihnya gadis di hadapannya ini, namun ia masih tau jika Rama bisa menjaganya lebih baik darinya. Sudah cukup kesalahpamahan yang terjadi diantaranya selama ini dengan Rama. Cukup masalah itu saja, pikirnya.
Barga mengusap lembut puncak kepala gadis itu lalu bangkit meninggalkan ruangan.
“Gimana, Bar?” tanya Hendra saat melihat Barga baru saja keluar.
“Kenapa dia bisa nangis yah?” timpal Kevin
“Oh iya bos, pas tadi lo di keroyok anak Asoka, kok gue nggak nemuin si Rama?”
Pertanyaan itu menyadarkan lamunan Barga. Lelaki itu menoleh pada teman-temannya. Benar juga, dia tidak melihat Rama saat Asoka menyerangnya tadi. Kemana lelaki itu?
“Rama emang nggak ada. Gue liat dia tadi di supermarket lagi nemenin nyokapnya belanja” semua orang menoleh kearah pintu termasuk Barga, melihat Niko yang baru datang.
Barga menyadari ada sesuatu yang tidak beres disini.
“Vin” barga menatap Kevin yang ternyata juga tengah menatapnya
Kevin mengangguk, “Gue ngerti”
Semua orang menatap Barga dan Kevin bergantian. Bingung akan maksud dari ucapan Barga.
“Maksudnya gimana sih Bar?” tanya Niko mewakili yang lain
“Ada yang nggak beres sama Asoka” jawab Kevin. raut wajahnya kini serius
Disebuah gudang di ujung kota, seorang laki-laki sedang memandang figura yang ada di depannya. Lelaki itu tersenyum miring.
“Gue pengen liat, sampai mana dia bisa lindungin lo dari gue” ujarnya menyeringai
Tiba-tiba suara dering telpon menghentikan kegiatannya.
“Hallo”
“Rencana satu berhasil” ucap seseorang di telpon
Tut!
Lelaki itu tersenyum puas. “Selamat bersenang-senang sayang” ucapnya sambil memandangi figura itu.
***
Sekarang sudah jam setengah tujuh malam. Mira tak henti-hentinya menangis pasalnya putrinya belum pulang juga sampai sekarang. Aldo pun dibuat khawatir dengan keberadaan adik satu-satunya itu. Ia sudah mencari di sekolah namun sekolah sudah sepi. Ingin menanyai teman-teman Tasya, namun tak ada satupun ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARGA (On Going)
Teen Fiction(SEBAGIAN PART DI PRIVAT, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA) "Kenapa harus serumit itu mengerti bahwa ada seseorang yg lebih peduli padamu dari dia?" -Barga Mahendra Sanjaya- Ketua geng motor terkenal. Memiliki sifat yang cuek, kasar, dan sifat dinginnya y...