26

33 2 0
                                    

Tiga inti Argasta itu sudah siap dengan motornya masing-masing. Bersiap-siap untuk menuju ke rumah sakit untuk menjenguk mama Barga. Namun, mereka masih setia menemani ketua mereka yang entah sedang menunggu siapa.

"Ke rumah sakit ntar malem aja. Gue ada urusan."

Ketiga remaja itu mengangguk mengerti.

"Emang lo nunggu siapa sih, Bar?" tanya Hendra

"Kalo nungguin dedek gemes gue, dia udah pulang dari tadi," Ucap Kevin dan mendapat anggukan dari Hendra juga Niko

"Dia." Barga menunjuk seorang gadis yang berjalan ke arah mereka menggunakan dagunya.

Kevin dan Hendra sontak menampilkan wajah bingungnya sedangkan Niko menatap Barga meminta penjelasan.

"Nggak salah lo, Bar?" tanya Kevin

Barga menggeleng sebagai jawaban.

"Ngapain sih pake nungguin dia segala, lo ada urusan apa sama itu nenek lampir?" ucap Hendra dengan suara yang sengaja dikeraskan

"Kita jadi jalan bareng kan?" tanya Maura pada Barga

"APA?!!"

"WHAT THE ANJIMM?!!"

Maura terkejut mendengar kehebohan Kevin dan Hendra. Ingin rasanya ia memaki dua manusia itu jika saja ia tidak sedang menjaga sikapnya di depan Barga. Sedangkan Niko menggeleng melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Cabut!" ucap Niko seraya menyalakan mesin motornya.

"Kumpulin anak-anak. Ada yang mau gue bahas." Ucap Barga yang mendapat anggukan dari ketiga sahabatnya.

Ketiga remaja itu meninggalkan sekolah dengan penuh tanya di kepala mereka. Apa sebenarnya yang ada di pikiran Barga saat ini? Bahkan tidak ada yang tahu apa yang sedang di rencanakan ketua Argasta itu.

***

"Ca, ini bagus deh kayaknya buat Bunda," Aldo menunjukkan sebuah tas bercorak batik itu kepada Tasya

"Iya bagus kok. Kayaknya Bunda juga bakalan suka," ucap Tasya

"Oke. Sekarang tinggal hadiah buat Ayah," kata Aldo

"Kira-kira Ayah sukanya apa ya, dek?" lanjutnya bertanya

Tasya berpikir untuk sesaat dan tak lama gadis itu menjentikkan jarinya seraya tersenyum kearah Aldo.

"Gimana kalo kita beliin jam aja buat Ayah?" usul Tasya

"Ide bagus. Biar Ayah gak lupa waktu. Soalnya kalo di kantor suka lupa waktu pulang," ucap Aldo diakhiri dengan kekehan.

Setelah cukup lama berkeliling di dalam pusat perbelanjaan, kedua kakak beradik itu memasuki sebuah restoran yang ada di dalam pusat perbelanjaan itu. Setelah memesan makanan, Aldo kemudian menghampiri Tasya dan tanpa sengaja menabrak seorang gadis yang ternyata adalah Maura.

"Eh, sorry. Gue nggak sengaja. Beneran." Ucap Aldo

"Hati-hati dong makanya. Ini belanjaan gue pada jatoh kan!" kesal Maura seraya memunguti barang belanjaannya dibantu oleh Aldo.

"Aldo?"

Suara itu mengehentikan aktivitas Aldo. Lelaki itu menoleh pada sumber suara. Ternyata yang memanggilnya barusan adalah Barga, sahabat Rama. Jangan tanyakan dimana ia tahu tentang itu, sudah pasti dari adik kesayangannya, Tasya.

"Lo Barga, kan?" tanya Aldo memastikan dan mendapat anggukan kecil dari Barga.

"Sama siapa?" tanya Barga

"Adek gue," Jawab Aldo. "Gue kesana dulu ya? Sekali lagi sorry." Lanjutnya seraya meninggalkan Barga dan juga Maura.

Tanpa disadari oleh mereka, sedari tadi Tasya sudah memerhatikan ketiganya dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

***

Malam ini anggota inti Argasta sedang berada di rumah sakit tempat mama Barga dirawat. Kevin dan Hendra sedari tadi bermain game di ponsel mereka, sedangkan Niko sepertinya lelaki itu sedang berbicara dengan seseorang melalui telpon. Siapa lagi jika bukan kekasihnya, Airin.

Sedangkan Barga, lelaki jangkung itu tengah mengobrol dengan sang ibu. Lebih tepatnya mamanya yang sejak tadi banyak bicara, meskipun Barga hanya menjawab singkat. Ya, sejak sore tadi sepertinya mood Barga sangat baik, pasalnya saat di rumah tadi, Tama memberitahunya bahwa Amanda, ibunya sudah siuman sejak kemarin malam. Meskipun ada sedikit rasa kesal sebab Ayahnya itu tidak memberitahukannya lebih awal.

"Mama sangat senang kamu temenin mama di saat-saat terakhir mama, nak." ucap Amanda.

"Walaupun mama sangat jahat sama kamu, udah ninggalin kamu dan papa kamu, karena waktu itu mama syok dan kaget saat tau mama sakit parah." Lanjutnya.

"Mama nggak mau bikin kalian khawatir dan merasa terbebani sama penyakit mama, jadi mama putuskan untuk pergi dengan dokter Alex, suami sahabat mama yang ada di Amerika, yang kamu kira waktu itu adalah selingkuhan mama. Mereka yang udah bantuin dan ngerawat mama selama mama disana. Dan sekarang mama gamau ada kesalahpahaman lagi. Mama cuma pengen kita bisa tinggal sama-sama lagi. Kamu, mama dan papa kamu."

Barga hanya diam tak menanggapi perkataan Amanda. Rupanya selama ini ia telah salah paham dan mengira ibunya sudah tidak menyayanginya lagi.

"Hm." ujar Barga.

Amanda hanya tersenyum mendengar jawaban putranya itu.

"Masih sama seperti dulu rupanya" ucapnya dalam hati.

Tak lama pintu ruangan itu terbuka, menampilkan lelaki paruh baya dengan setelan jas dan wajah yang terlihat lelah akibat mengurus pekerjaan di kantor.

"Bagaimana kondisi kamu, Amanda?" tanya Tama

"Seperti yang kamu lihat, jauh lebih baik dari sebelumnya." jawab Amanda disertai senyum tipis.

Tama mengangguk mengerti.

"Mau sakit juga?" pertanyaan Barga membuat Tama bingung. Lelaki paruh baya itu menatap putranya meminta penjelasan.

"Kalo cape gausah kerja. Guna Bram apa?"

jawaban Barga membuat senyum tipis tercetak di bibir Tama. Tidak lupa dengan ketiga sahabatnya yang sedari tadi memerhatikan interaksi Barga dengan kedua orang tuanya.

***

Tasya sedari tadi hanya berguling di atas kasur. Gadis itu sulit sekali untuk tidur. Sudah satu jam ia berusaha memejamkan matanya namun tetap saja, pikirannya masih tertuju pada sosok jangkung yang ia lihat siang tadi. Yang tidak lain adalah Barga. Siapa lagi jika bukan lelaki itu yang selalu saja memenuhi pikirannya. Sosok yang sangat sulit ia tebak. Sosok yang selalu ada saat ia tengah dalam kesulitan.

"Kak Barga lagi ngapain ya?" gumamnya







---


Aku balik lagi guys hehe.. masih ada yg baca ga ya🥲

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BARGA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang